Di waktu yang sama di pagi menjelang siang itu, di rumah sakit tempat Tiara dirawat tengah terjadi pertengkaran cukup sengit antara Arkhan dan Dokter Marwa. Arkhan bersikeras untuk memindahkan Tiara ke rumah sakit lain karena merasa tidak puas dengan pengobatan yang dilakukan oleh rumah sakit itu khususnya Dokter Marwa. Selama ini Tiara memang selalu di rawat di rumah sakit tersebut atas paksaan Nova. Arkhan tidak tahu sama sekali bahwa Tiara sudah dijadikan korban untuk melancarkan aksi Nova yang bersekongkol dengan Dokter Marwa.
“Anda tidak bisa memindahkan pasien seenaknya saja, Tuan Arkhan.” “Kenapa tidak? Tiara adalah putriku! Aku berhak menentukan yang terbaik untuk putriku!” tandas Arkhan menatap tajam tepat ke kedua mata Dokter Marwa. Sekali-kali ia mengalihkan pandangannya ke arah Tiara yang terbaring lemah dengan hanya sedikit saja tanda kehidupan terlihat di tubuhnya. Dadanya masih turun naik walau itu terlihat sangat lambat. Sement“Hipnotiiiis....!!”Jeng Nisa kembali berteriak dan beberapa orang yang berkumpul ikut-ikutan meneriaki Nova.Sadar dirinya diteriaki penghipnotis, Nova langsung ambil langkah seribu. Bergegas ia memacu mobilnya sebelum suasana semakin tidak terkendali.“Sial! Hampir saja aku dikeroyok di gedung itu. Syukur aku cepat-cepat pergi.” Nova menarik nafas dalam sambil memperlambat laju kendaraannya setelah merasa suasana cukup aman. Ia sudah jauh meninggalkan kantor Tuan Suryo dan tidak mungkin ada yang mengejarnya. Setidaknya begitulah pikiran Nova.Tidak sampai 10 menit lagi ia akan sampai di rumah sakit tempat Tiara dirawat oleh Dokter Marwa.Nova melirik perhiasan Jeng Devi yang tadi ia minta paksa kepada perempuan itu. Satu paket perhiasan super mahal tersebut masih tergetak begitu saja di jok sebelah kiri dari Nova yang mengemudi. Wajah Nova berubah menjadi sumringah dan dengan tangan kirinya ia raup satu set perhiasan b
“Huh.. dasar perempuan..! Arkhan mengomel sendiri sembari melangkahkan kaki menjauhi wanita cantik yang tadi menggodanya. Seorang Arkhan biasanya akan melayani tantangan wanita berkelas seperti itu. Tapi, bukan untuk mencintainya, tapi hanya untuk membuat wanita itu sendiri menderita. Yah.. menderita. Itu ia lakukan sebagai pembalasan dendam kepada seorang wanita istri kedua ayahnya yang telah membuat keluarga mereka berantakan dan ayahnya meninggal didalam penderitaan. Sementara itu Alena sudah sampai di halaman parkir dan bersiap membuka pintu mobilnya. Bermacam rasa berkecamuk dipikiran dan perasaan Alena. Yang jelas wanita itu sangat kecewa mendengar pengakuan Nova yang menyebutkan bahwa ia dan Arkhan masih berstatus suami istri.Kekecewaan Alena bukan tersebab karena ia berkeinginan untuk mendapatkan Arkhan. Tidak... Alena kesal karena teman dan tetangganya sudah menjadi korban penipuan Arkhan dan Nova.“Sungguh biadab!” maki Alena sambil membanting pintu mobilnya.Kunci diputar
Sore hari di lapangan senam.Alena sudah bersiap untuk datang ke lapangan untuk memandu senam sore itu. Seperti biasa, ia datang dengan menggunakan sepeda gunung dan bersepeda memutar kompleks perumahannya untuk sekedar melenturkan otot sebelum melakukan gerakan-gerakan senam.Melintasi rumah Jeng Devi, terlihat rumah itu sepi. Biasanya jam segini Jeng Devi sudah bersiap untuk berangkat ke lapangan.Ketika melewati rumah Bu Winda yang kini memang tidak berpenghuni, Alena teringat kalau Bu Winda telah memintanya untuk memasarkan rumah itu secepat mungkin. Alena langsung menghentikan langkahnya dan turun dari sepeda yang ia tunggangi. Beberapa kali jepretan ia tujukan ke rumah tersebut sebagai bahan baginya untuk memasarkan bangunan tersebut. Setelah merasa cukup, Alena melanjutkan perjalanannya menuju lapangan.Seperti biasa sudah banyak ibu-ibu yang berkumpul ketika Alena memarkirkan sepedanya. Memang selalu begitu, ibu-ibu datang satu jam lebih dulu sebelum wakt
Mendapat tetangga baru tentu hanya kejadian biasa. Tapi bila tetangga baru ternyata memiliki mantan suami yang supeeer guanteeeng dan sering bertandang kesitu, itu yang bikin luar biasa dengan tetangga baru yang satu ini.Gueemeees plus gregetan..!Gimana tidak, si lelaki ganteng yang nota bene adalah duda sang tetangga, bersikap teramat ramah pada semua ibu-ibu dikomplek itu. Umurnya masih terbilang muda sekitar 35 tahun. Hidungnya tegak dan mancung, diatas bibirnya bertengger sepasang kumis yang legam dan kedua belah pipi serta dagunya juga dihiasi jambang dan jenggot yang tertata apik dan rapi. Kulitnya kuning langsat menambah macho si duda keturunan Arab tersebut. Dalam sekejap kegantengan si duda menjadi buah bibir ibu-ibu dalam setiap perkumpulan olah raga sore, arisan, PKK bahkan ada yang sengaja berkumpul khusus membahas tentang kegantengan si duda tetangga tadi.Hmm.. kira-kira kayak zaman Nabi Yusuf yaa..!!!
Seorang lelaki terdengar tengah memanggil-manggil nama tetangga barunya. Alena yang penasaran langsung mengintip siapakah gerangan yang sedang berteriak di hari yang masih terbilang pagi itu?"Ohh.. My God!"Ternyata dia adalah duda tetangga yang kini tengah menjadi trending topik di kawasan cukup elit tersebut.Alena merasa harus menenangkan diri. Ia tidak ingin laki-laki yang sedang berdiri di depan pagar tetangga barunya itu, mengetahui betapa hatinya telah bergejolak bagaikan ombak laut Cina Selatan. Dengan menguatkan hatinya, Alena berjalan menyambangi laki-laki itu."Maaf Mas, Mbak Nova dengan Tiara mungkin sedang pergi." ucap Alena memberi tahu pada laki-laki yang belum ia ketahui namanya itu."Ooh..." jawab lelaki itu nampak kecewa."Kecewa aja masih nampak ganteng.""Ooh, lama-lama aku bisa jantungan" Alena mendesah galau dalam hatinya.Alena melirik si duda ganteng yang sedang melepas pandang ke suatu arah. Sinar matahari
Mobil Alena memasuki halaman sebuah cafe. Di sana ia berjanji akan bertemu dengan Arcy temannya yang berprofesi sebagai penjual berlian. Arcy sering meminta bantuan Alena untuk mempromosikan berliannya kepada ibu-ibu kalangan atas yang biasa bertemu dengan Alena. Karena Alena adalah seorang pemandu senam yang namanya sudah cukup terkenal maka ia sering dipanggil untuk menjadi instruktur diperkumpulan mereka. Hal itu memberi akses pada Alena untuk membantu bisnis Arcy. Dan Arcy akan membagi keuntungan kepada Alena jika ia berhasil menjual berlian pada kenalan Alena. Alena mempunyai jiwa bisnis yang sangat kental yang turun dari mendiang ibunya. Sekecil apapun peluang akan dimanfaatkan Alena untuk menangguk rupiah."Hai..!!""Maaf aku sedikit telat." sapa Alena pada Arcy yang sudah lebih dahulu datang dari pada dirinya."Udah biasa..!" ujar Arcy sambil mencibir kepada Alena.Alena memang selalu terlambat datang jika ia berjanji temu dengan Arcy. Hal itu disebabkan
"Terima kasih Alena.""Roti buatanmu lezat sekali." ucap Arkhan ketika Alena mengantarkannya menuju pintu keluar setelah mereka berdua menikmati sarapan bersama pagi itu."Sama-sama Arkhan, terima kasih juga sudah mau mampir kerumahku." jawab Alena."Tentu saja Alena, kamu tetangga paling dekat dengan putriku. Jika terjadi suatu hal yang buruk pada Tiara aku berharap kamu mau membantunya." ujar Arkhan kali ini nampak serius."Ya..ya..! Tentu saja Arkhan. Kami disini memang selalu saling bantu di setiap masalah." Alena mencoba menghapus kekhawatiran Arkhan terhadap putrinya.Arkhan tersenyum senang mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Alena.Dan kini mereka hampir sampai di mulut pintu keluar rumah Alena."Tapi Arkhan..""Kenapa Alena..?""Maaf kalau aku lancang." ujar Alena nampak ragu untuk meneruskan kata-katanya."Tidak apa Alena. Katakan saja!" jawab Arkhan sambil menatap wajah cantik Alena."Apa tidak sebaiknya kamu dengan Nova berba
Alena termenung setelah Winda menutup pembicaraan telepon dengannya. Ia tak habis fikir mengapa Winda nampak begitu membutuhkan dana secara mendadak. Ia masih ingat pada pertemuan arisan bulan lalu Winda malah menolak ketika pengundian arisan itu jatuh ketangannya. Selama ini keluarga Winda tidak pernah nampak kekurangan uang. "Ah sudahlah.., bukan urusanku juga untuk mengetahui keadaan keuangan orang lain." Alena kemudian mengibaskan pemikirannya yang mulai kepo. Alena segera meletakkan ponselnya di atas meja makan. Ia bersiap untuk mandi dan segera ingin beristirahat. Tak lama kemudian terdengar gemercik air didalam kamar mandi. Tubuh Alena terasa semakin segar setelah membersihkan semua keringat dan kotoran yang melekat dikulitnya yang putih mulus. Setelah membersihkan wajahnya di depan cermin dan memakai baju tidur, Alena kembali ke ruang makan untuk makan malam. Sebelum mengambil makanan Alena mengambil ponselnya yang