Share

5. Noah Adalah Putraku

“Dia bukan anakmu.”

Ucapan itu masih terngiang di kepalanya Bian tentang Noah. Sebulan berlalu setelah kejadian itu, Jasmine tidak terlalu banyak komunikasi dengannya.

Jasmine juga sangat menutup  diri. Selama Noah sakit, dia memberikan izin kepada Jasmine untuk mengurus anak itu terlebih dahulu. Meskipun banyak pekerjaan Jasmine yang diambil alih oleh Edo.

Lalu pada saat wanita itu aktif kembali, giliran Edo yang dia tugaskan untuk mengurus anak itu di tempat penitipan.

Komunikasi sangat dijaga sekali oleh Jasmine.

Setiap hari, ucapannya Jasmine menggema di dalam pikirannya. Bermain di otaknya setiap kali dia berusaha mencerna kata-kata itu dengan sangat baik. Tidak pernah bertanya apakah Noah adalah putranya atau tidak. Jasmine sudah memberikan clue tersebut.

Jam makan siang, Jasmine keluar. Sementara Edo masih ada di ruangannya. “Edo, kamu ke daycare hari ini?”

“Ya, saya harus mengantar makan siang untuk Noah sesuai perintah Anda.”

Bian menarik napasnya dalam-dalam. “Tolong cari informasi tentang Noah. Aku ingin tahu kapan dia lahir.”

“Bapak akan memberikannya hadiah?”

Bian langsung mengangguk. “Aku harus memberikan kejutan untuknya sebagai tanda permintaan maaf. Tapi jangan katakan ini pada, Jasmine!”

Dia ingin sekali tahu kapan anak itu lahir. Secara fisik, Noah mirip dengannya. Jasmine menghindarinya, tidak mungkin tiba-tiba dia bertanya tentang anak itu kepada Jasmine. Sementara wanita itu juga sudah jaga jarak dengannya setelah kejadian sebulan yang lalu.

Pulang bekerja, dia mampir ke rumah orang tuanya. Masuk ke dalam kamar yang dulu dia tempati. Dia mencari album foto ketika dirinya ketika masih kecil. Ditemukannya foto ketika dia masih berusia dua atau tiga tahun. Benar, Noah sangat mirip dengannya.

Beberapa hari setelah Noah dibawa ke rumah sakit. Bian juga sering berkunjung, lalu anak itu dipulangkan. Dia mendengar dari Jasmine kalau Noah tidak punya pengasuh di rumahnya. Namun anak itu dititipkan di daycare setiap hari dan alamatnya juga diberikan oleh Jasmine. Sementara itu, dia tidak diperbolehkan untuk berkunjung.

Dia punya fotonya Noah ketika dia berkunjung sempat mengobrol dan meminta foto kepada anak itu.

Jasmine menyangkal. Jasmine memintanya juga untuk melupakan ucapan yang waktu itu sudah dilontarkan. Sementara Bian sendiri tidak mudah melupakan apa yang sudah diucapkan oleh wanita itu.

Selama mereka menjadi suami istri, tentu saja untuk hubungan itu mereka lakukan. Tidak peduli dengan aturan yang telah diberikan oleh Freya. Bagaimanapun juga dia adalah pria normal yang memiliki nafsu. Dia memiliki nafsu itu kepada Jasmine. Lagi pula, waktu itu dia melakukannya dengan istrinya.

Dia pulang dari rumah mamanya dan baru saja tiba  di kediamannya. Ada Freya yang di sana. “Kamu sibuk?” tanya wanita itu ketika dia baru saja tiba.

“Aku baru pulang dari rumah mama. Kamu tidak memberi kabar kalau kamu di sini,” ucapnya sambil melonggarkan dasi.

Wanita itu tersenyum dan menghampirinya. “Aku akan selalu pulang. Entah itu mengabarimu atau tidak. Kamu sendiri pernah bilang kepadaku, kalau kamu ingin aku ada di sini.”

Ini tidak tepat waktu. Bian sedang banyak beban pikiran. Dia tidak mau kalau ada orang lain yang mengganggunya. Bahkan kalau dia tidur dengan Freya sekalipun, beban itu tidak akan hilang begitu saja.

Dia masuk ke dalam kamarnya dan diikuti oleh wanita itu. Sepuluh tahun lebih menjalin hubungan, perasaannya begitu kuat pada Freya. Namun, menjalin hubungan singkat dengan Jasmine justru mengganggu pikirannya. Terutama dengan kehadiran Noah yang secara tiba-tiba.

Berada di tempat tidur, wanita itu sedang ada di dalam pelukannya sekarang. Tangan wanita itu bermain di dadanya, kalau gairahnya dipancing seperti ini. Biasanya akan berakhir dengan percintaan panas. Tidak dengan kali ini, dia harus melewatkannya. “Hentikan, Freya! Aku sedang banyak pikiran.”

Dia tidak mau melakukan apa pun kali ini. “Kamu marah?”

“Tidak. Aku hanya banyak pikiran dan sedang tidak bergairah.”

“Pekerjaanmu sangat banyak?”

“Kurasa begitu. Mungkin beberapa hari ke depan, kita tidak perlu bertemu.”

Dia ingin sendiri, ucapan Jasmine semakin menyiksanya. Informasi tentang Noah pun belum dia dapatkan.

Kalau Noah bukan anaknya, kenapa Jasmine berkata seperti itu? Jasmine juga bukan wanita murahan seperti yang ada di dalam pikiran orang lain. Dia ingat pertama kali wanita itu diseret ke hiburan malam. Bian mengambilnya dari sana. Tapi saat menikah dengan wanita itu, dia adalah orang pertama yang menyentuh Jasmine.

Dia mencoba memejamkan matanya sekalipun tidur bersama dengan wanita lain di sisinya sekarang ini.

Pagi harinya, dia mengantar Freya pulang. Wanita ini tidak akan dia temui beberapa hari ke depan. Dia ingin menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu tanpa diganggu oleh siapa pun juga.

Bian yang kali ini sedang ada di kantor, dia menikmati kopinya pagi itu dan membaca berkas yang ditaruh oleh Jasmine di atas mejanya. “Pak, saya ingin bicara,” wanita itu muncul di depannya.

Tatapannya pada wanita itu sangat tajam. “Ya.”

“Tolong berhenti meminta Edo untuk mengantar makan siang ke daycare! Saya mendapatkan informasi dari pihak sana karena Edo selalu datang membawa makanan. Noah punya pengawasan khusus.”

“Itu tanggung jawabku setelah apa yang terjadi.”

“Tidak perlu. Pihak daycare tidak mau makanan dari luar. Edo sudah pernah ditegur oleh pihak sana.”

Reaksi yang diberikan oleh Bian kemudian sedikit tersinggung dengan ucapan wanita itu. “Maaf, bukan maksud saya untuk menyinggung hati, Bapak. Aturan di sana memang agak ketat, Noah juga selama sakit harus mendapatkan makanan yang baik dan diperhatikan oleh pihak daycare.”

“Sebelum kamu bicara seperti itu. Aku sudah cari informasi tentang makanan yang baik untuknya. Kamu tidak perlu khawatir, aku melakukan itu sebagai bentuk tanggung jawabku terhadap masalah yang aku timbulkan.”

“Itu membuat saya tidak nyaman.”

Dia mengangkat kepalanya setelah mencoba untuk mengabaikan wanita itu. “Kamu marah?”

“Saya hanya ingin privasi saya dan juga Noah kembali seperti dulu.”

“Kalau kamu tidak membawa dia kemari, kecelakaan itu juga tidak ada.”

Jasmine masih berdiri dan menggigit bibir bawahnya. Terlihat kalau wanita itu sangat gugup dengan ucapannya Bian. “Dia keluar dari mobil dan mencari saya.”

“Membiarkan anak kecil di dalam mobil juga merupakan tindakan kelalaian orang tuanya. Di kantor ini, kita punya tempat penitipan anak. Kamu tidak seharusnya membiarkan dia di dalam mobil sendirian. Bagaimana kalau semisal dia terkunci? Apakah kamu berani menjamin keselamatan dia?”

“Saya akan membawanya ke penitipan di sini setelah Bapak dan Edo pergi waktu itu. Saya hanya ingin privasi.”

Bian menutup berkasnya. “Terserah.”

Jasmine keluar dan pastinya kesal dengan jawabannya Bian. Memangnya privasi apa yang diinginkan oleh wanita itu? Jelas-jelas yang membawa Noah ke sini adalah Jasmine sendiri.

Perasaannya juga sedikit kesal setelah Jasmine memberitahu bahwa Edo tidak boleh lagi ke daycare.

Edo masuk ke dalam ruangannya dan kemudian berkata. “Saya mendapatkan itu, Pak.”

Edo meletakkan ponselnya dia atas meja dan memperlihatkan foto data dirinya Noah. Dia menghitung mundur dari tanggal lahir Noah dan juga tanggal perceraiannya. “Tanpa memaksa dia untuk buka mulut, semuanya sudah jelas. Tidak perlu melakukan tes DNA untuk membuktikan bahwa Noah adalah putraku. Karena dari perhitungan jarak lahirnya Noah dan bulan perceraian kami sangat singkat. Jasmine hamil saat kami bercerai.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
annasya 74
kayak nya noah memang anak nya bian
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status