“Dia bukan anakmu.”
Ucapan itu masih terngiang di kepalanya Bian tentang Noah. Sebulan berlalu setelah kejadian itu, Jasmine tidak terlalu banyak komunikasi dengannya.
Jasmine juga sangat menutup diri. Selama Noah sakit, dia memberikan izin kepada Jasmine untuk mengurus anak itu terlebih dahulu. Meskipun banyak pekerjaan Jasmine yang diambil alih oleh Edo.
Lalu pada saat wanita itu aktif kembali, giliran Edo yang dia tugaskan untuk mengurus anak itu di tempat penitipan.
Komunikasi sangat dijaga sekali oleh Jasmine.
Setiap hari, ucapannya Jasmine menggema di dalam pikirannya. Bermain di otaknya setiap kali dia berusaha mencerna kata-kata itu dengan sangat baik. Tidak pernah bertanya apakah Noah adalah putranya atau tidak. Jasmine sudah memberikan clue tersebut.
Jam makan siang, Jasmine keluar. Sementara Edo masih ada di ruangannya. “Edo, kamu ke daycare hari ini?”
“Ya, saya harus mengantar makan siang untuk Noah sesuai perintah Anda.”
Bian menarik napasnya dalam-dalam. “Tolong cari informasi tentang Noah. Aku ingin tahu kapan dia lahir.”
“Bapak akan memberikannya hadiah?”
Bian langsung mengangguk. “Aku harus memberikan kejutan untuknya sebagai tanda permintaan maaf. Tapi jangan katakan ini pada, Jasmine!”
Dia ingin sekali tahu kapan anak itu lahir. Secara fisik, Noah mirip dengannya. Jasmine menghindarinya, tidak mungkin tiba-tiba dia bertanya tentang anak itu kepada Jasmine. Sementara wanita itu juga sudah jaga jarak dengannya setelah kejadian sebulan yang lalu.
Pulang bekerja, dia mampir ke rumah orang tuanya. Masuk ke dalam kamar yang dulu dia tempati. Dia mencari album foto ketika dirinya ketika masih kecil. Ditemukannya foto ketika dia masih berusia dua atau tiga tahun. Benar, Noah sangat mirip dengannya.
Beberapa hari setelah Noah dibawa ke rumah sakit. Bian juga sering berkunjung, lalu anak itu dipulangkan. Dia mendengar dari Jasmine kalau Noah tidak punya pengasuh di rumahnya. Namun anak itu dititipkan di daycare setiap hari dan alamatnya juga diberikan oleh Jasmine. Sementara itu, dia tidak diperbolehkan untuk berkunjung.
Dia punya fotonya Noah ketika dia berkunjung sempat mengobrol dan meminta foto kepada anak itu.
Jasmine menyangkal. Jasmine memintanya juga untuk melupakan ucapan yang waktu itu sudah dilontarkan. Sementara Bian sendiri tidak mudah melupakan apa yang sudah diucapkan oleh wanita itu.
Selama mereka menjadi suami istri, tentu saja untuk hubungan itu mereka lakukan. Tidak peduli dengan aturan yang telah diberikan oleh Freya. Bagaimanapun juga dia adalah pria normal yang memiliki nafsu. Dia memiliki nafsu itu kepada Jasmine. Lagi pula, waktu itu dia melakukannya dengan istrinya.
Dia pulang dari rumah mamanya dan baru saja tiba di kediamannya. Ada Freya yang di sana. “Kamu sibuk?” tanya wanita itu ketika dia baru saja tiba.
“Aku baru pulang dari rumah mama. Kamu tidak memberi kabar kalau kamu di sini,” ucapnya sambil melonggarkan dasi.
Wanita itu tersenyum dan menghampirinya. “Aku akan selalu pulang. Entah itu mengabarimu atau tidak. Kamu sendiri pernah bilang kepadaku, kalau kamu ingin aku ada di sini.”
Ini tidak tepat waktu. Bian sedang banyak beban pikiran. Dia tidak mau kalau ada orang lain yang mengganggunya. Bahkan kalau dia tidur dengan Freya sekalipun, beban itu tidak akan hilang begitu saja.
Dia masuk ke dalam kamarnya dan diikuti oleh wanita itu. Sepuluh tahun lebih menjalin hubungan, perasaannya begitu kuat pada Freya. Namun, menjalin hubungan singkat dengan Jasmine justru mengganggu pikirannya. Terutama dengan kehadiran Noah yang secara tiba-tiba.
Berada di tempat tidur, wanita itu sedang ada di dalam pelukannya sekarang. Tangan wanita itu bermain di dadanya, kalau gairahnya dipancing seperti ini. Biasanya akan berakhir dengan percintaan panas. Tidak dengan kali ini, dia harus melewatkannya. “Hentikan, Freya! Aku sedang banyak pikiran.”
Dia tidak mau melakukan apa pun kali ini. “Kamu marah?”
“Tidak. Aku hanya banyak pikiran dan sedang tidak bergairah.”
“Pekerjaanmu sangat banyak?”
“Kurasa begitu. Mungkin beberapa hari ke depan, kita tidak perlu bertemu.”
Dia ingin sendiri, ucapan Jasmine semakin menyiksanya. Informasi tentang Noah pun belum dia dapatkan.
Kalau Noah bukan anaknya, kenapa Jasmine berkata seperti itu? Jasmine juga bukan wanita murahan seperti yang ada di dalam pikiran orang lain. Dia ingat pertama kali wanita itu diseret ke hiburan malam. Bian mengambilnya dari sana. Tapi saat menikah dengan wanita itu, dia adalah orang pertama yang menyentuh Jasmine.
Dia mencoba memejamkan matanya sekalipun tidur bersama dengan wanita lain di sisinya sekarang ini.
Pagi harinya, dia mengantar Freya pulang. Wanita ini tidak akan dia temui beberapa hari ke depan. Dia ingin menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu tanpa diganggu oleh siapa pun juga.
Bian yang kali ini sedang ada di kantor, dia menikmati kopinya pagi itu dan membaca berkas yang ditaruh oleh Jasmine di atas mejanya. “Pak, saya ingin bicara,” wanita itu muncul di depannya.
Tatapannya pada wanita itu sangat tajam. “Ya.”
“Tolong berhenti meminta Edo untuk mengantar makan siang ke daycare! Saya mendapatkan informasi dari pihak sana karena Edo selalu datang membawa makanan. Noah punya pengawasan khusus.”
“Itu tanggung jawabku setelah apa yang terjadi.”
“Tidak perlu. Pihak daycare tidak mau makanan dari luar. Edo sudah pernah ditegur oleh pihak sana.”
Reaksi yang diberikan oleh Bian kemudian sedikit tersinggung dengan ucapan wanita itu. “Maaf, bukan maksud saya untuk menyinggung hati, Bapak. Aturan di sana memang agak ketat, Noah juga selama sakit harus mendapatkan makanan yang baik dan diperhatikan oleh pihak daycare.”
“Sebelum kamu bicara seperti itu. Aku sudah cari informasi tentang makanan yang baik untuknya. Kamu tidak perlu khawatir, aku melakukan itu sebagai bentuk tanggung jawabku terhadap masalah yang aku timbulkan.”
“Itu membuat saya tidak nyaman.”
Dia mengangkat kepalanya setelah mencoba untuk mengabaikan wanita itu. “Kamu marah?”
“Saya hanya ingin privasi saya dan juga Noah kembali seperti dulu.”
“Kalau kamu tidak membawa dia kemari, kecelakaan itu juga tidak ada.”
Jasmine masih berdiri dan menggigit bibir bawahnya. Terlihat kalau wanita itu sangat gugup dengan ucapannya Bian. “Dia keluar dari mobil dan mencari saya.”
“Membiarkan anak kecil di dalam mobil juga merupakan tindakan kelalaian orang tuanya. Di kantor ini, kita punya tempat penitipan anak. Kamu tidak seharusnya membiarkan dia di dalam mobil sendirian. Bagaimana kalau semisal dia terkunci? Apakah kamu berani menjamin keselamatan dia?”
“Saya akan membawanya ke penitipan di sini setelah Bapak dan Edo pergi waktu itu. Saya hanya ingin privasi.”
Bian menutup berkasnya. “Terserah.”
Jasmine keluar dan pastinya kesal dengan jawabannya Bian. Memangnya privasi apa yang diinginkan oleh wanita itu? Jelas-jelas yang membawa Noah ke sini adalah Jasmine sendiri.
Perasaannya juga sedikit kesal setelah Jasmine memberitahu bahwa Edo tidak boleh lagi ke daycare.
Edo masuk ke dalam ruangannya dan kemudian berkata. “Saya mendapatkan itu, Pak.”
Edo meletakkan ponselnya dia atas meja dan memperlihatkan foto data dirinya Noah. Dia menghitung mundur dari tanggal lahir Noah dan juga tanggal perceraiannya. “Tanpa memaksa dia untuk buka mulut, semuanya sudah jelas. Tidak perlu melakukan tes DNA untuk membuktikan bahwa Noah adalah putraku. Karena dari perhitungan jarak lahirnya Noah dan bulan perceraian kami sangat singkat. Jasmine hamil saat kami bercerai.”
Jasmine bekerja seperti biasa. Dia mengantar anaknya ke daycare, lalu kemudian dia berangkat ke kantor. Setiap hari akan ada tatapan yang mengerikan dari bosnya. Seperti yang pernah dia katakan bahwa dia ingin privasi bersama dengan anaknya. Semua itu tidak mempan bagi Bian untuk tetap mengantar makan siang untuk Noah. Dia juga mengatakan kepada pihak daycare bahwa itu teman dekatnya Jasmine. Jadi, segala pemberian yang Bian berikan tetap diterima atas pemberian izin yang dilakukan oleh Jasmine. Sewaktu dia bekerja dan menyusun jadwal Bian. Ada Edo yang ada di depannya sedang duduk santai dan bermain ponsel. “Apakah hari ini bapak ada kesibukan?” Jasmine yang baru saja selesai dan memberikan tablet kepada Edo. “Dia punya jadwal perjalanan ke luar kota minggu depan.”Tatapan Jasmine kepada Edo sedikit mencurigakan. Pria itu juga sering berkunjung ke daycare dan mengantar makan siang untuk anaknya. “Edo, aku ingin bertanya sesuatu.” Pria itu meletakkan ponselnya di atas meja. “Tany
Hari ini Bian berada di depan daycare. Sebelum berangkat ke luar kota. Dia ingin melihat anaknya terlebih dahulu. Dia akan pergi bersama dengan Edo untuk bertugas. “Bapak tidak ingin menemuinya?” Bian sadar dari lamunannya setelah Edo berkata demikian. Biar saja seperti ini. Dia hanya ingin melihat si kecil naik ke mobil ketika Jasmine datang menjemput anak mereka. “Aku hanya ingin melihatnya dengannya seperti ini. Aku tidak mau terlalu menonjol, Edo. Apalagi dia sangat mirip denganku. Jangan sampai Freya tahu soal ini.” Edo hanya menganggukkan kepalanya. Bian melihat dari jendela mobilnya kalau anak itu sudah keluar dari sana. Jasmine yang menggandeng tangan kecil itu. Ada rasa ingin turun dan menemui anaknya. Tapi dia tidak bisa mengganggu kehidupan mantan istrinya dan juga anak mereka. “Ayo jalan, Edo!” Dia langsung meminta Edo meninggalkan daycare tempat di mana anaknya menghabiskan waktu sehari-hari. Di perjalanan, Edo mengatakan. “Apakah Bapak tidak ingin mengambil ha
“Apakah kamu di rumah?” tanya Freya.Wanita itu menghubunginya setiap hari. Setiap saat dia harus memberikan kabar untuk wanita yang sebenarnya ingin dia nikahi. Wanita itu yang tidak mau untuk melanjutkan suatu hubungan dengannya. Terlalu menjadikan sebuah kesibukan itu alasan mereka tidak bisa bersama.“Aku ada di rumah.” “Aku akan ke sana,” ucapnya dari seberang telepon.Baru saja dia mengeringkan rambutnya. Bian langsung menjawab. “Tidak perlu, Freya. Aku ingin istirahat lebih awal. Aku kelelahan sekali hari ini. Aku baru pulang dari kantor barusan. Lalu kemudian aku mandi dan menghabiskan waktu di kantor sepanjang hari terasa sedikit melelahkan.”“Baiklah. Kalau begitu aku akan keluar bersama teman-temanku. Kalau kamu tidak keberatan nanti, kamu bisa mencariku di kelab seperti biasa.”Tidak, dia tidak akan ke tempat seperti itu. Dia rela menghabiskan waktunya di rumah untuk istirahat. Dia mulai untuk mengingat kembali alamat rumah yang dia berikan untuk Jasmine dulu.Sabtu m
“Mama, kapan aku boleh ikut?”Jasmine duduk di berjongkok ketika dia baru saja pulang dari kantor. Tadi pagi dia mengantar anaknya ke tempat biasa. Si kecil selalu menangis untuk ikut semenjak Bian mengatakan kalau anaknya boleh ikut ke kantor. Padahal, dia tidak ingin kalau ada orang lain yang mengganggu.Jasmine tidak mau juga kalau si kecil bertemu dengan Freya. Wanita itu terlalu mengerikan bagi Jasmine.“Ya, sabar aja, Sayang. Mama sibuk banget. Belum bisa bawa ke sana. Mama juga sering keluar kantor. Om Bian selalu ngajakin kerja di luar.”Anaknya menatap dengan iba. Entah kenapa dia semakin melihat anaknya selalu berharap setiap kali ada pertemuan Jasmine dengan orang lain. Memang menjadi seorang janda anak satu tidak pernah dia bayangkan. Waktu itu juga dia tidak menyangka sedang hamil. Mungkin dia tidak masalah kalau kehilangan perawannya. Akan tetapi kalau hamil lalu kemudian bercerai, itu tidak pernah masuk ke dalam list di dalam hidupnya.Banyak hal yang membuatnya t
“Kenapa gaji saya sangat banyak?” tanya Jasmine kepada Bian yang sedang di meja kerjanya.Wanita itu berdiri di depan Bian saat menanyakan jumlah gaji. Bian menutup berkasnya dan menatap wanita itu. “Gajimu mengikuti aturan perusahaan ini. Jadi, kamu tidak perlu bertanya.”“Oh, maaf. Saya pikir gaji saya mengikuti peraturan perusahaan lama, karena saya di sini hanya sebentar.”“Kamu bisa mengisi yang kosong, Jasmine. Nanti setelah Sierra kembali. Kamu bisa isi jabatan yang lain. Jarak rumahmu juga ke tempat ini tidak terlalu jauh.”Jasmine menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Pak. Saya akan kembali ke kantor lama saja nantinya.”“Oke, terserah kamu. Aku hanya menawarkan.”Padahal Bian ingin melindungi anaknya. Sekalipun tidak ada hubungan lagi antara mereka. Hubungan suami istri mereka telah usai beberapa tahun lalu. Dia tidak ingin ada hal berbahaya yang menyentuh anaknya.Sekalipun 24 jam tidak bisa mengawasi anaknya. Akan tetapi Bian tetap saja merasa kalau dirinya perlu meneman
“Jasmine, minta tolong minta tanda tangan bapak, ya!”Bian yang tidak sengaja mendengar permintaan karyawannya dan menyuruh Jasmine. “Oke, nanti kalau bapak udah kembali. Bapak lagi di luar sama Edo.”Bian sudah kembali. Tidak terima kalau Jasmin disuruh-suruh.Sewaktu dia di lift, pintu lift itu terbuka dan ternyata ada Jasmine yang membawa beberapa berkas untuknya. “Pekerjaanmu?”“Ada berkas yang harus Bapak tanda tangani.”Bian tahu dia juga mendengar itu tadi ketika sedang lewat di sana. Bian hanya merasa kalau wanita ini terlalu banyak meladeni orang lain sehingga yang lainnya terlihat santai dan bisa menyuruh Jasmine kapan pun mereka inginkan.Jasmine berjalan di belakangnya memang tugas seorang sekretaris seperti itu. Tapi kalau untuk meminta tanda tangan dan meminta Jasmine yang melakukannya. Bian merasa itu keterlaluan karena Jasmine juga banyak pekerjaan di dalam sana.Setibanya di ruangannya, Jasmine meletakkan semua di atas meja. “Jadwalku hari ini apa?”“Sudah tidak ada
“Jasmine hari ini tidak masuk, Pak. Dia sudah izin karena hari ini Noah dibawa ke rumah sakit.” Bian baru saja melepaskan jasnya, mendapatkan informasi dari Edo kalau wanita itu tidak masuk bekerja. “Noah sakit apa?” “Jasmine bilang kalau dia akan membawanya ke rumah sakit. Saya tidak tahu selebihnya.” Bian sendiri hanya menganggukkan kepalanya. Dia kembali fokus bekerja dan memerintahkan Edo mengambil alih. Itulah gunanya punya dua sekretaris sekaligus agar dia bisa membiarkan salah satunya seperti ini. Setelah dia selesai mengerjakan semuanya. Bian teringat apa yang dikatakan oleh Edo tadi mengenai anaknya. Dia beranjak dari tempat duduk. “Edo, apakah ada kabar dari Jasmine?” Edo langsung mengiyakan dan memberikan informasi tentang Noah. Anak itu sedang diinfus di rumah sakit. Jasmine mengirimkan video. “Tanyakan pada Jasmine alamat rumah sakitnya.” Tahu kalau dia tidak akan pernah bisa menemani anaknya sepanjang waktu. Tapi Bian sendiri berjanji bahwa tidak akan membiarkan an
“Setelah kamu selesai dengan cuti ini. Aku akan kembali ke perusahaan lama,” ucap Jasmine pada Sierra.Sedangkan temannya hanya tertawa. “Mana mungkin dia akan berikan izin untuk kembali. Apalagi dia bilang kamu juga gesit.”Jasmine hanya merasa dirinya tidak mau berlama-lama di sana. Terutama dengan kebaikan yang diberikan oleh Bian. Takut kalau nanti dia menganggap semua itu sebagai sebuah perasaan yang berlebih.Jasmine bengong ketika berbicara dengan Sierra. Setelah si kecil keluar dari rumah sakit. Lalu kembali lagi ke daycare. Dia kembali bekerja dan hari libur dia langsung menemui Sierra.Wanita itu menyambutnya dengan baik. “Kudengar dari Edo, kamu dikunjungi ke rumah sakit waktu Noah sakit?”Jasmine mengangguk. “Ya. Aku dikunjungi. Ruangannya Noah juga dipindahkan ke tempat khusus. Dia bilang kalau Noah bangun karena suara ribut. Lalu dia pindahkan ke VIP dan bisa istirahat dengan tenang.”“Sama sepertiku dulu. Aku pernah sakit. Apalagi awal kehamilan aku juga dijenguk. Dia y