Home / Rumah Tangga / Mengapa Harus Anakku / 8 Melindungi Sekuat Hati

Share

8 Melindungi Sekuat Hati

Author: Tetsuya_01
last update Last Updated: 2024-05-29 08:20:02

Tubuh ringkih Olivia menggeliat, tangannya terasa sangat pegal. Sedari pagi menangis hingga tanpa sadar ia tertidur. Melirik ke arah jam dinding yang tergantung di kamarnya, Pukul.11.00, tubuhnya terperanjat karena terkejut, ia ternyata sudah tidur sangat lama.

Masih merasakan sakit pada sekujur tubuhnya, ia berusaha bangun dan hendak pergi ke toilet untuk membersihkan dirinya sebelum pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang.

Seusai dirinya membersihkan diri, saat akan memasuki walk in closet, bunyi ketukan pintu kamarnya membuat langkahnya terhenti.

"Siapa?" teriaknya dari dalam kamar.

"Saya Nora, Anda di panggil Nyonya besar ke ruang kerja Tuan besar." Ucap Nora dari balik pintu.

"Baiklah, 10 menit lagi aku akan kesana. Terima kasih Nora." lanjutnya sedikit berteriak masih dari dalam kamar.

Tidak ada sahutan kembali dari balik pintu kamarnya, dan ia yang sudah mulai memahami situasi di rumah tempat ini kini berada, merasa tidak aneh ketika para pelayan di dalam rumah itu pun juga tidak ada yang menganggap keberadaan dirinya.

Kini kaki Olivia sedang melangkah menuju ruang kerja mertuanya, 'aah, apa aku masih boleh menyebut keduanya mertua?' Ujar Oliv dalam hatinya.

Mengetuk pintu besar di depannya, tak lama ia pun mendengar suara sahutan dari dalam,

"Masuklah." suara tuan Alex terdengar, ia pun perlahan membuka pintu itu.

Saat ia masuk, dapat ia lihat ada kedua mertuanya, serta seorang pria paruh baya yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Olivia pun mendudukan dirinya di sebuah sofa single di dalam ruangan itu.

Kali pertama ia masuk ke dalam ruangan dengan dominan warna merah itu, segala property di dalamnya nampak sangat terlihat mewah, harum kayu yang mewah tercium oleh penciumannya, tiba- tiba ia merasa mual kembali.

Sekuat tenaga ia berusaha menahannya, menghindari kemurkaan Farida dan Alex nantinya. Hingga, keterdiamannya buyar saat suara pria yang tidak ia kenal bertanya pada dirinya,

"Kau pasti nyonya Muda Olivia, istri Tuan Reynald. maafkan aku yang tidak sempat menghadiri pernikahan kalian berdua." Ujar pria tersebut.

"Perkenalkan, Saya Daniel, pengacara pribadi Alm. Tuan Adijaya. kedatangan ku kesini memiliki maksud membacakan beberapa pesan wasiat yang sudah di persiapkan oleh Almarhum sendiri, sebelum pergi meninggalkan kita semua, tanpa tekanan dan paksaan dari pihak siapapun." Tutur panjang Daniel, Pengacara tua itu.

"Apa tidak seharusnya kita menunggu kedatangan Reynald terlebih dahulu? ia sudah dalam perjalanan pulang." Sanggah Farida, dia juga sudah tidak sabar untuk mengetahui isi surat wasiat dari mertuanya itu.

Menunggu kedatangan Reynald , putranya, membuatnya merasa waktu berputar sangat lambat.

'eugh, dimana anak itu? kenapa sampai saat ini belum kembali juga ke rumah.

5 menita mereka menunggu, pintu ruang kerja itu terbuka dan sosok Reynald tampak sedikit terburu-bur mendekat ke arah Daniel.

"Maafkan aku lama, lalu lintas jam segini masih saja padat." ucapnya seraya tangannya menyalami Daniel.

Suasana di dalam ruangan itu nampak biasa bagi orang-orang di dalamnya, tapi tidak dengan Olivia.

Ia masih belum memahami situasi saat ini, untuk apa pengacara Alm. kakek Adijaya ada disini?

Hingga suata Daniel mulai mengawali percakapan mereka,

"kalian semua tentu sudah tahu, apa maksud kedatangan saya kemari. ini semua perkara pembacaan isi surat Wasiat Tuan Besar adijaya.

saya harap semua yang ada dalam ruangan ini dapat mendengarnya dengan seksama dan dapat menerima keputusan Alm Tuan Adijaya dengan baik." Paparnya yang kemudian di balas anggukan oleh semua yang ada disana, kecuali Olivia.

saat ini ia masih mencerna situasi menegangkan yang terjadi di dalam ruangan,

terlihat jelas saat wajah Farida terlihat murka, kala nama Olivia disebutkan saat pembacaan wasiat tersebut.

"saham 50% di perusahaan milik Tuan Adijaya yang di serahkan pada Tuan Reynald, cucunya merupakan kepemilikan bersama istrinya Nona Olivia Rania Putri." Ucapan Daniel membuat Reynald beserta kedua orang tuanya membelalakkan kedua mata mereka.

"aset-aset kecil seperti Ruko, 3 properti berupa Villa di daerah Lembang, dan perkebunan sayur yang masih di bawah kepemilikan tuan Adijaya akan di serahkan pada Nona Olivia jika beliau dinyatakan Hamil atau memiliki keturunan dari perrnikahannya dengan Tuan Reynald." Sambungnya.

Ucapan Daniel ternyata membuat ketiganya kini mematung, berusaha menahan emosi mereka yang semakin membara bagaikan kayu bakar sudah di siram bensin, siap di sulut api.

Olivia merasa, setiap kalimat yang keluar dari mulut Daniel membuat suasana ruangan semakin mencekam. perasaannya pun berubah menjadi semakin buruk.

"Paman, apa aku tidak salah dengar? mengapa nama ku masuk ke dalam surat wasiat kakek. padahal aku bukanlah siapa-siapa saat itu." Sanggah Olivia berusaha menolak apa yang ia dapatkan.

"Tuan Adijaya, selama sisa hidupnya bahkan di saat-saat terakhie beliau, selalu menceritakan sosok kekasih tuan Reynald. belum pernah ia seantusias itu saat menceritakan seseorang. dan nyatanya, anda mampu membuat Tuan Adijaya memiliki semangat untuk sembuh kembali." tutur Daniel.

"Hanya saja, takdir berkata lain sehari setelah ia berencana untuk pergi ke Singapura untuk menjalani pengobatan dan perawatan disana, ia justru meninggal dunia." Ucap Daniel dengan wajah sendu.

"Tuan Adijaya sangat menyayangi anda seperti ia menyayangi cucu nya sendiri. jadi saya harap, Nyonya muda dapat menerima ini semua dan dapat menjalankan amanat dengan sebaik-baiknya." Penuturan ramah Daniel membuat perasaan Olivia sempat menghangat.

tidak oernah ia menyangka, bahwa dirinya akan mendapatkan perhatian sebesar itu oleh seorang Adijaya. Sosok yang memang dikenal Hartawan yang Dermawan seantero negeri.

Semua pembacaan wasiat tersebut telah selesai.

Hingga, tak lama selepas kepergian pengacara itu, suasana ruangan berubah menjadi sangat penuh dengan aura kebencian dan kemarahan. Olivia sadar akan hal itu.

"Dasar Rubah betina, jadi selama ini kau berusaha mendekati Reynald karena menginginkan ini semua hah!" Pekik Farida pada Olivia.

Alex yang melihat kemurkaan istrinya pun ikut terpancing memaki Olivia.

"Harusnya kau sadar diri gadis sampah. Kau pikir apa yang kau dapatkan itu pantas untukmu apa tidak." Ujar sarkas Alex.

Seakan belum cukup melontarkan segala makian pada Olivia, sosok Reynald yang baru saja masuk ruangan setelah mengantarkan Daniel pergi itu menambah ketakutan seorang Olivia.

Wajah tampan suaminya itu hilang, dan tertutup oleh mimik kebencian.

Kaki jenjangnya melangkah lebar mendekati Olivia, saat tiba di depan Olivia, telapak tangan besarnya spontan menampar keras pipi halus Olivia.

"apa yang sudah kau lakukan pada kakek ku jalang?" sarkas nya pada Oliv.

belum hilang rasa panas dan sakit pada pipinya, kini Olivia harus menahan rasa sakit dalam hatinya mendengarkan ucapan Reynal.

"kau pasti selalu menghasut kakekku supaya memberikan hartanya untuk menjadi milikmu kan?" terka jahat Reynald padanya.

"aku juga tidak tau Rey, aku bahkan tidak menginginkan itu semua." Sanggah Olivia dengar suara bergetar menahan sakit dan tangisnya.

"dasar rubah licik, mana mungkin mertua ku itu bisa dengan mudahnya memberikan warisan begitu besarnya jika kau tidak menghasutnya." Tuduh Farida.

"atau jangan-jangan, selama kau dekat dengan Reynald, kau justru memberikan tubuhmu itu pada mertuaku." Tuduhan jahat Farida pada Olivia seolah menjadi api penyulut kemarahan Reynald.

Suaminya itu terlihat semakin murka pada dirinya.

"kau dengar baik-baik. sedikit saja janin dalam kandungan mu ini kenapa-kenapa. kau yang akan aku hukum. mulai detik ini, jaga ia sampai benar-benar lahir ke dunia ini." Suara dingin penuh ketegasan dari Reynald membuat kaki Olivia terasa lemas.

"tapi jangan harap kalo aku akan sudi ikut menjaganya. itu tugasmu sendiri mulai sekarang. kau camkan itu baik-baik." Lanjunya seraya meninggalkan ruangan itu.

"Kau boleh keluar dari ruanganku ini. mulai saat ini, kami semua akan mengawasimu jauh lebih ketat hingga janin itu lahir." Ucap Alex.

Olivia melangkah dengan berat, Kakinya masih terasa lemas. badannya yang kini mudah merasa lelah itu berjalan perlahan menuju taman belakang rumah besar itu.

Pikirannya jauh melayang, mencoba memutar ulang kembali kejadian barusan. jika ia hidup dalam rumah tangga yang normal, apa yang ia terima dari Tuan Adijaya pasti akan membuatnya senang.

Namun, mengingat bagaimana ia hidup kini, membuatnya semakin bingung dan tertekan.

Hingga, saat ia duduk di bangku taman belakang rumah itu, air matanya turun mengalir deras.

Mengingat semua perkataan yang di lontarkan suami serta kedua mertuanya, bagaimana bisa mereka semua berpikiran buruk padanya?

Menyuruh Oliv menjaga janin di rahimnya? bodoh, tentu saja ia akan melakukannya, bahkan tanpa embel-embel akan di berikan harta warisan pun, Olivia akan dengan senang hati menjaga sang calon buah hati. Tidak seperti mereka, yang tiba-tiba ingin menjaga janinnya karena sebagian harta mereka akan hilang jika terjadi apa-apa dengan janinnya.

Ya, apapun yang terjadi, Olivia akan menjaga selalu calon buah hatinya itu, dengan sepenuh hati, meski ia harus berjuang sendirian mulai saat ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengapa Harus Anakku   20 Sosok William

    Olivia memasuki apartemen miliknya sepulangnua dari supermarket, langsung memasuki area dapurnya, ia membereskan seluruh barang belanjaannya kedalam kitchen set dan lemari es. "Huuft,,akhirnya selesai juga." Ujarnya, kemudian membuat secangkir teh hangat karena dirasa dirinya perlu merilekskan tubuh dan pikirannya. Membawa cangkir tehnya, Olivia duduk di ruang tamu. Membuka ponselnya dan mencari beberapa info lowongan pekerjaan, Hingga akhirnya ia menemukan sebuah pekerjaan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, sesuai bekal pendidikannya dulu saat kuliah. Namun, hanya ada lowongan sebagai Office girl disana. ia pun tak banyak berpikir, ia akan memgambil jalan itu. tak mengapa ia menjadi Office girl, toh itu pekerjaan baik juga, tidak ada yang salah. Yang ada dalam pikirannya hanyalah, ia harus mendapat uang sebanyak-banyaknya agar bisa bertemu kembali dengan sang putra, Keenan. menyeruput teh hangatnya hingga cangkir itu kosong, ia pun berniat membersihkan diri

  • Mengapa Harus Anakku   19 Langkah Awal

    Tak menyangka, kini Olivia sedang terduduk dalam kursi penumpang di sebuah pesawat. mata nanarnya menatap keluar jendela di sebelahnya. "Semoga langkah yang ku pilih ini sudah tepat, dan selalu dalam lindungan Mu ya Allah." Gumam Olivia dalam hatinya. Memilih Los Angeles sebagai kota tujuannya untuk memperbaiki kehidupannya agar lebih baik lagi. dikenal dengan julukan City of Angels, kota tersibuk di Amerika serikat karena dikenal sebagai kota yang tak pernah tidur. Ia sungguh berharap, bekerja di salah satu kota terbesar di Amerika serikat itu mampu membuat dirinya bisa kembali mengambil hak asuh sang putra. Tidak ada dendam dihatinya, karena yang ada dalam pikirannya saat ini adalah sang buah hati yang baru berumur 5 bulan itu. "Semoga jika kau sudah tumbuh besar nanti, kau masih menganggap bahwa ibu masih ada nak". kembali pada realita kehidupannya, begitu tiba di Bandar Udara Internasional Los Angeles, wanita itu sempat kebingungan harus pergi kemana terlebih dahulu.

  • Mengapa Harus Anakku   18 Modal Nekat

    Hari ini merupakan sidang perceraian pertamanya, masih ada beberapa kali lagi pertemuan. Namun, sulit bagi Olivia dapat memenangkan hak asuh anaknya. Karena, sudah dapat dipastikan keluarga besar mantan suaminya itu sudah mempersiapkan segalanya dengan sangat matang. Terbukti dari tidak adanya keadilan kala hak asuh anaknya sepenuhnya jatuh ke tangan sang mantan suami, padahal tidak ada bukti kesalahan apapun yang dilakukan dirinya sehingga ia harus berpisah dengan anaknya yang baru berusia 5bulan itu. Hingga, tak terasa hari penentuan dirinya resmi menjadi seorang janda terjadi hari ini. Seharusnya ia mendapatkan bantuan Tuan Daniel, pengacara Almarhum Tuan besar Adijaya. namun entah, sosok pria paruh baya itu tidak hadir hingga persidangan terakhirnya ini. "Reyn, kumohon, beri aku keringanan agar selalu dapat bertemu dengan putraku." Pinta Olivia kala mereka telah selesai menjalani sidang perceraian mereka. "Jangan Harap Oliv, kau bilang sangat enggan menerima harta waris

  • Mengapa Harus Anakku   17 Ketuk Palu

    5 Bulan berlalu begitu cepat bagi seorang Olivia, tentu saja hal itu dirasa terlalu singkat untuk kebersamaannya bersama sang buah hati. Selama dalam pengasuhan Oliv, Keenan kecil sangat baik, tidak rewel sama sekali. Mungkin, karena instingnya bersama sang ibunda membuatnya merasa tenang, nyaman dan aman. Begitu pula dengan Olivia, kebersamaannya bersama Keenan membuatnya serasa sangat bahagia, tak ingin semuanya berlalu, tapi apa mau dikata, malang tak dapat ditolak. subuh ini, ia sudah bersiap membereskan semua pakaian dan perlengkapan miliknya. Ia harus menghadiri sidang perceraiannya siang ini di pengadilan agama. Apa yang diucapkan Reynald kala itu benar-benar terjadi, tepat 5 bulan sejak kejadian itu, suaminya benar-benar memberikannya surat perceraian. "kau harus menjadi anak yang kuat nak, ibu akan tetap menyayangi mu tak peduli dimanapun ibu berada." Bisik Olivia pada sang putra yang terlihat sedang tertidur lelap. "ibu harap kau tidak melupakan ibu nak jika suatu

  • Mengapa Harus Anakku   16 Waktu Istimewa

    Beberapa menit berlalu, tak terasa putra yang berada dalam dekapan hangatnya itu pun telah tertidur lelap. tersenyum hangat, tangan Olivia membelai lembut pipi halus putra tampannya itu. Tubuh oliv menegang kala mendengar suara teguran dari arah belakang, "Cepat masuk, taruh anak ku di kamarnya." Ucap dingin pria itu, "Reyn, apa, anak kita ini sudah di beri nama?" tanya Olivia pada Reynald, "Jangan, berani, sebut bayi ini anak kita di depan siapapun mulai saat ini. Paham!" Ancam Reynald, "tapi dia juga anak ku Reyn, sampai kapanpun itu, ini adalah darah dagingku, aku yang mengandungnya selama ini dan melahirkannya langsung Reyn!" Geram Olivia, dia merasa ini sudah sangat keterlaluan, putra dalam pelukannya inilah yang ia kandung selama 9 bulan kemarin. "setidaknya biarkan aku yang memberikannya nama pada putra ku Reyn, aku tidak akan meminta lebih." Bujuk Olivia, "Baiklah, ku beri kau waktu 5bulan untuk bisa bersamanya, namun, setelah waktu itu habis, jangan pernah mem

  • Mengapa Harus Anakku   15 Pelukan Pertama

    Hari-harinya Olivia kini terasa lebih hampa dari biasanya, perut besarnya kini sudah tidak ada, kegiatannya dalam bekerja memang terasa lebih ringan, tapi langkahnya selalu terasa lebih berat dari biasanya. Sedari subuh ia sudah beraktifitas di paviliun itu, membersihkan segala sesuatunya disana. Saat sedang serius membersihkan area dapur, tiba-tiba suara Lily yang menegurnya membuat kegiatannya terhenti. "Kau disuruh Nyonya untuk membuat sarapan di rumah besar saat ini juga." Ujarnya dengan ketus. "sekarang masih jam 6?" Tanya Olivia, "ya mana aku tau, nyonya besar sendiri yang tadi memintaku memberitahumu." Ucap Lily sambil melangkah keluar meninggalkan Olivia yang masih merasa bingung. Tapi, tanpa berpikir lama, ia pun beranjak dari paviliun itu menuju rumah utama. Baru beberapa langkah kakinya memasuki rumah besar itu dari area dapur, sudah terdengar jelas ditelinganya suara tangisan kencang bayi, langkah kakinya sontak terhenti, ia yakin bahwa itu adalah suara anaknya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status