Share

7. Penasaran Dengan Anak Kandung Sendiri

Hari ini Bian berada di depan daycare. Sebelum berangkat ke luar kota. Dia ingin melihat anaknya terlebih dahulu. Dia akan  pergi bersama dengan Edo untuk bertugas. “Bapak  tidak ingin menemuinya?”

Bian sadar dari lamunannya setelah Edo berkata demikian. Biar  saja seperti  ini. Dia hanya ingin melihat si kecil naik ke mobil ketika Jasmine datang menjemput anak mereka.

“Aku hanya ingin melihatnya dengannya  seperti ini. Aku tidak mau terlalu menonjol, Edo. Apalagi dia sangat mirip denganku. Jangan sampai Freya tahu soal ini.”

Edo hanya menganggukkan kepalanya. Bian melihat dari jendela mobilnya kalau anak itu sudah keluar dari sana. Jasmine yang menggandeng tangan kecil itu. Ada rasa ingin turun dan menemui anaknya. Tapi dia tidak bisa mengganggu kehidupan mantan istrinya dan juga anak mereka.

“Ayo jalan, Edo!”

Dia langsung meminta  Edo meninggalkan daycare tempat di mana anaknya menghabiskan waktu sehari-hari.

Di perjalanan, Edo mengatakan. “Apakah Bapak tidak ingin mengambil hak asuhnya?”

Seingatnya Jasmine tidak memiliki keluarga lain. Justru orang yang dianggap keluarga tega menjual Jasmine pada Bian waktu itu. Dia tertawa kecil mendengar ucapan dari Edo. “Kurasa tidak. Jasmine adalah wanita yang baik. Jadi, aku rasa bahwa anakku akan baik-baik saja saat dia yang mengasuhnya. Biarkan saja seperti ini.”

Tapi di perjalanan juga. Dia justru berpikir apakah anaknya hidup dengan baik? Apakah ekonomi mereka tercukupi? Apakah si kecil mendapatkan makanan yang enak?

Pikiran-pikiran itu mulai lewat di otaknya begitu saja. Tentang anaknya yang hidup dengan baik atau tidak. Uang yang diberikan oleh Jasmine tercukupi atau tidak? Sementara itu, kalau dia memberikan uang dengan cuma-cuma, sudah pasti mantan istrinya tidak akan menerima itu dan akan mengetahui bahwa Bian sudah tahu tentang  status Noah.

Melihat respons yang diberikan oleh Jasmine terhadap dirinya tentang Noah. Dia justru khawatir wanita itu mengundurkan  diri dan membuat Bian semakin jauh dengan anaknya. Sebuah pernikahan yang pernah terjalin dengan begitu singkat. Tidak ada penyesalan  yang Bian rasakan selama menikah dengan Jasmine. Wanita itu baik, wanita yang paling dihindari oleh Bian adalah mantan istrinya sendiri.

“Bisa saja aku mengambil Noah dari Jasmine. Itu sangat mudah sekali bagiku. Akan tetapi, aku berpikir lagi bahwa anakku pasti sangat butuh Jasmine.”

Edo tidak menanggapinya. Selama perjalanan dia hanya berpikir tentang kehidupan anaknya baik-baik saja atau tidak.

Setelah mereka bercerai, dia mengantar Jasmine. Memeluk wanita itu terakhir kalinya. Tapi sekarang, setelah dia mendapatkan respons dari Freya tentang penolakan menikah. Ada rasa tidak terima yang dirasakan oleh Bian. Wanita itu terus mengulur waktu dan mengatakan kalau kariernya jauh lebih penting.

Hingga saat ini mereka berdua masih terikat dengan hubungan pacaran. Sampai saat ini juga dia menantikan wanita itu untuk  setuju bahwa mereka harus menikah. Faktanya, memang sangat sulit diterima kalau Freya memang tidak menyukai anak kecil. Kemungkinan paling besarnya juga, mereka akan menikah tanpa memiliki keturunan.

Sementara Bian yang awalnya memang setuju menikah tanpa memiliki anak. Sekarang, setelah dia tahu bahwa dia memiliki anak dari mantan istrinya. Bian merasa kalau Jasmine sudah menjadi wanita yang baik. Bahkan seorang ibu yang sangat baik dan juga bijaksana.

Bagaimanapun rumah tangganya telah berakhir dengan Jasmine. Sekalipun wanita itu berada di kantornya. Tidak mungkin mengusik kehidupan wanita itu lagi  setelah mendengar bahwa Jasmine butuh privasi bersama dengan anaknya.

Tiba di tempat dia bertugas dengan Edo. Lalu dia keluar untuk makan malam bersama dengan Edo. Di restoran itu ada keluarga kecil yang di mana pria itu menyuapi anak laki-lakinya. Sementara sang wanita sibuk dengan makanannya.

Dia langsung mengalihkan pandangannya ketika melihat adegan itu yang terlihat begitu menggemaskan. Jujur saja kalau Bian juga sepertinya ingin melangkah untuk mendekati anak kandungnya. Tetapi sadar juga kalau itu dia lakukan. Ada bahaya yang akan terus mengintai Jasmine dan juga anaknya.

Tidak bisa mengawasi 24 jam untuk anaknya. Kesibukan di kantor membuatnya harus membiarkan anaknya berada di daycare. Bahkan, dia juga akan membatasi Edo untuk mengantar makan siang. Tidak ingin kalau orang lain tahu bahkan mengikuti Edo untuk mencari tahu tentang anak kecil yang hadir di pernikahan Bian waktu itu.

Kehadiran anaknya tidak dia salahkan. Toh juga dia melakukan itu dengan istrinya dulu sebelum mereka bercerai. Kehamilan Jasmine juga sangat misterius baginya.

Malam harinya sebelum tidur, dia berdiri di dekat jendela hotel. Melihat ke arah luar dan kemudian dia memainkan ponselnya. Mengingat tentang kehidupan yang dijalani oleh anaknya. Itu harus lebih baik dibandingkan dengan kehidupan yang telah dialami oleh Bian sendiri.

Anaknya sudah besar dan tumbuh dengan baik tanpa ada pengawalan dari dirinya selama ini. Kehadiran si kecil juga tidak dia sadari selama ini. Kalau bukan karena kejadian itu, tidak akan ada pertemuan yang terjadi.

Beberapa hari kemudian pulang.

Dia langsung menyetir ke kantor dan Edo masih ada di sana. Sementara dia harus segera kembali karena banyak yang harus dikerjakan.

Sampai di kantor, hanya dia dan Jasmine yang ada di ruangan. Wanita itu sibuk sendiri di dalam sana. Sedangkan Bian sendiri juga sedang mengerjakan pekerjaan yang tidak bisa dihandle oleh mantan istrinya ini.

Bian sudah memerintahkan Edo untuk tetap di sana selama bertugas dan mengerjakan semuanya dengan baik. Boleh kembali ketika semua tugas sudah diselesaikan oleh anak buahnya itu.

Dia bangun dari tempat duduknya dan menghampiri Jasmine. Wanita itu sedang bermain ponsel. “Jasmine,” panggilnya dengan nada yang rendah. Langkahnya perlahan mendekat ke meja wanita itu.

“Bapak butuh sesuatu?”

“Sebentar lagi jam makan siang. Kamu siapkan makan siang untukku!”

Seperti biasa, wanita ini selalu kebagian untuk menyiapkan makan siang untuknya. Seperti yang dilakukan oleh Sierra juga kalau dia harus makan siang dan semua itu harus disiapkan.

Jasmine langsung memilihkan menu untuk siang ini. Bian mengatakan kalau itu terserah apa saja yang dipilihkan oleh Jasmine. “Bapak tidak mau memilih?”

Bian mengibaskan tangan kirinya. “Terserah kamu saja.”

“Tapi saya tidak tahu apa yang Bapak inginkan.”

Bian berbalik lagi begitu dia hendak kembali ke tempat kerjanya. Dia langsung menatap wanita itu. “Bukankah kita pernah hidup bersama? Kamu lupa dengan menu makan siang yang selalu kamu siapkan untukku?” tanya Bian sedikit mengintimidasi.

Jujur saja kalau dia banyak pikiran akhir-akhir ini. Terutama tentang anaknya, putarnya yang tidak mungkin akan diambil oleh Bian dari Jasmine.

Jasmine tidak banyak tanya lagi setelah itu. “Baiklah, saya akan menyiapkan makan siang itu.”

Ketika dia sedang sibuk makan siang. Dia melihat Jasmine juga makan di dalam sana sendirian. Wanita itu membawa bekal makan siang. “Kalau aku tiba-tiba membahas tentang Noah. Dia akan meninggalkan perusahaan. Dia akan pergi jauh. Jasmine bukan orang yang akan berpikir panjang tentang apa pun. Dia tetap wanita yang polos seperti dulu,” ucap Bian ketika dia ingin bertanya tentang kehidupan anaknya.

“Aku masih belum bisa menanyakan tentang Noah kepadamu.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
annasya 74
lanjut thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status