Share

BAB 94

Penulis: Pena_Receh01
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-23 07:40:09

Setelah mendengar suara diujung telepon, spontan Kania segera memutuskan panggil dengan ekspresi marah dengan sangat jelas. Ida mengusap punggung cucu menantunya, sedangkan William menahan bos perusahaan ini kala pria tersebut beranjak dari duduk dan hendak melangkah pergi.

"Jangan pergi, Tuan! Banyak kerjaan yang harus Tuan bereskan dulu," seru sang asisten.

Lelaki itu langsung menghempaskan tangan William yang mencengkram lengannya. Ia memukul meja dengan penuh emosi, lalu mendaratkan bokong di kursi. Tangan terkepal sangat kuat, guratan amarah terlihat jelas. Mata pria ini menatap kertas diatas meja, dia mengambil lalu mengeluarkan korek dan membakar surat dari Chelsi.

"Cuma karena kertas ini membuat istriku marah, Chelsi bener-bener menyebalkan. Baru kali ini aku risih dengan gadis itu," geram Devano.

William yang mendengar hanya menyeringai, dia paham dengan apa yang ada di hati sang majikan. Waktu terus bergerak, tetapi terasa sangat lam
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB I [TAMAT]

    Beberapa tahun kemudian, kediaman yang bagai istana milikDevano setiap saat terasa begitu ramai. Suara langkahtergesa terdengar, pintu yang dibanting dan nada tinggiseorang remaja memenuhi koridor."Iris, apa yang kamu lakukan!" teriak Fiona.Gadis remaja itu baru berumur enam belas tahun, barumemasuki sekolah menengah keatas. Rupanya cantik sepertiKania tetapi memilih karakter keras Devano. Perempuantersebut keluar dari kamar dengan wajah murka sambilmenarik kasar lengan Iris."Maaf Kakak, aku cuma ...," ucapannya terhenti karenadisela Fiona."Sudah! Kamu memang gak pernah merasa bersalahsedikitpun," omel gadis tersebut sambil menunjuk wajahadiknya.Felix yang baru saja selesai mandi segera keluar dari kamar,lelaki itu hanya melilitkan handuk di pinggangnyamenampilkan dada pria tersebut, bahkan tangan lelaki inisibuk mengeringkan rambut."Ada apa, Fiona ... kamu ini masih pagi sudah marah-marahaja," gerutu Felix."Kenapa kamu memarahi Iris, kasihan dia," lanjut priater

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB H

    Mendengar perkataan sang suami, jemari Kania yang bergerak untuk bermain dengan Iris berhenti. Wanita tersebut tidak langsung menoleh menatap lelaki yang menikahinya, ia menarik napas dalam dan mengembuskan sedikit kasar. Tetapi masih menjaga agar tidak mengusik bayi kecil dalam pangkuannya. "Devano ...." Ucap Kania pelan, hampir tanpa suara. Wanita itu langsung memanggil nama suaminya, ia menarik napas kembali karena merasa lelah, berusaha menguatkan hati karena luka yang ditoreh sang kekasih. Lelaki itu mendekat satu langkah lalu berhenti, tangannya memegang pakaian sendiri. Seakam takut menyentuh apapun sebelum mendapatkan izin. “Aku cuma ingin kamu aman,” ucapnya lagi.Suara lelaki itu pecah perlahan. "Saat itu. Aku lihat kamu hampir ...."Devano tak sanggup melanjutkan perkataannya, gambaran Kania begitu lemah. Keluar darah dan jantung hampir berhenti begitu menghantui. Perempuan tersebut menoleh, pandangannya tidak marah, hanya dipenuhi rasa lelah membuat dada Devano seaka

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB G

    Dua hari berlalu, semenjak keluar dari ruang persalinan. Saat bertemu dengan Devano, Kania selalu mendiamkan lelaki itu. Kini pria tersebut tengah mengurus kepulangan sang istri, walau pikirannya berkelana mendapatkan sikap demikian."Mama, Mama sama Papa bertengkar?" tanya Fiona.Kania yang sedang memberikan asi pada putrinya segera menoleh menatap Fiona, tatapan gadis itu penuh penyelidikkan. "Enggak kok, Sayang. Perasaan kamu aja," elak Kania."Mah," panggil Felix dengan suara serak. Lelaki kecil itu bangun dari tidurnya, ia berbaring di sofa dan segera mendudukkan tubuh. "Iya," balas perempuan tersebut.Dia menjawab tanpa menoleh memandang anaknya, karena fokus ke Iris yang berhenti menyusu."Mama sangat fokus ke adik ya, kami diabaikan," lontar pria kecil itu spontan. Felix memang terkenal dengan sikap yang terbuka, ia akan mengeluarkan pemikirannya langsung. Mendengar itu Kania spontan menoleh, dia memandang kedua anak kembarnya lalu menggeleng."Enggaklah, Mama juga perhati

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB F

    Devano mengendap-endap saat memasuki kamar, lampu di ruangan itu mati. Hanya cahaya kecil dari benda memancarkan keterangan. "Kamu ngapain," seru Kania. Wanita itu duduk di kursi roda, berada di sisi kanan ranjang. Deretan sekat berdiri dengan bingkai emas melengkung begitu anggun dan mewah. Menyembunyi tempat untuk pemilik kamar berbincang sebelum terlelap di kasur empuk atau kedatangan buah hati yang suka tiba-tiba ingin tidur bersama. Mendengar suara sang istri, Devano terhentak lalu menoleh ke asal bunyi. "Sayang!" pekik Devano terkejut. Lelaki itu langsung mendekati sang istri dengan gelagat yang aneh, membuat Kania memicingkan matanya. "Kamu bikin kaget aja, kenapa kamu bangun," lanjut pria itu berbicara. Kania mendelik wanita itu tidak bergerak mendekati suaminya, ia memilih menunggu lelaki tersebut untuk berdiri di hadapan dia. "Jangan mengalihkan pertanyaanku," tegur Kania atau lebih tepatnya menyindir. "Habis dari mana kamu? Kenapa pergi gak bilang-bilang sama aku."

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB E

    Devano keluar kediaman pukul 23:00, lelaki itu nampak begitu dingin seperti tidak memiliki perasaan. Melangkah mantap menuju tempat dimana penculik anaknya berada, tangan pria tersebut terkepal mengingat luka dialami kedua buah hati yang dilahirkan Kania. "Beraninya dia! Menyakiti anak-anakku," ucapnya penuh penekanan. "Kalian harus mendapatkan ganjaran berkali-kali lipat!" Aura pria ini bagai membakar sekitar, membuat setiap tempat yang ada keberadaannya begitu panas membara. "Ayo cepat!" perintah Devano setelah duduk di kendaraan roda empat. Mendengar perkataan Devano, sang bawahan segera mengangguk patuh. Hawa yang dikeluarkan lelaki itu begitu kuat dan dominan. Waktu terus berjalan, sampai kendaraan roda empat ini akhirnya sampai tujuan. Lampu lorong bawah tanah yang redup, menyinari tempat tersebut saat Devano sudah berada di ruang bawah tanah. Sinar kekuningan dari lampu memantul di lantai beton yang lembab. Suara langkah lelaki itu bergema dengan langkah pelan, seperti se

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB D

    "Dua." "Papa ...!" teriak Fiona dengan suara nyaring. Mendengar suara sang putri, Devano langsung menoleh ke asal sumber. Matanya menangkap Fiona dengan ditahan oleh seorang pria, pisau berada di dekat leher gadis tersebut. "Papa ... Fiona, takut," rengek gadis tersebut. Wajahnya yang angkuh tidak terlihat, kini dia tengah menjadi gadis kecil yang begitu ketakutan. Tubuh mungilnya bergetar, mata berlinang, pandangan lurus ke arah sang Ayah. "Papa," ucap Felix dengan nada lemah. Dunia Devano seakan berhenti, sosok yang selama ini kokoh, dingin dan tak tergoyahnya terlihat tampak retak. Rahang lelaki itu mengeras, kedua tangan m3ngepal sampai buku jari memutih dan napas memburu. “Beraninya kalian memperlakukan anak-anakku sampai begini,” suara lelaki itu rendah, sedikit bergetar akibat amarah dan begitu membuat alarm semua orang tanda bahaya. Mendapati ancaman Devano begitu mengerikan terdengar kw telinga, penculik yang memegang Felix dan Fiona menguatkan cengkeraman dan lebih m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status