Share

Bab 3. Ada Yang Cemburu ?

"Terima kasih Alena." 

"Roti buatanmu lezat sekali." ucap Arkhan ketika Alena mengantarkannya menuju pintu keluar setelah mereka berdua menikmati sarapan bersama pagi itu.

"Sama-sama Arkhan, terima kasih juga sudah mau mampir kerumahku." jawab Alena.

"Tentu saja Alena, kamu tetangga paling dekat dengan putriku. Jika terjadi suatu hal yang buruk pada Tiara aku berharap kamu mau membantunya." ujar Arkhan kali ini nampak serius.

"Ya..ya..! Tentu saja Arkhan. Kami disini memang selalu saling bantu di setiap masalah." Alena mencoba menghapus kekhawatiran Arkhan terhadap putrinya.

Arkhan tersenyum senang mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Alena.

Dan kini mereka hampir sampai di mulut pintu keluar rumah Alena.

"Tapi Arkhan.."

"Kenapa Alena..?"

"Maaf kalau aku lancang." ujar Alena nampak ragu untuk meneruskan kata-katanya.

"Tidak apa Alena. Katakan saja!" jawab Arkhan sambil menatap wajah cantik Alena.

"Apa tidak sebaiknya kamu dengan Nova berbaikan. Kalian nampaknya tidak punya masalah. Lagian kalian kan punya seorang anak yang butuh kasih sayang kalian berdua." Alena akhirnya menyampaikan juga uneg-uneg di hatinya. 

Karena selama ini ia melihat Arkhan sering mengunjungi rumah Nova. Walaupun dengan alasan bertemu anak, tapi mungkin saja mereka berdua masih saling mencintai.

Arkhan nampak menghela nafas berat. Seakan ia tengah memangku sebuah batu yang besar dan harus dia tahan.

Alena menunggu jawaban Arkhan, namun tiba-tiba percakapan mereka terganggu dengan suara mobil yang terdengar memasuki garasi rumah Nova.

"Mereka sudah pulang!"  seru Arkhan nampak senang.

Alena mengangguk dan segera mengemas senyum di bibirnya untuk menutupi kekecewaan karena Arkhan belum menjawab pertanyaannya tadi.

"Ini..!. Sebaiknya kamu langsung berikan pada Tiara." ujar Alena sambil menyodorkan boneka yang tadi diberikan Arkhan padanya.

"Baiklah Alena." jawab Arkhan menerima boneka itu lalu kemudian berpamitan.

Alena menatap punggung Arkhan hingga menghilang dari gerbang pagar rumahnya. Sejurus kemudian ia mendengar teriakan manja Tiara yang memanggilnya dengan sebutan 'Papa'.

Kemudian pintu rumah mereka tertutup hingga tiada terdengar suara apapun dari rumah itu lagi.

Alena juga menutup pintu rumahnya lalu ia mempersiapkan diri untuk berangkat ke suatu tempat perkumpulan yang seminggu lalu mengirimkan undangan padanya.

Beberapa saat kemudian Alena sudah nampak sibuk berdandan lalu mengemas beberapa barang yang akan ia bawa ke dalam sebuah tas kulit berwarna merah jingga.

Setelah merapikan dandanannya, Alena segera turun ke lantai bawah lalu keluar dari pintu utama rumahnya. Tak lama kemudian Alena sudah berada di dalam mobilnya dan bersiap untuk keluar pagar rumahnya. 

Ketika melewati depan rumah Nova, Alena melihat mobil Arkhan masih terparkir di depan pagar rumah itu.

Ada sedikit rasa yang kurang nyaman dirasakan Alena saat ia menyadari kalau Arkhan sedang bersama dengan Nova di dalam rumah yang tertutup rapat.

======

Hari minggu, sore yang cerah.

Lapangan olah raga terlihat ramai dan meriah.

Bermacam-macam kegiatan yang dilakukan warga komplek perumahan itu disana.

Ada yang sedang senam ringan, sebagian sibuk main volly dan basket. Lapangan besar itu memang dibagi menjadi beberapa bagian cabang olah raga berbeda. 

Semua olah raga dilakukan di ruang terbuka mungkin bertujuan agar para peserta mendapatkan sinar matahari yang cukup sehingga bermanfaat untuk kesehatan.

Di samping lapangan juga terdapat kolam renang yang cukup besar. Penghuni komplek itu bebas memilih olah raga apa saja yang ia sukai dan tersedia disana.

Alena baru saja sampai di lapangan itu. Ia menggunakan baju olah raga yang agak longgar. Dengan mengendarai sepeda berwarna putih merek begasso Alena nampak semakin cantik ditambah topi hitam yang bertengger dikepalanya.

Bentuk wajahnya yang sedikit bulat dan bibir bawah yang agak tebal dan seksi membuat banyak mata lelaki mendadak kelilipan. Kecantikannya nampak sempurna diusianya yang telah menginjak angka 32 tahun.

" Tante Alenaaa..!!" Terdengar suara Tiara menyapanya.

Alena yang baru saja memarkir sepedanya di halaman parkir menoleh kearah datangnya suara Tiara.

"Hai sayang..!" seru Alena menjawab ramah sapaan Tiara yang nampak sedang berjalan digandeng Nova ibunya.

Sekilas Alena melihat Nova membuang muka.

Perasaan Alena jadi tidak enak. Ia berfikir mungkin Nova marah dan cemburu karena Arkhan pernah mampir untuk sarapan di rumahnya. Sikap Nova berubah dan tidak seperti biasanya.

Alena berusaha bersikap sewajarnya. Ia berjalan menuju lapangan senam di belakang Nova dan Tiara. Ternyata sudah banyak ibu-ibu yang berkumpul di lapangan itu.

"Alena..!!" 

Alena menoleh dan ia melihat Bu Ratih memanggilnya dan beberapa orang ibu-ibu sedang duduk di sebuah bangku di bawah sebatang pohon yang cukup rindang.

Alena tersenyum kepada Ratih dan berjalan menuju kearah mereka untuk bergabung.

"Alena, apa bener kamu mengajak Arkhan sarapan pagi dirumahmu..?" Baru saja sampai Alena telah dihadiahkan pertanyaan mengejutkan oleh Ratih.

Alena mengernyitkan dahinya. 

"Waduh, begitu cepat berita menyebar." keluh hati Alena.

Alena berinisiatif menceritakan semua kejadian Arkhan bertamu dan sampai sarapan dirumahnya.

Beberapa ibu-ibu di situ nampak serius mendengarkannya. Ada yang terlihat resah dan cemburu.

"Memangnya kenapa..?" Alena bertanya lalu memandang wajah mereka satu persatu.

"Dan ibu-ibu tahu dari siapa..?" sambung Alena menambah pertanyaan karena ia tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya yang pertama tadi.

"Tadi siang aku menjemput uang arisan kerumah Jeng Devi. Jeng Devi bilang padaku kalau Arkhan mampir sarapan ke rumahmu tadi pagi." jawab salah seorang dari mereka.

"Oh ya..!! Terus..!??"

Alena jadi penasaran mendengar Jeng Devi menanyakan masalah itu.

Alena yakin tidak seorang pun di antara mereka yang tahu kalau sebenarnya Jeng Devi pernah pergi berduaan dengan Arkhan ke sebuah cafe.

Alena juga tidak ingin menceritakannya.

"Nampaknya kok aneh ya..?" sambung seorang ibu lain yang bernama Sofia.

"Aneh gimana Bu Sofia..?" tanya Alena pura-pura tidak mengerti.

"Lha Jeng Devi kok seperti cemburuan gitu."

"Nah kalau yang cemburu itu Mbak Nova aku maklum." sambung Bu Sofia.

Alena hanya mengangkat bahu dan tersenyum kecil. Ia tidak bersemangat melayani gosip hari ini.

"Ayo kita mulai senamnya !" ajak Alena membuyarkan pergunjingan sore itu.

Mereka segera membubarkan diri dan bergabung di lapangan senam. Alena mengambil tempat paling depan untuk memimpin. Sekilas Alena melihat Nova dan Jeng Devi mengambil tempat berdekatan. Bukan hanya dekat tapi malah mereka nampak akrab.

Beberapa ibu-ibu juga nampak saling berbisik dan menoleh kepada mereka berdua.

Sembilan puluh menit kemudian acara senam sore berakhir. Alena memilih langsung pulang kerumah dan mengabaikan ajakan ibu-ibu yang ingin mengajaknya untuk menyelenggarakan gunjingan lanjutan.

Alena berjalan menuju sepedanya dengan perasaan sedikit galau.

"Apa Nova tidak tau ya kalau Arkhan ada main sama Jeng Devi ?"

"Kok mereka malah nampak begitu akrab ?" Alena bertanya dalam hati sambil mengayuh sepeda gunungnya pulang.

Badannya terasa segar setelah memandu senam dilapangan barusan.

Ketika akan memasuki pintu pagar rumahnya, Alena melihat Nova si tetangganya juga tengah berada di depan pagar rumahnya bersama Tiara.

Agak sedikit kikuk Alena melempar senyum kepada Nova dan menyapanya.

"Hai Nova..!!"

"Hai Tiara..!!"

"Hai juga Tante Alena..!!" jawab Tiara manja dan bersemangat.

Sedangkan Nova hanya mengangguk kecil lalu membuang pandang ke arah lain.

"Tante, Tiara boleh main kan ke rumah Tante..?" Suara lucu dan manja Tiara menggelitik kuping Alena.

Gadis kecil itu begitu manis, tapi wajahnya tidak sedikit pun mirip dengan Arkhan.

Arkhan berkulit kuning langsat sedangkan Tiara berkulit putih bersih. Lebih cendrung meniru kulit Nova. Bentuk wajah Tiara benar-benar seperti wajah Asia. Tidak nampak ke Arab-arab-an sedikitpun seperti wajah Arkhan. Tapi anak itu sangat cantik dan menggemaskan.

"Boleh kan Tante..?" Tiara kembali bertanya menuntut jawaban karena Alena hanya nampak terpaku menatap ke arahnya.

"Boleh dong sayang .!" jawab Alena tidak memperdulikan wajah masam Nova.

"Eh jangan lancang Tiara..! Tante Alena mau istirahat." Tiba-tiba Nova terdengar berseru menegur anaknya.

Tiara nampak menunduk kecewa.

"Maaf Mbak, Tiara lancang..!" ujar Nova kepada Alena.

Alena tersenyum dan mengangguk.

Walaupun dirinya sebenarnya ingin Tiara bermain kerumahnya, tapi Alena tidak mau membuat Nova semakin tidak menyukainya.

Alena segera masuk ke halaman rumahnya dan menuju pintu. Sejenak kemudian ia sudah sibuk dengan berbagai aktivitas di dalam rumahnya itu.

Suara ponsel yang berdering di ruang makan kemudian memanggil Alena untuk segera datang dan meninggalkan kesibukkannya.

Alena mendekati dan meraih telepon genggamnya untuk melihat siapa yang menelponnya.

"Halo Bu Winda..!" Alena segera menjawab begitu melihat seseorang bernama Winda menelponnya.

"Halo Alena, maaf aku mengganggu.!" jawab wanita itu di ujung telepon.

"Ah enggak apa-apa Bu Winda, kita kan biasa juga ngobrol." ujar Alena sambil duduk disebuah sofa santai.

Ia tahu kalau percakapan ini pasti akan berlangsung lama. Ia dan Winda tergolong akrab dan sering mengobrol, baik langsung atau lewat telepon. 

Winda adalah seorang wanita karier yang bekerja di sebuah bank swasta. Jabatannya cukup tinggi dan ditambah lagi dengan pendapatan suaminya sebagai pedagang pakaian yang cukup sukses, sehingga taraf hidupnya juga terbilang tinggi.

"Aku sebenarnya mau minta bantuan kamu Alena !" ujar Winda setelah beberapa jurus mereka mengobrol tentang berbagai hal.

Alena mengernyitkan dahinya. Kira-kira bantuan apa yang diinginkan Winda dari dirinya.

"Apa yang bisa aku bantu Bu Winda...?" tanya Alena penasaran.

"Minggu depan jadwal kita berkumpul arisan di rumah Jeng Devi" ujar Winda.

"Iya.., Terus..?" Alena menganggukkan kepalanya walau Winda tidak melihatnya.

"Aku minta tolong padamu Alena, kalau giliran menerima arisan bulan ini diberikan kepadaku dulu." Winda menjelaskan tujuannya.

"Kamu belum memerlukan dana besar bulan ini kan Alena..?" Winda balik bertanya pada Alena.

"Tidak Bu Winda, aku memang belum membutuhkan dalam waktu dekat ini."

"Tidak apa Bu, kalau memang namaku keluar dipengundian minggu depan, nanti akan aku alihkan kepada Bu Winda." ujar Alena

"Terima kasih Alena, kamu baik sekali." Terdengar suara Winda sangat senang.

Nampaknya ia memang sedang membutuhkan dana mendesak. Alena tidak keberatan jika ia bisa membantu.

Setelah menyampaikan maksudnya Winda mohon diri untuk menutup pembicaraan.

********

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status