Share

Bab 4. Korban Mulai Berjatuhan.

Alena termenung setelah Winda menutup pembicaraan telepon dengannya. Ia tak habis fikir mengapa Winda nampak begitu membutuhkan dana secara mendadak. Ia masih ingat pada pertemuan arisan bulan lalu Winda malah menolak ketika pengundian arisan itu jatuh ketangannya. Selama ini keluarga Winda tidak pernah nampak kekurangan uang.

"Ah sudahlah.., bukan urusanku juga untuk mengetahui keadaan keuangan orang lain." Alena kemudian mengibaskan pemikirannya yang mulai kepo.

Alena segera meletakkan ponselnya di atas meja makan. Ia bersiap untuk mandi dan segera ingin beristirahat. Tak lama kemudian terdengar gemercik air didalam kamar mandi.  Tubuh Alena terasa semakin segar setelah membersihkan semua keringat dan kotoran yang melekat dikulitnya yang putih mulus.

Setelah membersihkan wajahnya di depan cermin dan memakai baju tidur, Alena kembali ke ruang makan untuk makan malam. Sebelum mengambil makanan Alena mengambil ponselnya yang terletak di atas meja sekedar mengecek kalau ada panggilan atau pesan yang masuk di saat ia sedang berada di kamar mandi tadi.

"Arcy mengirim pesan gambar ?" Alena berfikir pasti Arcy mengirimkan gambar-gambar model perhiasaan berlian terbaru.

Tapi alangkah terkejutnya Alena begitu melihat gambar apa yang telah di kirim Arcy kepadanya.

Sebuah foto dimana nampak Arkhan tengah berjalan mesra dengan Winda yang tadi menelpon Alena.

"Oh my God...!!!?" pekik Alena sambil menepuk jidatnya.

Alena segera menyentuh tombol 'call' di ponselnya. Ia segera menghubungi Arcy.

"Arcy, katakan padaku di mana kamu mendapatkan foto ini !"  seru Alena setengah berteriak ketika Arcy sudah mengangkat audio callnya.

"Bukankah lelaki itu yang kita lihat bersama Jeng Devi di cafe itu seminggu yang lalu bukan..?" Arcy malah balik bertanya. Nampaknya Arcy masih ragu dengan penglihatannya.

"Iyaa...!!!"  Alena berteriak agak kesal dan tak sabar  karena Arcy tidak segera menjawab pertanyaannya.

"Siapa lagi wanita ini Alena..?"

Nah loh, bukannya menjawab pertanyaan Alena,  Arcy malah melontarkan pertanyaan berikutnya.

"Ampuuun deh Arcy!" maki Alena dalam hati semakin jengkel.

"Di tanya kok malah nanya ini orang!" desis Alena dalam hati.

Alena melebarkan matanya walau pun ia sadar Arcy tidak melihat wajah kesalnya.

Mau tak mau Alena terpaksa menjelaskan siapa Winda kepada Arcy.

"Wanita yang barusan di foto itu adalah Bu Winda, dia juga salah satu penghuni komplek di tempat tinggalku." jawab Alena akhirnya.

"Apa...!!???"

"Astagoooor..!" seru Arcy.

Alena belum juga mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Arcy malah terdengar histeris dan berteriak lebih keras. Mungkin saja di sana mulut perempuan itu sudah terbuka lebar seperti mulut buaya yang akan memangsa seekor anak kuda.

"Arcy...! Kamu dapat di mana foto ini? Kalau kamu yang jepret, di mana ?

Terus, kapan..??

Tiga pertanyaan beruntun tanpa koma dilemparkan Alena kepada Arcy.

"Ooh, sungguh sayang. Ganteng-ganteng ternyata brondong rentalan." Arcy malah bergumam tanpa memikirkan Alena yang tengah sekarat menunggu penjelasan darinya.

Kesabaran Alena seperti mulai menipis menghadapi sifat latah Arcy. Ia terdiam dan sedikit merasakan nyeri di hati. Seribu dua ratus empat puluh satu pertanyaan menyerang otaknya seketika dan tak mampu ia jawab. Sosok Arkhan kini menjadi sebuah misteri yang menyeramkan bagi Alena.

"Alena..!!"

Alena masih terdiam.

"Alenaaaaaa...!!" Arcy memanggil Alena kedua kalinya untuk memastikan bahwa Alena masih terhubung dalam sambungan telepon mereka.

"Iyaaaaa...!" jawab Alena kesal.

Arcy baru menyadari kalau temannya itu sudah mulai kesal karena dirinya tidak juga menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan kepadanya.

"Aku melihat mereka di sebuah restoran siang tadi ."

"Begitu aku perhatikan, aku merasa mengenali wajah lelaki itu."

"Aku jadi penasaran, walau aku masih belum bisa mengingatnya tapi aku sempat mengambil gambar mereka.'

"Nah barusan ini aku baru ingat kalau lelaki itu pernah aku lihat bersama Jeng Devi di cafe tempat kita terakhir bertemu."

Arcy akhirnya menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi hal ikhwal sejarah terciptanya foto yang kini ada di layar ponsel Alena.

Alena nampak mengangguk-angguk mendengar cerita Arcy.

Kekaguman Alena kepada Arkhan kini semakin berguguran. Ia tidak menyangka kalau Arkhan adalah bangsa lelaki yang suka main banyak perempuan.

"Oh pantas saja Nova menceraikannya !"

"Ganteng tapi murahan..!" dengus Alena kesal.

*

"Baik Ibu-ibu..!! Sampai jumpa di lain kesempatan !" ujar Alena menutup acara senam pagi di sebuah komplek perumahan yang cukup jauh dari tempat tinggalnya.

Kehadiran Alena di tempat itu adalah untuk menggantikan teman seprofesinya yang sedang berhalangan hadir.

"Terima kasih, Mbak Alena..!!" jawab beberapa peserta melepas kepergian Alena.

Alena yang sudah mengganti busana senamnya dengan pakaian biasa segera berjalan menuju tempat di mana mobilnya di parkir.

"Alena..!"

Sebuah suara yang cukup dikenalnya menyentuh gendang pendengaran Alena.

Wanita berbody goal itu menoleh kearah si empunya suara.

"Arkhan..!!?" Alena agak terperanjat begitu melihat lelaki ganteng pujaan kaum hawa sejagat raya itu tersenyum ke arahnya. Lelaki itu membuka kaca mata yang tadi bertengger manis di batas hidungnya yang aduhai.

"Apa kabar Alena?" Arkhan berjalan perlahan mendekati Alena yang tadinya bersiap membuka pintu mobilnya. Kini wanita itu terpaku dan terhipnotis oleh pemandangan yang mampu membuat aliran darah tersumbat.

Arkhan semakin dekat. Lima langkah lagi ia akan sampai ke samping Alena berdiri. 

"Ya Allah, lindungilah aku dari godaan syetan yang terkutuk! " Doa Alena di dalam hati.

"Aamiin...!" sambungnya lalu segera mengusapkan kedua telapak tangan di wakahnya kemudian bergegas memutar kunci yang sudah berada di lubang pintu mobil. Secepat kilat Alena membuka pintu mobil dan menutup kembali pintu itu setelah ia menghempaskan bokongnya yang seksi di atas jok.

Mobil langsung di starter, daan... Wuuussss.... Kendaraan itu melaju pesat bagaikan anak panah yang tertolak dari busurnya.

Beberapa meter sebelum berbelok ke jalan raya, Alena masih sempat mengintip lewat kaca spion tengah mobilnya. Arkhan terlihat bingung dan melambai-lambaikan tangan ke arahnya.

"Tidaaak Alenaa... Gaaaasss...!!" Hati Alena bertindak sebagai pemberi komando.

Bagaikan seekor anak kijang yang baru bertemu Hunter, Alena menambah dan menambah lagi kecepatan mobilnya hingga ia sampai di tempat yang agak jauh dari penampakan Arkhan.

"Syukurlah... Aku terbebas dari mala petaka yang menakutkan." Puji syukur Alena di dalam hatinya yang sudah mulai tenang. Dirinya seakan sangat bersyukur karena mampu menghindari jerat-jerat asmara Arkhan yang sungguh mematikan.

Semakin jauh Alena semakin merasa aman. Kini jiwanya sudah mulai terasa nyaman dan tenang.  Dengan jemari tangan kirinya, Alena mulai menyentuh tombol audio di bawah dash board mobilnya. Sebuah lagu merdu kemudian mengalun dan menyejukkan hati Alena yang tadi sempat galau dan sangat kacau. Benih cinta yang sempat tumbuh di dalam hatinya cepat-cepat ia buang. Bayangan kemesraan Arkhan dengan Jeng Devi dan Bu Winda, membuat Alena harus menekan dadanya agar tidak muntah darah.

******

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status