Happy Reading dan jangan lupa komentar trus review bintang limaaaaa. muaah muah
*****
Xavera menatap sinis Tezza setelah pria itu mengejeknya. Akan tetapi, sikap Tezza 180 derajat berubah dari seperti biasa. Tezza bahkan berani untuk berbaring di atas paha Xavera. Pasokan oksigen Xavera seolah tersedot habis di dalam ruangan itu. Jantungnya berdetak tidak karuan, tubuhnya mendadak kaku dengan tindakan Tezza yang tiba-tiba itu.
“Kau tidak akan mati karena jantungmu lepas, bukan?” tanya Tezza dengan sebelah alis terangkat menatap Xavera.
Wajah Xavera kaku, tampak begitu tegang. Tezza mendengkus melihatnya dan segera mengangkat tubuhnya kembali duduk lalu menarik dagu Xavera agar menghadap ke arahnya.
“Kau—bisa kaku juga? Ke mana jiwa tante iblis yang sering sekali menggoda? Kau dirasuki oleh malaikat—sekarang?” Tezza kembali mengejek Xavera.
Wajah Xavera merah padam. Wanita itu me
Hallo, jangan lupa komentarnya yah.Reviewnya juga!Happy Reading******Jonathan melirik ruangan Xavera ketika pimpinan perusahaan itu berjalan bersisian bersama Tezza. Tezza yang begitu peka lantas berdeham agar Jonathan mengalihkan pandangannya.“Kau—tidak berniat putus dengannya?” tanya Jonathan membuat langkah kaki Tezza berhenti begitu saja. Dengan kedua tangan di dalam kantong celana, Tezza menatap Jonathan secara terang-terangan dengan pandangan tidak suka.“Sama sekali tidak. Jadi, lupakan saja niat Uncle untuk merebutnya.” Tezza mengucapkannya dengan sangat tegas dan lugas. Jonathan terkekeh sambil menggaruk ujung dagunya.“Kau tidak cukup mengerti pemikiran orang dewasa, ah—maksudku, wanita dewasa seperti dia. Dia hanya mempermainkanmu, aku hanya tidak ingin kau terluka pada akhirnya.” Jonathan menepuk bahu Tezza dengan senyum lebar di wajahnya.
Happy Reading!Heloooooowww, lemah banget komennya weiii! Gaskeun coba komennya wkwk*****Kedua pasangan itu melangkah menuju salah satu tempat yang sudah dipesan secara ekslusif oleh pihak perusahaan Xavera. Binar di wajah pasangan itu menunjukkan kebahagiaan yang membuat iri banyak orang yang melihatnya. Tubuh Tezza yang menjulang 184 sentimeter bersandin
******“Saya sudah memutuskan untuk membatalkan kontrak kerja sama tadi.” Kalimat yang meluncur lancar dari mulut Kellan membuat Xavera menyudahi dengan cepat ciuman bersama Tezza. Wanita itu segera menoleh Kellan dengan tatapan sulit diartikan, begitu juga dengan Tezza.“Konyol. Kerja sama itu antara Kendra BC dan perusahaan kami, Bapak Kellan tidak berhak untuk memutuskannya.” Xavera mulai berang dengan pancingan Kellan.Pria itu
Happy Reading!! JANGAN LUPA KOMENTAR DAN JUGA REVIEWNYA YAH! THANK YOU, MUAH*****“Di mana?” tanya Tezza tanpa basa-basi pada lawan bicaranya di telepon.
Happy reading, jangan lupa komentarnya yah. Kasih review bintang-bintangnya juga jangan lupa. thank you semuanya. muaah muah
Happy Reading ^^Jangan lupa komentarnya yah!******Setelah landing dengan sempurna, Aldebaran bergegas k
Happy reading ^^*****Sarah tertawa lepas ketika selesai meneguk hingga tandas cairan berwarna kuning di dalam gelas berkaki panjang dalam genggamannya. Wajahnya tampak begitu bahagia. Pikirannya kembali menerawang mengingat bagaimana Xavera jatuh tersungkur karena tabrakan yang sengaja ia lakukan. Sarah cukup puas meskipun tidak membuat rivalnya kehilangan nyawa, setidaknya sudah membuat bekas luka di tubuhnya. Sarah sama sekali tidak menyesal dengan apa yang telah ia perbuat. Ia bahkan tidak takut jika polisi menemukan jejak bukti kelakuannya, karena Sarah sudah menutup rapat para pelaku dengan nominal yang cukup besar serta perjanjian di atas materai untuk tidak menyebutkan namanya ketika mereka tertangkap.Sarah sudah sangat piawai dengan semua kelicikan itu. Ia terlihat sangat terampil dalam menyusun strategi untuk melumpuhkan lawan dengan kejahatannya. Apalagi kali ini rivalnya adalah seorang Xav
Happy Reading ^^ ***** Tezza begitu serius menatap lembaran kertas di depannya. Pria muda itu sedang mengumpulkan bukti tentang penyebaran berita mengenai dirinya. Sorot mata Tezza tajam, seketika satu lembar kertas itu digenggam kuat. “Kau sudah memeriksanya dengan teliti?” Tezza bertanya dengan suara rendah penuh intimidasi dengan seseorang di sebelahnya. France mengangguk. Pria berkaca mata itu menyangga lengannya menatap Tezza. “Apa kau akan menuntutnya sendiri? Atau kau meminta klub yang turun tangan?” Tezza melirik sekilas. “Aku tidak akan melibatkan klub untuk masalah ini. Klub cukup memberikan keterangan resmi tentang penyangkalan berita itu, lalu sisanya aku yang akan mengurusnya sendiri. Lagi pula, aku hanya akan bermain pada musim depan, setelah itu aku resmi keluar sesuai dengan kesepakatan kontrak.” Tezza menyingkirkan semua kertas di depannya. France menghela napas, pria tampa