Share

5

“Papa, Vina mau punya mama sama kaya temen temen Vian di sekolah,” ucap Vina merengek, anak kecil itu suka sedih karena tidak pernah melihat mamanya yang wajahnya saja ia tidak tahu.

“Iya pa, di sekolah banyak yang dijemput sama mamanya dan diantar mamanya juga. Kenapa kita tidak, pa?” sambung Vino yang mempunyai keinginan tak jauh dari kembarannya.

Erlan tertegun mendengar pertanyaan seperti itu, selama ini memang mereka tidak pernah bertanya dan ia juga tidak pernah memberitahu keberadaan mama kandungnya di mana. Hal semacam inilah yang sebenarnya dari awal sudah ia hindari, ia memang sudah memprediksi akan pertanyaan seperti ini. Karena anak kembarnya yang semakin hari semakin tumbuh besar dan mengerti.

“Kenapa diam, pa? Kita kan cuma nanya sama papa? Apa benar kalau mama tidak sayang sama kita, makanya sejak lahir tidak ada di sini?”tanya Vina polos, membuat ia tak tega dan tak kuasa menahan air matanya yang mengembun. Ia tidak mungkin menangis di hadapan anaknya, bukan karena malu melainkan ia tidak boleh cengeng dan harus terlihat kuat di hadapan anaknya karena ia adalah seorang ayah.

Erlan berjongkok memeluk keduanya, lalu memang bahu keduanya menepuk pelan dengan tatapan penuh kasih sayang yang tak pernah pudar, meski ibu mereka pergi jauh meninggalkan dirinya dan kedua buah hatinya.

“Sayang, maafin papa ya kalau selama ini papa diam dan tidak kasih tau kalian tentang mama kalian, karena memang mama kamu jauh di sana dan masih sibuk, jadi belum bisa pulang dan antar jemput kalian,” ucap Erlan harus bijak. Meski ia tersakiti dan membenci ibu mereka, tapi ia tidak akan membuat kedua anaknya membenci ibu kandungnya sendiri.

“Emang kerja apa, pa? Dan di mana? Kan papa kaya bisa dong kalau kita lihat mama,” sahut Vino yang lumayan paham dan pemikirannya di atas Vina.

“Kalau papa kaya, kenapa musti mama kerja? Apa jangan jangan papa nggak sayang ya sama, mama?” tuding Vina yang membuat Erlan melemaskan bahunya.

“Nggak sayang, mama kerjanya sibuk dan itu adalah impian mama kalian.”

“Kapan kapan kita lihat mama ya, pa? Vina mau ketemu sama mama dan peluk mama, Vina pengin,” cicitnya dengan menunduk sedih.

“Vino, juga mau dipeluk mama,” sambung Vino yang merasakan hal yang sama.

Erlan tak tega melihat kedua anaknya sedih, bahkan jauh lebih sedih lagi melihat keduanya besar tanpa seorang ibu.

“Jangan sedih, kan di sini ada papa. Apa masih kurang? Papa sayang banget lo sama kalian selama ini,” ucap Erlan dengan wajah yang dibuat sedih agar anaknya peduli dengannya dan tidak lagi bertanya tentang mamanya.

“Sayang sama papa banyak banyak kok,” ucap keduanya kompak dengan mata berbinar lebar. Keduanya memeluk Erlan yang membuat Erlan senang dan membalas pelukan anak kembarnya.

“Papa jauh lebih sayang sama kalian dan papa minta sama kalian satu hal.”

Keduanya melepas pelukan papanya dan saling tatap dengan tatapan bingung.

“Apa itu, pa?” tanya keduanya yang belum mengerti.

“Jangan tanya mama lagi!!” jawab Erlan yang tak mau keduanya tersakiti.

“Tapi, kenapa, pa? Bukannya tadi papa udah ngomong ya bakalan bawa kita ke tempat mama?” tanya Vina dengan cepat dan bingung dan Vino menyetujui pertanyaan adiknya.

“Iya, tapi tidak dengan bertanya.”

Keduanya mengangguk meski mereka tidak paham dan tidak lagi bertanya karena melihat wajah ayahnya yang lelah dan tidak enak.

***

Di dalam kamar si kembar sama sama merenung, memikirkan ucapan dan permintaan ayahnya. Tidak seperti biasanya yang meminta apa saja langsung dituruti. Padahal tidak ada salahnya jika mereka menanyakan tentang keberadaan ibunya, tapi melihat respon ayahnya yang sepertinya kurang suka membuat keduanya tidak lagi berani bertanya, takut kena marah ayahnya.

“Kenapa ya papa larang kita tanya mama lagi? Apa ada salah?” tanya Vina kepada Vino yang dijawab gelengan kepala.

“Nggak tau juga, Vina. Kamu kan tau sendiri papa sepertinya mau marah dan sedih,” kata Vino menjawab.

“Iya sih, tapi Vina pengin kata temen temen yang diantar atau dijemput mama mereka. Vina sedih,” sendu Vina.

“Jangan sedih, Vina. Kan di sini ada Vino yang bakalan selalu jaga Vina.”

Keduanya berpelukan merindukan sang ibu yang tentah seperti apa wajahnya.

“Kira kira wajah mama seperti siapa ya? Vina apa Vino?”

“Nggak tau, Vina. Paling kamu, kan kamu cewek pastinya cantik,” jawab Vino.

“Iya, dan Vino seperti papa yang ganteng,” sahut Vina terkekeh.

***

Seperti biasa, sepulang dari kampus, Keyla langsung menuju ke rumah Erlan untuk mengasuh si kembar yang sudah ada di rumah sepulang sekolah diantar oleh pembuatnya yang lumayan dekat dengan si kembar.

“Kakak,” sapa keduanya melihat pengasuh cantiknya yang datang.

“Hai.” Keyla tersenyum melihat kelucuan si kembar yang sangat menggemaskan. Ingin sekali ia bawa pulang ke rumah, tapi takut sama dosennya. Yang ada nanti ia kena hukuman di luar nurul lagi dan bisa bisa ia mendapatkan nilai E.

Keduanya memeluk Keyla seperti biasanya. Mereka memang sangat menyukai Keyla yang menurut mereka bisa mengobati rasa rindu kepada ibunya.

“Kalian mainan apa?” tanya Keyla basa basi karena jelas jelas ia melihat keduanya sedang asyik menggambar dan mainan puzzle.

“Nih kakak bisa lihat ini, taraaaaa!!! Ini gambaran Vina dan Vano,” pekik Vina heboh, menunjukkan gambar seperti satu laki dewasa, satu perempuan dewasa dan dua anak kembar sepasang yang Keyla yakin jika itu adalah di kembar dan ayahnya, dan untuk satunya pastinya ibunya mereka.

“Varo juga punya, kak. Gambar robot lebih keren dari pada itu,” tunjuk Vino tak mau kalah.

“Ihh Vino bagusan punya Vina tau!!” sahut Vina yang tak mau kalah.

Keyla tersenyum melihat keduanya yang saling membanggakan gambaran mereka.

“Udah, bagus semua kok,” ucap Keyla yang tak mau keduanya bertengkar.

“Vina duluan, kak.”

“Vano!!” sarkas Vina yang tak mau dibantah.

Keyla memijit pelipisnya kalau sudah begini. Memang kakak adik itu rawan bertengkar dan berebut sesuatu. Meski hal itu wajar, namun tetap saja kadang ia pusing karena ulah si kembar. Pantas saja banyak baby sister yang tak betah menjadi pengasuh si kembar karena mereka sangat aktif dan membuat pusing, ditambah dengan ayah mereka yang galak dan super dingin. Sudah seperti es baru saja, selalu dingin dan tidak pernah senyum seperti orang yang sakit gigi dan menahan BAB.

“Udah, punya kalian bagus semua. Jangan ribut ya, nanti kakak kasih hadiah,” ucap Keyla melerai dan keduanya pun mengangguk senang karena akan mendapatkan hadiah.

Keyla mengeluarkan beberapa snack makanan sehat yang sempat ia beli di Alfamart tadi dan memberikannya kepada si kembar.

“Yeey makan jajan!!” pekik keduanya senang.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status