Nampak di kembar senang setelah mendapatkan hadiah dari Keyla. "Makasih banyak ya kak, kakak memang terbaik deh," puji Vina yang membuat Keyla hanya bisa tersenyum tipis saja. "Iya, cocok jadi mama," sambung Vino menyahut, Keyla meringis mendengar kata cocok menjadi mama. Apa apaan coba? ia saja masih mahasiswa dan masih mempunyai mimpi banyak, belum ada kepikiran untuk menikah muda dan punya anak. Kendati demikian, ia tetap diam saja. Hanya menganggap mereka bercanda saja. "Kak?" "Iya," jawab Keyla menatap wajah Vina yang tiba tiba saja sendu. ia bingung, dan was was takut sang anak nangis dan yang disalahkan dirinya oleh bapaknya nanti. "Ada apa, ya?" tanyanya dengan nada lembut. "Kakak mau ya jadi mama, kita?" cicit keduanya kompak yang membuat mata Keyla melebar. Ia membekap mulutnya, kenapa anak sekecil mereka bertanya hal yang demikian. Emangnya mama mereka ke mana saja? tidak mungkin kan kalau Erlan hamil sendiri dan bisa melahirkan anak kembar seimut dan sepintar mereka
"Mama mama ..." lirih seorang gadis kecil dengan mata terpejam memanggil mamanya. Erlan menepuk pelan punggung putrinya pelan dengan perasaan sesak. Ia tidak bisa membayangkan kepedihan yang dirasakan oleh putrinya yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya. Jangankan kasih sayang, melihat saja tidak pernah. "Maafin papa, nak," bisiknya pelan. Ia akan melakukan apa saja untuk anaknya. Percayalah jika di luar ia dingin, maka tidak jika ia berada di rumah bersama keluarganya, maka ia akan hangat dan penuh kasih sayang. Dulu waktu ia masih bersama dengan ibu dari anak anaknya juga, ia adalah sosok lelaki yang ceria dan murah senyum tidak seperti sekarang yang sudah seperti tembok saja, datar dan dingin seperti kutub utara. "Semoga kalian bahagia selalu, nak." Erlan memeluk kedua anaknya. jika anak anak sedang sakit, ia memang tidur di kamar anaknya karena tidak tega meninggalkan kedua anak kembarnya dalam kondisi sakit meski hanya satu malam saja. ***Keesokan harinya,
Ting tong!!Keyla membukakan pintu rumah Erlan karena ada suara bel dan posisinya dekat dengan pintu. "Iya, sebentar.''Ceklek!!"Kamu!! ngapain kamu di sini!!" sentak wanita itu jengkel serta terkejut, sama hal yang dirasakan oleh Keyla. ia juga kaget kedatangan dosennya tiba tiba ke rumah Erlan. Wajar sih karena Erlan dan wanita ini satu kampus dan digosipkan memiliki hubungan. Entah itu benar atau tidak, yang jelas ia tidak peduli. "Silahkan masuk, Bu." Keyla tetep sopan, bagaimana pun juga, wanita itu adalah dosennya yang tak lain adalah Bu Maudy. Bu Maudy masuk begitu saja dengan lagak sombong dan seolah ia sudah terbiasa keluar masuk rumah Erlan. Keyla hanya menggeleng saja melihat itu, biasa namanya juga orang kaya ya suka enaknya sendiri. zaman sekarang memang jarang ditemukan orang kaya yang rendah hari dan suka menolong. "Vina!!" panggilnya manis kepada anak bungsu Erlan. wanita itu berusaha mendekati anak anak Erlan agar bisa bersama dengan Erlan karena hanya Erlan l
Maudy berisiul membawa rantang berisi makanan yang sudah ia masak untuk Erlan. Saat ini, ia berjalan di koridor kantor Erlan, dan kebetulan ayahnya juga rekan kerja Erlan. Jadi, tidak sulit baginya untuk dekat dengan Erlan. Bahkan ia juga meminta ayahnya untuk menjodohkan dirinya dengan Erlan, tapi ayahnya masih cukup waras, namun juga diusahakan. “Ayah sih pakai acara lemot!! Gue kan mau nikah sama Erlan biar makin enak!!” ucapnya menggerutu. Ia mengancam ayahnya kalau tidak menjodohkan dirinya dengan Erlan, maka ia akan bunuh diri. Kekanakan sekali!! “Pak Erlannya ada?” tanyanya sengit kepada salah satu karyawan di sana dengan gaya sombongnya.”Kamu tau kan siapa saya?” Wanita itu mengangguk, tau siapa wanita di hadapannya bukan lah orang sembarangan juga. Dari penampilannya juga terlihat jika Maudy adalah orang kaya dan tentunya satu crickel dengan Erlan. Bisa saja teman atau bahkan kekasihnya. “Ada Bu, beliau di ruangannya. Mari saya antar!” ajaknya. Maudy mengikuti langkah wani
"Eh ibu," ucap Keyla kikuk, ia menyalami mami Erlan yang berdiri membukakan pintu rumah Erlan. "Masuk!!" titah Marwa lembut, tidak seperti Erlan yang galak. "Makasih, Bu." "Kalian ke mana aja sih? kok lama banget? Oma kan sendirian di rumah?" rajuk Marwa pada kedua cucunya. "Hehehe maaf nek, kita main ke rumah kakak cantik," sahut keduanya kompak. Keyla tersenyum kaku, ia merasa tidak enak kepada ibu dari majikannya. buru buru ia meminta maaf karena takut dianggap lancang. "Maaf ya Bu, kalau saya kesannya lancang," mohon Keyla tak enak hati. "Nggak papa nak, kamu ini kaya sama siapa aja sih." Marwa menatap perempuan yang menjadi pengasuh cucunya itu dengan lekat dan lembut. "Kamu kok mau sih jadi pengasuh anaknya dosen kamu sendiri? jangan bilang karena ada ancaman?" tebak Marwa. Ia sangat tau betul sifat Erlan belakangan ini yang selalu arogant dan pemaksa. "Nggak kok, Bu. ini atas dasar kemauan saya sendiri. itung itung buat penghasilan tambahan," elak Keyla. ia takut nanti
Saat ini, si kembar berada di sebuah mall bersama dengan omanya karena tadi sebelum ke sini, Marwa sempat mengajak cucunya dan cucunya mau diajak ke mall karena ada acara arisan di sana. "Hai jeng, bawa cucu ya? duh lucunya. pengin saya bawa ke rumah deh," ucap salah satu temen Marwa dengan gaya sosialita. "Ya jangan dong!! nanti saya dimarahi sama anak saya," balas Marwa tersenyum. "Ih pelit," kikiknya."Nama kamu siapa, nak?" "Vina dan ini Vino," jawab Vina dengan cepat. sedangkan Vino hanya diam saja duduk di samping omanya. Sebenarnya ia malas bertemu dengan banya orang, tapi tadi Vina sempat memaksa dirinya untuk ikut, jadilah ia hanya bisa pasrah dari pada adiknya nangis. "Kasian ya ganteng dan cantik, tapi nggak punya ibu," celetuk salah satu dari mereka yang membuat wajah Vina dan Vino langsung murung. mereka paling sensitif jika ada yang membahas soal ibu. Marwa yang melihat itu pun ikut emosi. Ia memang tidak suka dengan cara bicara temannya yang menurutnya tidak bisa me
Keyla membuka matanya setelah mendengar bising bising dari luar, ia hafal suara itu, pasti itu suara si kembar dan neneknya. "Kenapa kembar dan ibu Marwa ada di sini?" gumamnya. ia jadi merasa tidak enak dengan ibu majikannya. Ia pun berusaha bangkit untuk menemui mereka di ruangan tengah. "Lo kok bangun, nak?" Marwa kaget karena melihat pengasuh cucunya itu bangun padahal sedang sakit dan ia merasa tidak enak. pasti karena ulah dirinya dan cucu cucunya. Kembar dan Rohimah pun menoleh, si kembar langsung tersenyum karena mengira jika Keyla sudah sembuh. "Yey!! kakak sembuh!!" pekik Vina yang diikuti oleh Vino. "Vina, Vino, duduk!!" titah Marwa kepada kedua cucu kembarnya dan keduanya pun menurut ucapan neneknya. "Baik, oma." Keduanya kembali duduk anteng di samping Marwa. "Kamu bangun, nak? apa ada yang sakit?" tanya Rohimah khawatir setelah Keyla duduk di sampingnya. "Iya Bu, nggak papa kok. udah mendingan," sahutnya karena tidak mau membuat tamunya kecewa. "Maaf ya Key ka
Marwa menatap Keyla dengan intens, ia bisa melihat kebaikan dalam diri Keyla. 'Cocok jadi mantu, tapi apakah dia mau dan Erlan juga sepertinya bakalan menolak,' batin Marwa. Ingin sekali ia menjodohkan Erlan dengan Keyla yang dirasa cocok, selain itu, Keyla juha sangat dekat dengan anak anak Erlan. "Eh ibu." Keyla kaget karena tidak melihat keberadaan Marwa di belakangnya. "Tidak apa apa, nak. Ibu cuma mau lihat cucu cucu ibu aja," ucap Marwa tersenyum manis dan Keyla pun mengangguk. "Kamu, udah punya kekasih?'' tanya Marwa tiba tiba. Mustahil jika Keyla tidak ada yang naksir cewej secantik dan sepintar Keyla. Keyla tertawa mendengar itu, mana ada yang mau dengan dirinya yang hanya gadis, biasa? Kebanyakan zaman sekarang ya memilih kekasih yang sepadan. "Belum ada bu, lagian mana ada yang mau sama Keyla? zaman sekarang kan banyak yang mandang fisik, dan latar belakangnya, bu.'' Marwa tercenung, ia tahu apa yang dimaksud oleh Keyla. "Iya sih, tapi nggak semua orang seperti itu j