공유

5

작가: Iss_malaa
last update 최신 업데이트: 2024-02-22 15:34:47

“Papa, Vina mau punya mama sama kaya temen temen Vian di sekolah,” ucap Vina merengek, anak kecil itu suka sedih karena tidak pernah melihat mamanya yang wajahnya saja ia tidak tahu.

“Iya pa, di sekolah banyak yang dijemput sama mamanya dan diantar mamanya juga. Kenapa kita tidak, pa?” sambung Vino yang mempunyai keinginan tak jauh dari kembarannya.

Erlan tertegun mendengar pertanyaan seperti itu, selama ini memang mereka tidak pernah bertanya dan ia juga tidak pernah memberitahu keberadaan mama kandungnya di mana. Hal semacam inilah yang sebenarnya dari awal sudah ia hindari, ia memang sudah memprediksi akan pertanyaan seperti ini. Karena anak kembarnya yang semakin hari semakin tumbuh besar dan mengerti.

“Kenapa diam, pa? Kita kan cuma nanya sama papa? Apa benar kalau mama tidak sayang sama kita, makanya sejak lahir tidak ada di sini?”tanya Vina polos, membuat ia tak tega dan tak kuasa menahan air matanya yang mengembun. Ia tidak mungkin menangis di hadapan anaknya, bukan karena malu melainkan ia tidak boleh cengeng dan harus terlihat kuat di hadapan anaknya karena ia adalah seorang ayah.

Erlan berjongkok memeluk keduanya, lalu memang bahu keduanya menepuk pelan dengan tatapan penuh kasih sayang yang tak pernah pudar, meski ibu mereka pergi jauh meninggalkan dirinya dan kedua buah hatinya.

“Sayang, maafin papa ya kalau selama ini papa diam dan tidak kasih tau kalian tentang mama kalian, karena memang mama kamu jauh di sana dan masih sibuk, jadi belum bisa pulang dan antar jemput kalian,” ucap Erlan harus bijak. Meski ia tersakiti dan membenci ibu mereka, tapi ia tidak akan membuat kedua anaknya membenci ibu kandungnya sendiri.

“Emang kerja apa, pa? Dan di mana? Kan papa kaya bisa dong kalau kita lihat mama,” sahut Vino yang lumayan paham dan pemikirannya di atas Vina.

“Kalau papa kaya, kenapa musti mama kerja? Apa jangan jangan papa nggak sayang ya sama, mama?” tuding Vina yang membuat Erlan melemaskan bahunya.

“Nggak sayang, mama kerjanya sibuk dan itu adalah impian mama kalian.”

“Kapan kapan kita lihat mama ya, pa? Vina mau ketemu sama mama dan peluk mama, Vina pengin,” cicitnya dengan menunduk sedih.

“Vino, juga mau dipeluk mama,” sambung Vino yang merasakan hal yang sama.

Erlan tak tega melihat kedua anaknya sedih, bahkan jauh lebih sedih lagi melihat keduanya besar tanpa seorang ibu.

“Jangan sedih, kan di sini ada papa. Apa masih kurang? Papa sayang banget lo sama kalian selama ini,” ucap Erlan dengan wajah yang dibuat sedih agar anaknya peduli dengannya dan tidak lagi bertanya tentang mamanya.

“Sayang sama papa banyak banyak kok,” ucap keduanya kompak dengan mata berbinar lebar. Keduanya memeluk Erlan yang membuat Erlan senang dan membalas pelukan anak kembarnya.

“Papa jauh lebih sayang sama kalian dan papa minta sama kalian satu hal.”

Keduanya melepas pelukan papanya dan saling tatap dengan tatapan bingung.

“Apa itu, pa?” tanya keduanya yang belum mengerti.

“Jangan tanya mama lagi!!” jawab Erlan yang tak mau keduanya tersakiti.

“Tapi, kenapa, pa? Bukannya tadi papa udah ngomong ya bakalan bawa kita ke tempat mama?” tanya Vina dengan cepat dan bingung dan Vino menyetujui pertanyaan adiknya.

“Iya, tapi tidak dengan bertanya.”

Keduanya mengangguk meski mereka tidak paham dan tidak lagi bertanya karena melihat wajah ayahnya yang lelah dan tidak enak.

***

Di dalam kamar si kembar sama sama merenung, memikirkan ucapan dan permintaan ayahnya. Tidak seperti biasanya yang meminta apa saja langsung dituruti. Padahal tidak ada salahnya jika mereka menanyakan tentang keberadaan ibunya, tapi melihat respon ayahnya yang sepertinya kurang suka membuat keduanya tidak lagi berani bertanya, takut kena marah ayahnya.

“Kenapa ya papa larang kita tanya mama lagi? Apa ada salah?” tanya Vina kepada Vino yang dijawab gelengan kepala.

“Nggak tau juga, Vina. Kamu kan tau sendiri papa sepertinya mau marah dan sedih,” kata Vino menjawab.

“Iya sih, tapi Vina pengin kata temen temen yang diantar atau dijemput mama mereka. Vina sedih,” sendu Vina.

“Jangan sedih, Vina. Kan di sini ada Vino yang bakalan selalu jaga Vina.”

Keduanya berpelukan merindukan sang ibu yang tentah seperti apa wajahnya.

“Kira kira wajah mama seperti siapa ya? Vina apa Vino?”

“Nggak tau, Vina. Paling kamu, kan kamu cewek pastinya cantik,” jawab Vino.

“Iya, dan Vino seperti papa yang ganteng,” sahut Vina terkekeh.

***

Seperti biasa, sepulang dari kampus, Keyla langsung menuju ke rumah Erlan untuk mengasuh si kembar yang sudah ada di rumah sepulang sekolah diantar oleh pembuatnya yang lumayan dekat dengan si kembar.

“Kakak,” sapa keduanya melihat pengasuh cantiknya yang datang.

“Hai.” Keyla tersenyum melihat kelucuan si kembar yang sangat menggemaskan. Ingin sekali ia bawa pulang ke rumah, tapi takut sama dosennya. Yang ada nanti ia kena hukuman di luar nurul lagi dan bisa bisa ia mendapatkan nilai E.

Keduanya memeluk Keyla seperti biasanya. Mereka memang sangat menyukai Keyla yang menurut mereka bisa mengobati rasa rindu kepada ibunya.

“Kalian mainan apa?” tanya Keyla basa basi karena jelas jelas ia melihat keduanya sedang asyik menggambar dan mainan puzzle.

“Nih kakak bisa lihat ini, taraaaaa!!! Ini gambaran Vina dan Vano,” pekik Vina heboh, menunjukkan gambar seperti satu laki dewasa, satu perempuan dewasa dan dua anak kembar sepasang yang Keyla yakin jika itu adalah di kembar dan ayahnya, dan untuk satunya pastinya ibunya mereka.

“Varo juga punya, kak. Gambar robot lebih keren dari pada itu,” tunjuk Vino tak mau kalah.

“Ihh Vino bagusan punya Vina tau!!” sahut Vina yang tak mau kalah.

Keyla tersenyum melihat keduanya yang saling membanggakan gambaran mereka.

“Udah, bagus semua kok,” ucap Keyla yang tak mau keduanya bertengkar.

“Vina duluan, kak.”

“Vano!!” sarkas Vina yang tak mau dibantah.

Keyla memijit pelipisnya kalau sudah begini. Memang kakak adik itu rawan bertengkar dan berebut sesuatu. Meski hal itu wajar, namun tetap saja kadang ia pusing karena ulah si kembar. Pantas saja banyak baby sister yang tak betah menjadi pengasuh si kembar karena mereka sangat aktif dan membuat pusing, ditambah dengan ayah mereka yang galak dan super dingin. Sudah seperti es baru saja, selalu dingin dan tidak pernah senyum seperti orang yang sakit gigi dan menahan BAB.

“Udah, punya kalian bagus semua. Jangan ribut ya, nanti kakak kasih hadiah,” ucap Keyla melerai dan keduanya pun mengangguk senang karena akan mendapatkan hadiah.

Keyla mengeluarkan beberapa snack makanan sehat yang sempat ia beli di Alfamart tadi dan memberikannya kepada si kembar.

“Yeey makan jajan!!” pekik keduanya senang.

***

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Mengasuh Anak Kembar Dosen Duda   45

    Malam itu begitu tenang, hanya suara jam dinding yang terdengar di ruang tamu rumah Keyla dan Erlan. Keyla sedang duduk di sofa, bersandar sambil memegang perutnya yang sudah besar. Wajahnya tampak kelelahan setelah menjalani hari yang panjang. Di sebelahnya, Erlan sedang menonton televisi sambil sesekali melirik istrinya, merasa khawatir tapi mencoba tetap tenang. “Kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Erlan lembut, matanya penuh perhatian. Keyla tersenyum kecil, meski jelas ada ketegangan di wajahnya. “Aku baik-baik saja, cuma sedikit kram. Mungkin kontraksi palsu,” jawabnya, mencoba meredakan kecemasan Erlan. Namun, beberapa saat kemudian, rasa sakit yang sebelumnya hanya seperti kram ringan tiba-tiba berubah menjadi lebih intens. Keyla memegang erat perutnya dan mengerutkan kening, rasa nyeri itu datang tanpa peringatan. “Ahh…,” desah Keyla, menahan rasa sakit. Erlan segera mematikan televisi dan duduk lebih dekat. “Keyla, apa ini kontraksi? Sudah waktunya?” tanyanya panik, t

  • Mengasuh Anak Kembar Dosen Duda   44

    Pagi itu, langit cerah seakan merestui acara syukuran tujuh bulanan kehamilan Keyla. Di rumah mungilnya yang penuh dengan nuansa tradisional, ia dan suaminya, Andi, menanti kehadiran tamu-tamu terdekat yang sudah diundang. Sebuah tenda sederhana berhiaskan kain putih dan hijau dipasang di halaman depan, dengan meja-meja kecil dan kursi yang tersusun rapi.Tamu-tamu mulai berdatangan. Wajah-wajah ceria dari keluarga besar Keyla dan Andi menghiasi suasana pagi itu. Ibu Keyla dan mertua menyambut para tamu dengan hangat, mengenakan kebaya tradisional dengan senyum lembut yang tak pernah lepas dari wajahnya. Tak lama kemudian, para sahabat dan kerabat lain pun datang, membawa berbagai bingkisan dan makanan untuk syukuran."Selamat datang, Silahkan masuk," sambut Agam sambil mempersilahkan para tamunya masuk. Di dalam rumah, Keyla yang duduk dengan anggun di kursi, mengenakan kain batik khas Jawa yang dipadukan dengan kebaya berwarna hijau muda, tersenyum lembut menyambut para tamu.Setela

  • Mengasuh Anak Kembar Dosen Duda   43

    Beberapa bulan kemudian, kandungan Keyla semakin membesar dan bulan ini memasuki bulan ke tujuh dan rencananya mereka akan mengadakan acara syukuran di rumahnya dengan mengundang beberapa anak yatim di panti asuhan, lansia, tetangga dan juga kerabat mereka yang tak ketinggalan serta sahabat mereka. Rencananya akan digelar dua hari lagi. “Kak aku seneng banget deh bentar lagi dedek bayinya lahir. Pasti dia lucu dan sangat menggemaskan seperti aku yang ibunya,” celoteh Keyla sangat cerewet, membuat Erlan pusing. “Iya sayang, jangan lupa kalau aku ayahnya yang tak kalah tampan,” sahut Erlan yang sama sama percaya dirinya. Keduanya memang sama sama pasangan kompak dan serasi. Di dalam kamar yang remang-remang dengan pencahayaan lembut dari lilin, Keyla duduk di tepi ranjang, mengenakan baju tidur satin berwarna pastel. Erlan duduk di sampingnya, menggenggam tangannya. Angin sepoi-sepoi masuk dari jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma bunga melati dari taman.Erlan tersenyum lem

  • Mengasuh Anak Kembar Dosen Duda   42

    Rohimah dan keysa datang ke rumah Keyla dengan membawa beberapa makanan yang mereka buat sendiri. “Ya ampun ibu kenapa bawa makanan banyak segala sih? Pasti ibu capek?” Walaupun berkata seperti itu, namun Keyla tak menolak makanan tersebut dan menerimanya. Ia tak kuasa menolak makanan apalagi buatan ibu dan adiknya. “Nggak kok, kan ada adik kamu juga yang bantu ibu. Kebanyakan juga dia yang buat. Kamu tau sendiri kan dia seorang pengusaha kue?” kata Rohimah yang membuat Keyla mengangguk. “Makasih ya jadi ngerepotin.” “Kakak ngomong apa sih? Siapa juga yang direpotin. Aku juga tau kalau kakak pasti mau kan?” tebak Keysa yang tepat sasaran. “Ya sudah ya sudah, ibu sama Keysa udah sarapan belum? Kalau belum, mari sarapan sama sama!” ajak Keyla. “Udah nggak usah, kami udah sarapan kok.” “Beneran?” Keyla memastikan. Awas saja mereka bohong. “Iya bener, kagak percaya banget sih orang satu ini,” dengkus Keysa.”Lagian kan kakak tau kalau di rumah ibu, subuh itu udah mateng semua maka

  • Mengasuh Anak Kembar Dosen Duda   41

    Erlan kembali ke Bogor dengan Satria untuk melihat lahan dan bangunan yang terbakar. “Kamu sudah menyelidiki?” tanya Erlan. “Sudah bos, sepertinya orang itu adalah salah satu bawahan mereka. Jadi ya siapa lagi coba dalangnya kalau bukan kakek mertua anda,” jawab Satria blak blakan tanpa filter. Erlan menatap tajam ke arah Satria yang kalau ngomong suka ngasal.”Heh jaga ya omongan lo!! Awas sampai bini gue denger. Mati lo nanti!!” “Ya gue tau, makanya gue nggak berani nyebut keluarga itu kalau di depan bu bos. Gue juga situasi kali.” Mereka kembali melanjutkan perjalanan meski agak macet karena berbarengan dengan orang yang mau berangkat kerja. “Kenapa pakai macet segala sih? Ini udah lewat tol juga tadi,” keluh Erlan kesal. “Sabar bos, orang sabar disayang mertua,” ledek Satria membuat Erlan semakin kesal. *** Dua jam kemudian, mereka telah sampai di lokasi. Di mana ada beberapa bagian yang terbakar, namun tidak semua. Erlan meminta penjelasan kepada salah sat

  • Mengasuh Anak Kembar Dosen Duda   40

    Setelah semua pekerjaan selesai, Erlan langsung pulang ke Jakarta karena ia takut istrinya kenapa napa di rumah. Ya meski di sana dia tidak sendirian, namun tetap saja ia tak tega meninggalkan istrinya lama lama apalagi dalam kondisi mengandung anaknya. “Nanti mampir di toko oleh oleh, aku mau beli makanan buat istriku dan orang orang rumah,” titah Erlan kepada sang asisten. “Siap bos.” Di sisi lain, Keyla sendirian di dalam kamar sambil menunggu suaminya dengan bosan. Ia bingung mau melakukan apa karena semuanya terasa membosankan. Ia menghela nafasnya panjang, ia merasa kesepian tidak ada sang suami di sisinya. “Kak Erlan kenapa lama sih? Aku kan jadi kangen sama dia,” ucapnya sambil mengelus perutnya yang sedikit menonjol. “Sabar ya dek ya, papa sebentar lagi pulang kok.” Ia pun memilih memejamkan matanya karena matanya terasa berat. ***“Sayang maafin aku ya karena semalam pulang jam sepuluh dan kamu udah tidur,” ucap Erlan merasa bersalah. Apalagi istrinya sedari tadi han

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status