Seorang lelaki terdengar tengah memanggil-manggil nama tetangga barunya. Alena yang penasaran langsung mengintip siapakah gerangan yang sedang berteriak di hari yang masih terbilang pagi itu?
"Ohh.. My God!"
Ternyata dia adalah duda tetangga yang kini tengah menjadi trending topik di kawasan cukup elit tersebut.
Alena merasa harus menenangkan diri. Ia tidak ingin laki-laki yang sedang berdiri di depan pagar tetangga barunya itu, mengetahui betapa hatinya telah bergejolak bagaikan ombak laut Cina Selatan. Dengan menguatkan hatinya, Alena berjalan menyambangi laki-laki itu.
"Maaf Mas, Mbak Nova dengan Tiara mungkin sedang pergi." ucap Alena memberi tahu pada laki-laki yang belum ia ketahui namanya itu."Ooh..." jawab lelaki itu nampak kecewa."Kecewa aja masih nampak ganteng.""Ooh, lama-lama aku bisa jantungan" Alena mendesah galau dalam hatinya.Alena melirik si duda ganteng yang sedang melepas pandang ke suatu arah. Sinar matahari yang sedikit menyengat dipagi yang cerah itu memantulkan silau pesonanya hingga semakin nyata. Kemudian ia menoleh kepada Alena yang masih betah berdiri di tempat itu. Bibirnya yang sedikit tertutup oleh kumisnya yang menawan perlahan bergerak mengucapkan sesuatu."Terima kasih Mbak..!" ujar si duda ganteng sambil melepas senyuman ramah kepada Alena.Alena hanya mengangguk kecil dan bersiap meninggalkan tempat itu. Walau hatinya masih ingin berlama-lama bersama lelaki berhidung mancung tersebut, tapi ia tidak mau bersikap terlalu rendah di depan matanya."Tunggu Mbak..!!""Namaku Arkhan..!" Tiba-tiba laki-laki tersebut menyebutkan nama sambil mengulurkan tangan kepada Alena.Alena yang tadinya berniat untuk beranjak dari tempat itu segera membatalkan niatnya. Ia menoleh kepada laki-laki yang nampak telah mengulurkan tangan kepadanya. Alena berjalan lebih mendekat agar bisa menjangkau tangan lelaki itu. Telapak tangannya yang tegap serta dihiasi bulu di punggung tangan itu membuat jantung Alena kembali kumat.Alena pun mengulurkan tangannya sambil menyebutkan nama."Alena..!" jawab Alena menyambut perkenalan dari lelaki itu yang ternyata bernama Arkhan.Ketika jemari mereka bersentuhan Alena merasakan aliran darah kekepalanya seakan mendadak terputus. Kemungkinan pembuluh darah Alena sedikit tersumbat karena silau pesona yang dipancarkan oleh Arkhan.Arkhan membuka kaca mata hitam yang tadi bertengger di atas hidungnya yang tegak dan mancung."Baik Alena, terima kasih ! " ujar Arkhan sambil melepaskan jabatan tangannya dari telapak tangan Alena."Putriku baru pindah kesini." sambung Arkhan memberi tahu walaupun Alena tidak menanyakannya. Alena yang masih belum siuman dari pukauan Arkhan masih nampak kebingungan mencari cara untuk menjernihkan pikirannya."Alena..!?" Arkhan memanggil nama Alena agak sedikit keras mengagetkan Alena yang nampak terpaku dan terdiam. Alena bahkan tidak mendengar apa yang diucapkan Arkhan pada kalimat terakhirnya tadi."Oh .. ii iyaa.." sahut Alena gugup."Maaf, aku memanggil namamu dengan sebutan nama saja. Aku lihat kamu masih muda dan mungkin kita seumuran" tutur Arkhan menghadiahkan senyum maut pada wanita yang seperti tengah terpasung di depan matanya itu."Oh, tidak apa-apa Arkhan.""Begitu juga lebih terdengar familiar." jawab Alena juga memberikan senyuman terindah untuk menangkis serangan pesona Arkhan."Baiklah..!""Kalau begitu aku permisi dulu.!" ujar Arkhan berpamitan.Laki-laki itu segera mengambil ancang-ancang untuk meninggalkan tempat itu. Ia memakai kembali kaca mata hitamnya yang tadi sempat dilepasnya dan perlahan berjalan menuju mobilnya.Ia masuk kedalam jok kemudi dan segera menstarter mobilnya. Sebelum menjalankan mobil ia mengangguk ramah dan tersenyum kepada Alena yang berdiri mematung di pinggir jalan bagaikan sebuah patung penghias kota.Mobil Arkhan sudah menghilang dibelokkan jalan perumahan yang cukup elit dan ternama itu. Namun walaupun mobil itu sudah menghilang, tapi pesona pengemudi mobil itu masih tertinggal dan tercium wangi dalam pikiran Alena."Gilaaa..!" seru Alena dalam hati.Ia baru saja terbangun dari hipnotis yang beberapa saat telah mengunci kesadarannya."Dia benar-benar ganteng dan sempurna..""Pantesan aja jiwa para ibu-ibu dan semua kaum hawa di sini mulai terganggu." jerit bathin Alena meronta-ronta.Alena berusaha mengendalikan pikirannya yang telah semakin hanyut ke muara yang tiada bernama. Ia berusaha membuang jauh sisa keindahan yang masih terpampang jelas di pelupuk matanya.Perlahan Alena berjalan memasuki halaman rumahnya kembali. Lalu ia menutup kembali pintu pagarnya dan terus melangkah menuju taman kecil di samping rumahnya yang lumayan besar. Ia berniat meneruskan kembali pekerjaannya menyiram bunga yang tadi sempat tertunda karena kedatangan Arkhan. Alena menjangkau sebuah slang kecil yang tergeletak begitu saja diatas rumput hias yang hijau bagaikan permadani alam. Lalu ia nyalakan kran air sehingga air mengalir memenuhi semua bagian slang dan kemudian menyembur diujung slang itu. Alena mengarahkan semprotan air ke berbagai arah tanaman di taman itu. Tapi nampaknya Alena telah kehilangan kosentrasi pada pekerjaannya. Ia menyemprotkan air hanya ke satu arah saja. Sedangkan pandangannya nampak menerawang ke alam negeri antah berantah.Uu uuh..!" Tiba-tiba Alena membanting slang air yang dipegangnya. Lalu ia bergegas mematikan kran hingga air berhenti mengalir. Alena memaki pikirannya sendiri yang sudah dirasuki roh asmara yang tiba-tiba saja datang tanpa terlebih dahulu mengucap salam."Aku sudah terpapar virus asmara yang ditebar laki-laki itu..!" seru Alena sambil menekan kedua pelipisnya."Aku harus melakukan kegiatan untuk membuang energi negatif ini" sambungnya dalam hati.Alena berfikir bahwa ia harus melakukan senam pagi ini. Dirinya yang memang berprofesi sebagai pelatih senam segera mengambil ancang-ancang untuk melakukan pemanasan diatas hijaunya rerumputan ditaman itu. Dari speaker ponselnya mulai terdengar musik yang biasa digunakan untuk mengiringi senam erobik. Beberapa saat kemudian ia nampak sudah bisa berkosentrasi dan fokus pada gerakan-gerakan erobik yang sedang dibawakannya.*
Disore harinya..Acara senam sore itu nampak lebih meriah. Satu orang anggota baru telah ikut bergabung dalam acara rutin setiap sore dikomplek itu. Ibu-ibu dikomplek perumahan itu memang nampak selalu kompak. Mereka rajin berkumpul untuk mengisi berbagai kegiatan seperti senam, arisan dan PKK.Sebenarnya kehadiran Nova tidaklah begitu istimewa. Namun pesona Arkhan yang konon kabarnya adalah mantan suami Nova telah menyeret sosok Nova ikut menjadi bahan perhatian.Tidak sedikit wanita di situ yang menyayangkan perceraian Nova dengan Arkhan suaminya."Suami ganteng kayak gitu kok mau bercerai ya..?" Terdengar kasak kusuk bisik-bisik diantara anggota senam yang pasti ditujukan kepada Nova.Nova wanita yang berumur sekitar 30 tahun memiliki wajah yang cantik serta penampilan nan menawan. Pakaian yang ia kenakan juga bukan terbuat dari bahan sembarangan yang mudah ditemui di negeri ini. Sudah pasti Nova mengimpor atau membeli busananya di luar negeri."Selamat bergabung Mbak..!" sapa Alena ramah kepada Nova yang nampak datang kelapangan olah raga itu ditemani putri kecilnya Tiara."Sebut saja namaku Nova, tak perlu pakai Mbak." sahut Nova tersenyum ramah."Oke Nova, selamat bergabung dengan kami di sini dalam kegiatan senam sore.""Semoga betah berkumpul dengan kami." sambung Alena juga tersenyum ramah.Kegiatan senam bersamapun segera di mulai. Alena memandu kegiatan senam dengan semangat hingga semua ibu-ibu yang mengikuti juga bersemangat. Sekali-kali terdengar teriakan mereka gegap gempita mengalahkan suara musik yang mengiringi senam erobik yang tengah mereka lakukan. Tubuh Alena meliuk-liuk memperagakan gerakan senam yang diikuti semua anggota dibelakangnya.Sekitar satu jam lebih kegiatan itu kini akan segera berakhir. Alena memandu gerakan pendinginan untuk mengembalikan kelenturan otot yang tadi sempat tegang. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti dan parkir di jalan tepat di pinggir lapangan itu.Seorang lelaki ganteng gagah dan tampan keluar dari mobil itu dan langsung mendekati Tiara yang nampak sedang asyik bermain di pinggir lapangan ditemani seorang baby sisternya."Papa...!" Tiara bersorak girang begitu melihat kedatangan Arkhan.Tiara berlari mengejar Arkhan dan Arkhanpun segera menyambut tubuh mungil Tiara dipangkuannya. Wajahnya nampak sumringah menggendong putrinya.Kehadiran Arkhan di tempat itu sontak membuyarkan kosentrasi para ibu-ibu yang tengah melakukan gerakan pendinginan. Mata mereka serentak menuju kepada Arkhan yang tengah menggendong putrinya. Komando dari Alena tidak lagi mereka dengarkan. Bagaikan terkena sirep dukun dari puncak gunung merbabu, mereka mematung menghadap satu arah yaitu kepada Arkhan.====Mobil Alena memasuki halaman sebuah cafe. Di sana ia berjanji akan bertemu dengan Arcy temannya yang berprofesi sebagai penjual berlian. Arcy sering meminta bantuan Alena untuk mempromosikan berliannya kepada ibu-ibu kalangan atas yang biasa bertemu dengan Alena. Karena Alena adalah seorang pemandu senam yang namanya sudah cukup terkenal maka ia sering dipanggil untuk menjadi instruktur diperkumpulan mereka. Hal itu memberi akses pada Alena untuk membantu bisnis Arcy. Dan Arcy akan membagi keuntungan kepada Alena jika ia berhasil menjual berlian pada kenalan Alena. Alena mempunyai jiwa bisnis yang sangat kental yang turun dari mendiang ibunya. Sekecil apapun peluang akan dimanfaatkan Alena untuk menangguk rupiah."Hai..!!""Maaf aku sedikit telat." sapa Alena pada Arcy yang sudah lebih dahulu datang dari pada dirinya."Udah biasa..!" ujar Arcy sambil mencibir kepada Alena.Alena memang selalu terlambat datang jika ia berjanji temu dengan Arcy. Hal itu disebabkan
"Terima kasih Alena.""Roti buatanmu lezat sekali." ucap Arkhan ketika Alena mengantarkannya menuju pintu keluar setelah mereka berdua menikmati sarapan bersama pagi itu."Sama-sama Arkhan, terima kasih juga sudah mau mampir kerumahku." jawab Alena."Tentu saja Alena, kamu tetangga paling dekat dengan putriku. Jika terjadi suatu hal yang buruk pada Tiara aku berharap kamu mau membantunya." ujar Arkhan kali ini nampak serius."Ya..ya..! Tentu saja Arkhan. Kami disini memang selalu saling bantu di setiap masalah." Alena mencoba menghapus kekhawatiran Arkhan terhadap putrinya.Arkhan tersenyum senang mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Alena.Dan kini mereka hampir sampai di mulut pintu keluar rumah Alena."Tapi Arkhan..""Kenapa Alena..?""Maaf kalau aku lancang." ujar Alena nampak ragu untuk meneruskan kata-katanya."Tidak apa Alena. Katakan saja!" jawab Arkhan sambil menatap wajah cantik Alena."Apa tidak sebaiknya kamu dengan Nova berba
Alena termenung setelah Winda menutup pembicaraan telepon dengannya. Ia tak habis fikir mengapa Winda nampak begitu membutuhkan dana secara mendadak. Ia masih ingat pada pertemuan arisan bulan lalu Winda malah menolak ketika pengundian arisan itu jatuh ketangannya. Selama ini keluarga Winda tidak pernah nampak kekurangan uang. "Ah sudahlah.., bukan urusanku juga untuk mengetahui keadaan keuangan orang lain." Alena kemudian mengibaskan pemikirannya yang mulai kepo. Alena segera meletakkan ponselnya di atas meja makan. Ia bersiap untuk mandi dan segera ingin beristirahat. Tak lama kemudian terdengar gemercik air didalam kamar mandi. Tubuh Alena terasa semakin segar setelah membersihkan semua keringat dan kotoran yang melekat dikulitnya yang putih mulus. Setelah membersihkan wajahnya di depan cermin dan memakai baju tidur, Alena kembali ke ruang makan untuk makan malam. Sebelum mengambil makanan Alena mengambil ponselnya yang
Hari Sabtu tepatnya malam Minggu yang ditunggu warga kompleks akhirnya datang juga. Malam itu adalah pertemuan arisan yang di adakan ibu-ibu di sana setiap bulan. Ada sekitar 50 orang anggota yang ikut bergabung dalam arisan tersebut dengan pungutan 5 juta rupiah per anggota yang dikumpulkan setiap awal bulan atau minggu pertama bulan baru. Sungguh angka yang cukup fantastis bukan? Setiap bulan akan keluar seorang pemenang dengan total penarikan 250 juta rupiah. Anggota arisan itu tentu saja mereka yang memiliki rumah di kompleks perumahan elit tersebut, berhubung jangka waktu arisan yang cukup lama.Pengundian pemenang arisan bulan ini diselenggarakan di kediaman Jeng Devi yang mungkin pantas di sebut istana di kawasan itu. Rumah besar bertingkat dua dengan taman yang sangat luas serta di lengkapi pula dengan kolam renang di sisi kanan bangunan itu. Di dalam garasi juga terparkir 3 unit mobil mewah keluaran tahun terbaru. Keluarga Jeng Devi memang bukan keluarga sembarangan. Ia
Dua hari kemudian di sebuah butik.Alena mempercepat langkah kakinya. Dengan sedikit mengendap ia mengikuti Nova dan Arkhan yang nampak sedang memilih beberapa jenis kain bahan pakaian yang terpajang di lemari yang diterangi lampu hias mungil."Ini juga bagus !" Terdengar suara Arkhan memberikan pendapatnya.Nova mematut bahan kain yang ditunjuk jari Arkhan dengan teliti. Tapi nampaknya ia kurang berkenan dengan pilihan Arkhan. Nova kembali berjalan dengan diiringi seorang pamuniaga yang siap memberikan pelayanan.Nova kemudian menunjuk selembar kain yang terletak di bagian harga termahal."Ooohh..!" Alena berteriak kecil begitu melihat pilihan Nova. Alena bisa memperkirakan harga kain yang ditunjuk perempuan itu.Alena menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukan main seleranya..!" desis Alena sambil meneguk saliva."Itu hanya sanggup dibeli kalangan artis." ucapnya sendiri tampak tidak habis fikir dari mana Nova mendapatkan uang hingga
Jeng Devi mengangguk dan menawarkan kembali kue-kue dalam kotak itu kepada Alena."Sudah Jeng, sudah kenyang." sahut Alena menolak halus tawaran Jeng Devi. Pikiran Alena masih tertuju kepada Bu Winda yang masih belum jelas duduk persoalannya. Alena benar-benar prihatin atas kejadian yang menimpa wanita petinggi salah satu Bank ternama itu."Jadi bagaimana ceritanya kok sampai Bu Winda dibawa polisi, Bu Asmi?" Jeng Devi bertanya kepada Bu Asmi tetangga dekat Bu Winda. Suara Jeng Devi jelas berbau kesinisan dan kesumat yang tersembunyi rapi. Ia terlihat antusias menjatuhkan Winda yang menjadi saingan cinta terlarangnya terhadap Arkhan.Alena menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Jeng Devi."Aduh Buu...! kok sampai bisa lupa umur begini toh Bu hanya karena kecantol lelaki buaya kayak si Arkhan...!" teriak Alena dalam hati ingin menyadarkan Jeng Devi yang menurutnya sama gobloknya dengan Bu Winda. Namun kalimat itu hanya mampu ia ucapkan di dalam hatinya
Alena mengayuh sepedanya dengan santai. Seperti biasa ia kembali berkeliling beberapa blok sebelum ia pulang menuju rumahnya.“Alena...!!”Alena menghentikan kayuhan kakinya di pedal sepeda lalu menoleh ke arah datangnya suara yang memanggilnya. Di sebuah persimpangan Alena melihat Jeng Devi berjalan tergesa-gesa dengan masih menggunakan seragam olah raga tadi.“Tunggu Alena !” Jeng Devi kembali melambaikan tangan meminta Alena menunggunya. Alena mengangguk dan menunggu Jeng Devi dengan posisi masih berada di atas sepeda. Satu kakinya ia tangkringkan di atas pedal sepeda dan satu lagi kakinya bertumpu menginjak aspal.“Jeng Devi belum pulang ?” sapa Alena bertanya karena melihat Jeng Devi masih kelayapan di jalan padahal tadi ia sudah lebih dahulu meninggalkan lapangan.“Saya mampir dulu di rumah Bu Ratih, Alena.” lapor Jeng Devi tanpa diminta dengan sedikit terengah. Ia berdiri berhadapan dengan Alena da
Jeng Devi termenung setelah Alena menghilang dari pandangan matanya. Kalimat terakhir Alena serasa menampar wajahnya dan sampai kini masih terasa panas.“Sepertinya Alena mengetahui banyak hal tentang aku dan Arkhan.” pikir Jeng Devi di dalam hati.“Baiknya aku tanya Arkhan saja. Apa sih maunya dia? Sudah banyak uangku habis tapi kini dia mulai berpaling kepada Alena. Huuuh...!”Jeng Devi mengambil ponselnya lalu mencari nomor kontak Arkhan dan langsung memencet tombol call.Nada tunggu terdengar dan di layar ponsel tertulis ‘berdering’. Jeng Devi menunggu tapi sampai durasinya habis namun Arkhan tidak menjawab.“Uuuh... Tuh kaan...! Dia mulai menghindariku.” Jeng Devi terlihat makin kesal diperlakukan Arkhan seperti itu. Hatinya mulai panas dibakar rasa cemburu. Wanita berumur empat puluhan tahun itu clingak-clinguk dan lupa kalau dirinya masih berdiri di pinggir jalan.Dengan perasaan tak menentu Jeng De