Beranda / Romansa / Mengejar Cinta Duda Tetangga / Bab 2. Brondong Rentalan Rupanya.

Share

Bab 2. Brondong Rentalan Rupanya.

last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-09 15:06:47

Mobil Alena memasuki halaman sebuah cafe. Di sana ia berjanji akan bertemu dengan Arcy temannya yang berprofesi sebagai penjual berlian. Arcy sering meminta bantuan Alena untuk mempromosikan berliannya kepada ibu-ibu kalangan atas yang biasa bertemu dengan Alena. Karena Alena adalah seorang pemandu senam yang namanya sudah cukup terkenal maka ia sering dipanggil untuk menjadi instruktur diperkumpulan mereka. Hal itu memberi akses pada Alena untuk membantu bisnis Arcy. Dan Arcy akan membagi keuntungan kepada Alena jika ia berhasil menjual berlian pada kenalan Alena. Alena mempunyai jiwa bisnis yang sangat kental yang turun dari mendiang ibunya. Sekecil apapun peluang akan dimanfaatkan Alena untuk menangguk rupiah.

"Hai..!!"

"Maaf aku sedikit telat." sapa Alena pada Arcy yang sudah lebih dahulu datang dari pada dirinya.

"Udah biasa..!" ujar Arcy sambil mencibir kepada Alena.

Alena memang selalu terlambat datang jika ia berjanji temu dengan Arcy. Hal itu disebabkan karena kesibukan Alena memandu senam di banyak tempat.

Alena hanya tertawa melihat cibiran bibir Arcy. Ia tahu Arcy tidak benar-benar marah padanya.

"Ada model baru..?" tanya Alena setelah duduk di sebuah kursi tepat di depan Arcy.

"Ada..!" jawab Arcy sambil memperlihatkan beberapa foto di layar ponselnya. Sesaat kemudian mereka nampak serius membahas tentang berlian.

Seorang waitres datang menawarkan makanan dan minuman. Alena memesan coca cola dingin dan kentang goreng. Sedangkan Arcy hanya menginginkan segelas juice mangga.

Setelah waitres itu pergi Alena dan Arcy kembali tenggelam dalam pembicaraan seputar model perhiasan dan target penjualan. Terkadang mereka nampak fokus memandangi beberapa model perhiasan dilayar ponsel Arcy.

Waitres datang membawakan pesanan mereka. Sejenak mereka rehat dan menikmati minuman dan makanan ringan yang sudah tersaji di meja dihadapan mereka. Kini keduanya mengobrol lebih santai dan kadang tertawa renyah.

Tiba-tiba Alena menghentikan tawanya. Matanya tertuju pada meja yang terdapat di sudut cafe itu. Walaupun cahaya di cafe itu redup tapi mata Alena masih mampu mengenali dua orang yang duduk di sana. Mereka berdua nampak intim dan kadang beradegan mesra.

"Arkhan..?"

"Jeng Devi..?"

Alena bergumam sendiri begitu ia yakin dengan apa yang dilihatnya.

Devi adalah salah satu penghuni komplek di tempat tinggal Alena. Wanita itu berumur sekitar 45 tahun dan memiliki sepasang anak remaja.

Keluarga Devi adalah orang terkaya di komplek mereka. Karena itu semua ibu-ibu di situ memanggilnya dengan panggilan Jeng yang menggambarkan kedudukan sosialnya yang tinggi.

Suaminya bekerja di sebuah perusahaan minyak dan gas dan menduduki jabatan yang cukup tinggi. Walau suaminya sering keluar kota meninggalkan keluarganya untuk bekerja, namun ia mampu memberikan harta yang berlimpah.

"Jeng Devi berselingkuh dengan Arkhan..??" Alena mengerutkan dahinya.

Ia hampir saja tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya.

"Siapa..?" tanya Arcy heran melihat Alena sibuk memandang ke pojok cafe itu.

"Nggak ada!" jawab Alena sambil megangkat bahunya. Ia tidak ingin menceritakan tentang Arkhan dan Devi kepada Arcy. Alena hanya melirik Arkhan dan Devi yang nampak mulai bangkit dari tempat duduknya dan berjalan bergandengan tangan keluar cafe.

"Bukankah itu Jeng Devi?"

"Bersama siapa dia..?" 

Arcy ternyata juga melihat mereka dan bertanya kepada Alena. Arcy memang mengenal Jeng Devi karena Jeng Devi pernah membeli seperangkat perhiasaan berlian kepadanya dengan perantara Alena. 

"Duh ganteng banget brondongnya." celutuk Arcy memandangi Arkhan tak berkedip. Sampai mereka berdua hilang dari pandangan tapi Arcy masih saja melongo terpesona dengan pemandangan yang baru saja berlalu dari hadapannya.

*******

"Arkhan dan Jeng Devi..!"

"Punya hubungan apa mereka sehingga nampak begitu akrab..?"

Sejumput kecemburuan bertunas dan tumbuh dalam perasaan Alena. Tidak tahu entah dari mana benih rasa itu berasal hingga ia merasa ada yang tidak beres mengganggu kenyamanan hidupnya.

Alena meneruskan pekerjaannya membuat sarapan pagi untuk dirinya sendiri. Ia memang tinggal sendiri di rumah itu semenjak suaminya meninggal dunia karena kecelakaan tiga tahun yang lalu. Alena masih betah hidup sendiri dan masih ogah mencari ganti. Mungkin karena ia belum menemukan sosok lelaki yang sesuai dengan keinginannya.

Ingatan Alena kembali pada kejadian semalam, di mana ia melihat Arkhan dan Jeng Devi salah satu teman sekomplek dengannya sedang berduaan dan nampak mesra.

"Rasanya tidak mungkin kalau Arkhan bisa jatuh cinta kepada Jeng Devi yang lebih tua darinya."

"Selain itu Jeng Devi juga masih memiliki seorang suami."

Alena terus dihantui rasa penasaran.

Sepotong roti telah matang di atas sebuah teflon yang bertengger di tungku kompor. Aroma mentega menggugah selera Alena. Ia langsung memindahkan roti itu ke atas sebuah piring datar lalu ditambah sebilah pisau roti dan garpu. Dengan tangan kirinya ia menarik sandaran sebuah kursi makan, kemudian ia mulai bersiap menyantap hidangan sarapannya pagi itu dengan pikiran masih menerawang.

Baru saja Alena mengangkat tangannya untuk suapan pertama, tiba-tiba...

"Ning nong..!" Suara bel berbunyi menandakan ada tamu yang datang.

Alena mengurungkan niatnya untuk sarapan. Ia bergegas menuju ruang tamu untuk membuka pintu.

"Selamat pagi Alena..!"

"Maaf mengganggu pagi-pagi gini..!" ucap seorang laki-laki yang kini berdiri didepan pintu sambil menjinjing sebuah plastik transparan yang berisi boneka panda berwarna pink.

"Arkhan..?" seru Alena memanggil nama lelaki itu dengan pandangan mata tidak percaya.

"Buat apa Arkhan datang kerumahku..?"

"Mana bawa boneka lagi.."

"Dia pikir aku gadis remaja yang masih suka bermain boneka..?"

Bermacam pertanyaan muncul dalam pikiran Alena. Tapi hatinya merasa  berbunga-bunga ketika menyaksikan Arkhan membawa sebuah boneka untuknya.

Alena segera mengemas senyuman terindah di bibirnya lalu mempersembahkan senyum manis itu pada Arkhan.

"Tidak apa Arkhan."

"Ada yang bisa aku bantu..?" tanya Alena berbasa-basi sambil melirik boneka panda yang kini sudah naik ke atas pangkuan Arkhan.

Alena menggigit bibir bawahnya menyaksikan betapa sempurna mahkluk Tuhan yang kini tengah berdiri tepat dihadapannya. Alis matanya yang tebal serta mata legam yang dimiliki Arkhan sanggup menghipnotis Alena tanpa Arkhan harus memakai jampi-jampi dan mantra.

"Ini..!!" ujar Arkhan sambil menyodorkan boneka panda yang masih dibungkus plastik transparan kepada Alena.

"Ooh..!"

Dengan gugup Alena menerimanya dan memandang mata Arkhan meminta keterangan.

"Bisakah kamu membantuku untuk memberikan boneka itu pada Tiara putriku..?" Arkhan akhirnya menjelaskan maksud dan tujuannya memberikan boneka kepada Alena.

"Tiara dan Nova nampaknya sedang tidak berada di rumah." sambung Arkhan sedikit membuang pandang ke arah rumah Nova.

"Uuuf..!"

Alena menghembuskan nafas membuang satu tandan kekecewaan yang kini bertengger hatinya.

"Baik..!"

"Nanti akan aku berikan pada Tiara putrimu." sahut Alena tersenyum untuk membungkus rona kekecewaan yang tadi sempat bertengger diwajahnya.

"Terima kasih Alena, kamu baik sekali." jawab Arkhan menyelipkan pujian yang makin membuat kumat jantung Alena.

Sebenarnya ada terselip dalam hati Alena untuk mempertanyakan tentang kejadian yang ia lihat di cafe semalam. Tapi Alena mengurungkan niatnya. Ia takut nanti Arkhan menilai dirinya adalah wanita yang kepo dan usil dengan urusan orang lain. Alena memilih menikmati waktu yang kini disuguhkan kepadanya untuk bersama dengan si duda mempesona itu.

"Udah sarapan .?"

Alena bertanya pada Arkhan dengan harapan Arkhan menggelengkan kepala dan bersedia sarapan bersama dirumahnya.

Sejenak Arkhan terdiam mendengar tawaran Alena. Debaran jantungnya ia coba tahan agar wanita cantik itu tidak tahu kalau ia tengah bertahan untuk tidak terpesona pada wanita cantik berbody goal itu.

"Hmm.."

"Belum..!" jawab Arkhan sengaja memancing agar Alena meneruskan pertanyaannya dengan penawaran sarapan dirumahnya.

"Aku kebetulan sedang sarapan, kalau tidak keberatan silahkan gabung sarapan denganku." Alena melemparkan umpan balik kepada Arkhan.

"Yakin..??!" tanya Arkhan terdengar iseng menggoda. Senyum khasnya tercipta di bibir yang dihiasi kumis yang legam dan rapi.

Alena mengangguk dan mempersilahkan Arkhan masuk kerumahnya dan membawa lelaki itu menuju ke ruang makan.

*******

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 41. Di Lapangan

    Sore hari di lapangan senam.Alena sudah bersiap untuk datang ke lapangan untuk memandu senam sore itu. Seperti biasa, ia datang dengan menggunakan sepeda gunung dan bersepeda memutar kompleks perumahannya untuk sekedar melenturkan otot sebelum melakukan gerakan-gerakan senam.Melintasi rumah Jeng Devi, terlihat rumah itu sepi. Biasanya jam segini Jeng Devi sudah bersiap untuk berangkat ke lapangan.Ketika melewati rumah Bu Winda yang kini memang tidak berpenghuni, Alena teringat kalau Bu Winda telah memintanya untuk memasarkan rumah itu secepat mungkin. Alena langsung menghentikan langkahnya dan turun dari sepeda yang ia tunggangi. Beberapa kali jepretan ia tujukan ke rumah tersebut sebagai bahan baginya untuk memasarkan bangunan tersebut. Setelah merasa cukup, Alena melanjutkan perjalanannya menuju lapangan.Seperti biasa sudah banyak ibu-ibu yang berkumpul ketika Alena memarkirkan sepedanya. Memang selalu begitu, ibu-ibu datang satu jam lebih dulu sebelum wakt

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 40. Diciduk

    “Huh.. dasar perempuan..! Arkhan mengomel sendiri sembari melangkahkan kaki menjauhi wanita cantik yang tadi menggodanya. Seorang Arkhan biasanya akan melayani tantangan wanita berkelas seperti itu. Tapi, bukan untuk mencintainya, tapi hanya untuk membuat wanita itu sendiri menderita. Yah.. menderita. Itu ia lakukan sebagai pembalasan dendam kepada seorang wanita istri kedua ayahnya yang telah membuat keluarga mereka berantakan dan ayahnya meninggal didalam penderitaan. Sementara itu Alena sudah sampai di halaman parkir dan bersiap membuka pintu mobilnya. Bermacam rasa berkecamuk dipikiran dan perasaan Alena. Yang jelas wanita itu sangat kecewa mendengar pengakuan Nova yang menyebutkan bahwa ia dan Arkhan masih berstatus suami istri.Kekecewaan Alena bukan tersebab karena ia berkeinginan untuk mendapatkan Arkhan. Tidak... Alena kesal karena teman dan tetangganya sudah menjadi korban penipuan Arkhan dan Nova.“Sungguh biadab!” maki Alena sambil membanting pintu mobilnya.Kunci diputar

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 38. Saling Makan.

    “Hipnotiiiis....!!”Jeng Nisa kembali berteriak dan beberapa orang yang berkumpul ikut-ikutan meneriaki Nova.Sadar dirinya diteriaki penghipnotis, Nova langsung ambil langkah seribu. Bergegas ia memacu mobilnya sebelum suasana semakin tidak terkendali.“Sial! Hampir saja aku dikeroyok di gedung itu. Syukur aku cepat-cepat pergi.” Nova menarik nafas dalam sambil memperlambat laju kendaraannya setelah merasa suasana cukup aman. Ia sudah jauh meninggalkan kantor Tuan Suryo dan tidak mungkin ada yang mengejarnya. Setidaknya begitulah pikiran Nova.Tidak sampai 10 menit lagi ia akan sampai di rumah sakit tempat Tiara dirawat oleh Dokter Marwa.Nova melirik perhiasan Jeng Devi yang tadi ia minta paksa kepada perempuan itu. Satu paket perhiasan super mahal tersebut masih tergetak begitu saja di jok sebelah kiri dari Nova yang mengemudi. Wajah Nova berubah menjadi sumringah dan dengan tangan kirinya ia raup satu set perhiasan b

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 37. Hipnotis?

    Di waktu yang sama di pagi menjelang siang itu, di rumah sakit tempat Tiara dirawat tengah terjadi pertengkaran cukup sengit antara Arkhan dan Dokter Marwa. Arkhan bersikeras untuk memindahkan Tiara ke rumah sakit lain karena merasa tidak puas dengan pengobatan yang dilakukan oleh rumah sakit itu khususnya Dokter Marwa. Selama ini Tiara memang selalu di rawat di rumah sakit tersebut atas paksaan Nova. Arkhan tidak tahu sama sekali bahwa Tiara sudah dijadikan korban untuk melancarkan aksi Nova yang bersekongkol dengan Dokter Marwa.“Anda tidak bisa memindahkan pasien seenaknya saja, Tuan Arkhan.”“Kenapa tidak? Tiara adalah putriku! Aku berhak menentukan yang terbaik untuk putriku!” tandas Arkhan menatap tajam tepat ke kedua mata Dokter Marwa. Sekali-kali ia mengalihkan pandangannya ke arah Tiara yang terbaring lemah dengan hanya sedikit saja tanda kehidupan terlihat di tubuhnya. Dadanya masih turun naik walau itu terlihat sangat lambat. Sement

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 36. Hilang Muka

    Sementara itu di dalam toilet kantor Tuan Suryo, Jeng Devi belum kuasa memberantas ketakutannya. Nafasnya tersengal sehingga menarik perhatian dua orang ibu-ibu yang tengah merapikan dandanannya di hadapan sebuah cermin besar yang ada di sana.“Jeng tidak apa-apa, Jeng?” Satu orang dari dua wanita itu memegang kedua bahu Jeng Devi yang terlihat sempoyongan.“Terima kasih! Saya tidak apa-apa.” ucap Jeng Devi sambil menoleh ke wajah perempuan yang menolongnya.“Jeng Nisa?”Jeng Devi menyebut nama perempuan yang menolongnya itu begitu mereka berbalas tatapan.“Oh, Jeng Devi? Ooh... Saya pikir tadi siapa?” sahut perempuan yang ternyata bernama Nisa.Nisa adalah istri dari rekan kerja Tuan Suryo dulunya sewaktu Tuan Suryo masih bertugas di kantor pusat Jakarta.“Apa kabar, Jeng? Sudah lama sekali kita tidak bertemu.”“Oh kabar baik Jeng. Jeng Nisa bagaimana?”&

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 35. Bisikan

    Di pagi yang sama Alena juga terlihat bergegas memacu mobilnya. Pagi itu Alena bermaksud menjenguk Bu Winda di penjara setelah beberapa kali niatnya itu terhalang oleh berbagai persoalan yang menyambangi hidupnya.Sebagai tetangga yang hubungannya cukup baik dengan Bu Winda, tentu saja ia merasa tidak enak jika tidak memberi perhatian kepada wanita itu. Bu Winda masih berstatus tahanan di sebuah kantor polisi yang tengah mendalami kasusnya.Sebelum sampai ke tempat yang ingin ditujunya, Alena mampir dulu ke sebuah toko makanan dan buah-buahan. Alena membeli beberapa jenis roti-rotian dan juga buah segar.“Semoga Bu Winda sedikit terhibur dengan kedatanganku.” bisik hati Alena sambil tersenyum menatap barang bawaannya. “Setelah menjenguk Bu Winda, barulah aku ke rumah sakit untuk menjenguk Tiara. Kasihan sekali anak itu. Hmm.. andaikan aku punya anak tidak akan mungkin aku sia-siakan ya Allah.”Alena menyetir mobilny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status