Share

06. Sakit Jiwa

*****

"Kamu beli mobil merek lain, padahal kamu itu kerja di brand mobil mewah yang kelasnya jauh di atas mobil tadi. Saya tidak menyangka kamu tega mengkhianati perusahaan sendiri apalagi secara terang-terangan menunjukkannya di sini," protes Jonathan pada Xavera.

“Kamu itu CMO di sini. Bagaimana mungkin kamu melakukan semua itu? Astaga, saya benar-benar tidak percaya dengan semua ini,” tambah Jonathan.

Wanita seksi itu hanya memutar bola mata malas mendengar ocehan CEO-nya yang sembarang menjudgenya tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu.

"Lagi pula, kenapa harus diantar ke kantor ini. Kamu mau pamer sama semua orang? Kalau kamu bisa beli mobil harga 3 milyar itu? Kalau kamu mau, saya bisa kasih kamu mobil mewah keluaran perusahaan kita ini." Jonathan terus mengomel bahkan semakin menjadi-jadi.

Kellan adalah biang dari semua masalah hidup Xavera kali ini. Dia cukup menyesal mau menerima pernyataan cinta pria itu. Xavera pikir Kellan adalah sosok makhluk Tuhan berjenis kelamin berbelalai panjang yang tidak akan bersikap kekanakan yang lapang dada menerima setiap keputusan. Wanita itu juga menyangka jika Kellan adalah sosok pria dewasa yang siap menjadi kepala rumah tangganya kelak. Akan tetapi, semua hanyalah omong kosong, sikap over posesif dan obsesinya membuat Xavera mendadak il-feel padanya.

"Sir Jonathan, izinkan saya, Xavera Grizelle memberikan penjelasan. Sedari tadi, Sir, sudah bicara panjang lebar tanpa meminta saya menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Apakah sekarang saya sudah boleh untuk berbicara?" tanya Xavera dengan suara penuh penekanan dan sangat formal pada Jonathan.

Jonathan membelakangi Xavera sambil menatap jendela dengan kedua tangan di belakang tubuhnya. "Ya, silakan. Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya," Jonathan memberikan kesempatan Xavera.

"Begini Sir Jonathan. Pertama, saya tidak pernah membeli mobil itu karena saya tentu tidak punya uang sebanyak itu. Saya masih memiliki tanggungan mobil kreditan dan juga apartemen yang cukup besar angsurannya. Apalagi, Sir, pasti tahu dengan jelas berapa besar gaji saya, karena Sir Jonathan yang menandatangainya. Kedua, mobil itu merupakan pembelian mantan pacar saya. Saya sudah berusaha keras menolak untuk menerimanya, tetapi dia melakukan hal nekat dengan mengirimkan barangnya langsung ke sini. Mungkin dengan cara itu dia pikir, saya tidak akan menolaknya.”

Jonathan terbelalak mendengar penjelasan Xavera. Pria itu tidak menyangka jika Kellan akan sedermawan itu memberi pegawainya mobil mewah seharga 3 milyar.

CEO itu berdeham sebelum membuka mulutnya untuk menanggapi penjelasan Xavera. "Apa kamu sudah hmm ... begitu dengannya? Sampai kekasihmu itu mau membelikan mobil semahal itu?" Jonathan mengisyaratkan sebuah gerakan telunjuk dengan telunjuknya pada Xavera.

Wanita cantik nan seksi itu memutar bola matanya, mengerti dengan jelas apa yang dimaksud oleh Jonathan. Sudah tidak perlu lagi bersikap formalitas pada CEOnya kali ini.

"Saya masih ting-ting, dijamin masih ting-ting! Belum berpengalaman!" jawab Xavera dengan lagu dangdut yang sedang populer saat itu.

Jonathan menggeleng melihat tingkah absurd pegawai cantiknya yang sering kali tidak bersikap jaim di depan orang bahkan di depannya yang merupakan atasannya sekali pun.

"Saya hanya memberikan perhatian, cinta dan kasih sayang pada semua pria yang pernah berhubungan dengan saya. Akan tetapi, pengecualian pria-pria yang membuat saya il-feel. Perasaan menggebu-gebu itu lenyap begitu saja seperti terbawa angin puting beliung," tutur Xavera.

Jonathan terkekeh mendengarnya. Lama-lama ia bisa saja semakin jatuh cinta dengan Xavera yang selalu menolaknya. Wanita itu begitu ajaib dan sulit ditebak.

"Ya sudah kalau begitu. Terima kasih atas penjelasannya, kini sudah tidak ada lagi kesalahpahaman antara kita berdua. Kamu bisa memberi klarifikasi pada grup kantor kita biar tidak terjadi fitnah atas dugaan demi dugaan," kata Jonathan dan ditanggapi oleh Xavera dengan acungan jempol.

"Saya pamit ke ruangan dan ke luar menemui klien. Terima kasih atas waktunya, Sir. Saya permisi dulu." Xavera melangkahkan kaki jenjangnya ke luar ruangan CEO perusahaannya itu. Ia kembali ke ruang kerjanya dan segera mengetikkan pesan panjang kali lebar di grup kantornya sebagai penjelasan yang seharusnya tidak perlu dijelaskan.

Aku akan segera mengganti warna mobil sesuai pesananmu. Apa sih yang enggak buat pacarku yang cantik 🥰 love you

Sebaris pesan yang dikirimkan setengah jam lalu oleh Kellan pada Xavera.

"Lo liat aja ntar kalo datang lagi!" gumam Xavera sambil menjulurkan lidah ke arah chat Kellan.

Wanita itu bergegas membereskan semua peralatan kerjanya. Ia memilih pulang lebih awal karena ingin menemui salah satu klien artis papan atas yang hendak ia rayu agar bersedia membeli unit terbaru mobil perusahaannya. Beberapa klien petinggi penting atau artis-artis papan atas yang tersohor, biasanya langsung Xavera sendiri yang menghandel.

Segera mungkin ia memacu mobil mungilnya menuju salah satu mall besar di kawasan Ibu kota. Xavera mentap kaca spion untuk membenahi dandanan sebelum turun, ia harus tetap menjaga penampilannya. Bukan untuk menggoda sang klien, hanya saja penampilan terbaik akan memberikan kesan yang baik pula. Langkah kakinya begitu penuh percaya diri. Ia segera mengambil ponsel untuk melihat balasan chat kliennya, tapi seketika langkah Xavera terhenti.

"Yah, sialan! Gue udah buru-buru ke sini malah dicancel. Dasar artis!" gumam Xavera yang mendadak sedikit kecewa karena kliennya tiba-tiba membatalkan jadwal pertemuan mereka karena ada syuting dadakan.

Kejadian seperti itu bukan pertama kali terjadi pada Xavera, sehingga ia sudah bisa menganggapnya biasa saja. Wanita itu meneruskan langkah kakinya menuju salah satu store brand pakaian. Ia memilah milih, tapi tidak ada satu pun yang cocok dengan seleranya. Wanita itu kembali ke luar dan berjalan tidak punya arah.

Kedua mata elangnya menangkap sosok yang sepertinya ia kenal dari eskalator. Xavera memicingkan kedua matanya, memastikan jika sinyal cintanya tidak salah deteksi. Tidak perlu diragukan lagi itu benar jodohnya.

Pria muda memakai jaket hitam membawa bungkusan gitar di punggungnya. Beberapa wanita muda menatap pria itu penuh minat dan sukses membuat Xavera geram.

"Emang feeling gue selalu tepat. Kalo jodoh gak lari ke mana, bisa-bisanya ketemuan di sini. Ah, semangat mengejar, Xa. Gas terus sampe dapet," gumam Xavera dengan wajah memerah.

Dengan langkah pasti dan mantap, ia berjalan menuju Tezza. Tanpa ragu ia melingkarkan lengannya ke lengan Tezza membuat pria muda itu menatapnya lekat dan sekaligus terkejut. Satu per satu gadis muda yang mendekati Tezza pergi melihat Xavera yang memeluk lengan pria itu sambil tersenyum mengerikan pada mereka semua.

“Apa yang kau lakukan?” protes Tezza saat melirik lengannya.

“Pegangi jodoh aku dong, takut kabur,” jawab Xavera tidak merasa bersalah.

"Kau penguntit?" tuding Tezza sambil mencoba melepaskan pelukan pada lengannya.

Xavera mendelik ke arah Tezza. "Emangnya aku sekurang kerjaan itu jadi penguntit." Wanita itu mengibaskan rambutnya.

"Lalu? Kalau Tante bukan penguntit lantas apa?" tanya Tezza dengan melipat kedua lengan di depan dada dan menaikkan sebelah alis tebalnya ke arah Xavera.

Xavera menarik napasnya lalu mengembuskannya, mengontrol diri agar tidak terpancing emosi karena panggilan sialan yang disebutkan oleh Tezza untuk dirinya.

"Kita jodoh. Jodoh akan bertemu di waktu yang tepat dan dalam keadaan tidak terduga. Aku udah bilang kan dipertemuan kita kemarin, kalo nanti kita ketemu lagi tanpa sengaja berarti kita jodoh. See! Kita beneran ketemu," jelas Xavera antusias.

Tezza mendengkus mendengarnya. Wajah pria itu terlihat sangat kesal.

"Saya tidak mau berjodoh dengan tante-tante seperti kau," kata Tezza penuh penekanan.

Pria itu akan melangkah meninggalkan Xavera yang melotot mendengar ucapannya, tapi dengan sigap wanita itu menahan lengan Tezza dengan sekuat tenaga sehingga Tezza berhenti dan kembali berbalik menatap Xavera malas.

"Etsss ... enak aja main ninggalin anak gadis sendirian di sini," rajuk Xavera.

"WHAT! Gadis? Kau yakin, kau masih gadis? Bukankah kau sudah tante-tante atau bahkan sudah pernah menikah?" tuding Tezza dengan rasa shock berat.

'Kalo nampol mulut bocah ini di sini, kira-kira gue kena pasal gak yah? Enak aja ngatain gue udah pernah nikah? Emang muka gue setua itu apa? Setan juga ternyata nih laki, tapi bikin gregetan pengen cium!' batin Xavera menatap nyalang Tezza.

Xavera menarik napas panjang lalu mengembuskannya dengan perlahan.

"Dengar calon imam dari seorang gadis cantik nan seksi seorang Xavera Grizelle. Wanita cantik di depanmu ini masih single. Belum pernah menikah, belum pernah indehoy juga, pokoknya masih suci murni. Jadi, jangan ragukan kualitas jodohmu ini, wahai calon imamku," jelas Xavera panjang lebar.

Tezza kehilangan kata-kata untuk membalas ucapan wanita di depannya itu. Wanita itu begitu percaya diri dan cukup konsisten dengan semua ucapannya dari awal pertama kali mereka bertemu. Tezza tidak ingin memperpanjang masalah dengan wanita itu, lebih baik biarkan saja wanita itu berhalusinasi dengan keinginannya. Mungkin wanita itu punya masalah kejiwaan yang cukup parah. Akan tetapi, Tezza cukup berterima kasih karena kehadirannya tadi berhasil mengusir semua gadis yang mengerumuninya bak semut bertemu gula.

"Gimana kalo kita makan dulu. Tak kenal maka tak sayang. Kita butuh pengenalan lebih dekat, memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Lagi pula, anggap saja acara makan dadakan ini adalah rasa permintamaafan aku sudah menculikmu kemarin. Aku tahu restoran jepang yang enak di Mall ini," tawar Xavera.

"Aku tidak suka makanan jepang," jawab Tezza singkat dan benar-benar angkuh sambil berjalan meninggalkan Xavera di belakangnya.

Wanita memakai highheels itu dengan cepat melingkarkan tangannya di lengan Tezza tanpa malu apalagi ragu.

"Jadi, kamu mau makan apa? Kalo makan aku, hmm ... gak boleh sekarang. Tunggu kita sudah sah," ucap Xavera dengan wajah memerah.

Tezza mengerutkan dahinya dalam lalu menggeleng. 'Sakit jiwa wanita ini sudah dalam tahap kronis sepertinya,' batin Tezza.

Pria muda itu melangkahkan kakinya menuju salah satu restoran western dan Xavera tentu saja mengikutinya. Kedua orang itu menjadi pusat perhatian orang-orang yang sedang makan di sana. Xavera mendelik kesal ke arah mata-mata kelaparan para wanita di sana melihat sosok Tezza.

"Lama-lama bisa gue colok juga itu mata. Kenapa sih, ngeliatin jodoh gue segitunya. Berani mati banget mereka sama gue?" gumam Xavera yang masih terdengar jelas oleh Tezza.

Pria muda itu tersenyum simpul mendengarnya. 'Bener-bener ratu iblis yang tidak ingin punya saingan. Ckckck!' batin Tezza terkekeh geli.

Pelayan itu mencuri pandang pada Tezza, bahkan wajahnya bersemu merah. Tanduk iblis Xavera seakan muncul begitu saja melihatnya, sisi posesif Xavera muncul begitu saja. Wanita cantik itu menatap Tezza yang hanya diam menunduk menatap buku menu tanpa memedulikan Xavera ataupun pelayan.

"Sayang, kamu mau pesen apa?" tanya Xavera pada Tezza. Wanita itu tiba-tiba sambil memasang senyum manis dan melirik ke arah pelayan itu.

Tezza mendongakkan wajah menatap Xavera shock.

'Fix! Wanita ini gangguan jiwa!' batin Tezza.

******

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status