Share

6

Nampak di kembar senang setelah mendapatkan hadiah dari Keyla.

"Makasih banyak ya kak, kakak memang terbaik deh," puji Vina yang membuat Keyla hanya bisa tersenyum tipis saja.

"Iya, cocok jadi mama," sambung Vino menyahut, Keyla meringis mendengar kata cocok menjadi mama. Apa apaan coba? ia saja masih mahasiswa dan masih mempunyai mimpi banyak, belum ada kepikiran untuk menikah muda dan punya anak.

Kendati demikian, ia tetap diam saja. Hanya menganggap mereka bercanda saja.

"Kak?"

"Iya," jawab Keyla menatap wajah Vina yang tiba tiba saja sendu. ia bingung, dan was was takut sang anak nangis dan yang disalahkan dirinya oleh bapaknya nanti.

"Ada apa, ya?" tanyanya dengan nada lembut.

"Kakak mau ya jadi mama, kita?" cicit keduanya kompak yang membuat mata Keyla melebar. Ia membekap mulutnya, kenapa anak sekecil mereka bertanya hal yang demikian. Emangnya mama mereka ke mana saja? tidak mungkin kan kalau Erlan hamil sendiri dan bisa melahirkan anak kembar seimut dan sepintar mereka?

"Kita main aja, yuk!!" ajaknya yang sengaja mencari mengalihkan topik yang lain.

***

Vina dan Vano memeluk ayahnya yang baru saja pulang dari luar kota dan pada saat itu, mereka tinggal bersama dengan Keyla.

"Papa!!" pekik keduanya senang melihat ayahnya baru saja datang membawa banyak oleh oleh dari luar kota.

"Hai sayang, gimana di rumah? nggak kangen sama papa?" Erlan menggendong kedua anaknya, ia juga merindukan anaknya.

"Kangen dong, tapi nggak papa. kan sekarang papa udah pulang, bawa oleh oleh lagi," sahut Vina senang.

Wajar saja karena di usia si kembar masih suka mainan dan hadiah.

"Papa bawa apa aja?" tanya Vino yang tak kalah antusias.

Erlan mencium kedua pipi anaknya dengan gemas. keduanya memang anak anak yang pintar di usianya.

"Bawa banyak dong, kalian pasti suka."

Erlan membawa anaknya ke sofa, diikuti oleh Keyla.

"Nih kalian buka aja, pelan pelan. dan jangan rebutan ya." Keduanya mengangguk kompak.

Setelah mengatakan itu, tatapannya beralih ke Keyla yang berdiri di samping sofa.

"Duduk!!" titahnya kepada Keyla dan Keyla pun menurut.

"Terima kasih karena kamu sudah menjaga anak anak dengan baik," ucapnya.

"Sama sama pak, saya juga senang kok menjaga anak anak."

"Saya juga ada oleh oleh buat kamu dan ibu kamu. nanti kamu bawa."

Keyla menggeleng. menurutnya, ia tidak pantas mendapatkan hadiah dari bosnya sekaligus dosennya. ia ikhlas menjaga si kembar, lagian tiap bulan juga ia akan mendapatkan gaji juga.

"Tidak perlu repot-repot pak, saya ikhlas kok menjaga mereka," tolak Keyla secara halus.

"Saya juga ikhlas memberi oleh oleh ke kamu!!" sarkanya tegas, dengan mata yang tajam membuat Keyla membisu. Tidak berani melawan.

Keyla menerima oleh oleh yang diberikan oleh Erlan dengan senang hati.

"Makasih banyak pak."

"Hem." Hanya itu yang keluar dari mulut Erlan.

Setelahnya, Keyla pamit untuk pulang ke rumah karena sudah lama meninggalkan ibunya di rumah.

"Biar diantar sama sopir aja," ucap Erlan yang sedang dalam mode baik hati.

"Tidak perlu pak, saya bisa naik ojek kok." Keyla merasa tidak enak jika harus diantar oleh sopir Erlan. terkesan ia memanfaatkan keadaan.

"Ini perintah!! dan tidak bisa dibantah!!" tegasnya.

"Baik pak, terima kasih banyak."

***

Si kembar tak mau ayahnya pergi ke kantor, entahlah tidak seperti biasanya, kedua anaknya itu sedang dalam mode rewel dan tidak mau ditinggal dirinya bahkan dengan Keyla saja tidak mau.

Pada akhirnya, Erlan pun mengalah dan menjaga anaknya di dalam kamar. kebetulan si kembar memang sedang sakit dan jika sakit pasti mereka akan manja kepada ayahnya dan jarang mau dengan orang lain.

"Kamu bisa pulang atau jajan jalan ke mana, bebas!!" titahnya kepada Keyla.

"Baik pak," angguk Keyla senang.

Keyla pun memutuskan untuk pulang karena memang si kembar tidak mau dengannya.

***

"Nak, papa panggil dokter ke sini, ya?" Erlan sangat khawatir dengan kondisi anak anaknya.

Keduanya spontan menggeleng dengan cepat."Nggak mau!!"

"Kan kalian sakit, papa nggak mau ya kalau kalian kenapa napa."

"Tapi, nggak mau minum obat!!"

"Nggak mau disuntik juga!!"

Keduanya memang paling anti minum obat dan suntik. jika sakit, mereka juga sulit untuk diperiksa, dan pada akhirnya Erlan sendiri yang repot.

Ia mendesah, andai istrinya tidak pergi meninggalkan dirinya dan mau bertahan dengannya. Pasti sekarang rumah tangganya begitu bahagia.

"Ya udah, kalian mau apa? kalau nggak mau, istirahat aja!!" titahnya yang sebenarnya capek. banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan dan anaknya malah merecoki dirinya.

Keduanya sama sama diam dan saling tatap."Apa?" desak Erlan.

"Mau ketemu sama mama," lirih keduanya kompak, membuat jantung Erlan hampir copot.

Ia diam sejenak, berusaha menetralkan amarahnya. Jangan sampai ia memarahi kedua anak kembarnya.

"Kalian kan sakit, mending bobok aja ya. jangan kebanyakan mikir!!" titah Erlan mengalihkan. Sungguh pertanyaan itu sangat menyakitkan dan ia selalu berusaha untuk menghindari pertanyaan aneh tersebut.

"Tapi, kita mau mama. apa salah? di sekolah temen temen pada punya mama. dimasakin mama, Vina sama Vino juga mau, pa. kita mau sekolah dijemput mama dan jalan jalan sama mama. dipeluk dan disayang sama mama. iya kan, Vino?"

Vino mengangguk, ia juga kadang iri dengan teman teman sebayanya yang memiliki mama. sedangkan dirinya dan Vina? melihat fotonya saja tidak pernah.

"Kita juga mau belajar sama mama, pa. tidur bareng mama dan papa juga. pasti enak," seloroh Vino membayangkan dirinya tidur bersama dengan kedua orang tuanya lengkap juga adik kembarnya. Pastinya ham itu sangat menyenangkan.

"Maafin papa ya, nak," lirih Erlan tak kuasa menahan air matanya.

Jika bisa, ia juga akan menghalangi mantan istrinya yang lebih memilih karirnya dari pada keluarganya. Ia memang tidak bisa berbuat banyak saat itu.

"Tolong, jangan bahas mama kalian lagi!! mama sedang kerja jauh, dan kapan kapan pasti kalian akan ketemu sama mama kalian. tapi, papa mohon sama kalian ..."

"Apa, pa?" tanya keduanya kompak.

"Apa pun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan papa. papa sayang sama kalian, papa sedih kalau kalian jauh dari papa. dari awal, hanya kalian yang papa punya, Vino dan Vina," pinta Erlan sendu.

Kedua anak kembarnya saling pandang. Tentu saja, mereka tidak akan pernah meninggalkan papanya yang selalu ada untuk mereka dan mengurus mereka sejak bayi. Betapa beruntungnya mereka memiliki papa yang sayang dan baik seperti Erlan yang banyak perkejaannya, namun tetap mau mengurus anak anaknya. Wanita yang telah meninggalkan dirinya pasti akan menyesal nantinya.

"Tentu saja kami akan selalu bersama papa, kami nggak akan ke mana mana. kami kan sayang sama papa."

"Iya pa, papa juga harus selalu sayang sama Vino dan Vina." Erlan mengangguk, hanya kedua anaknya yang selalu menjadi penyemangat hidupnya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status