Share

Bab 5 Ketemu mantan

Penulis: Beaudeauxamat
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-20 18:25:24

Beruntung, ada sebuah kampus swasta yang terkenal elit di dekat kantor Fabian. Alisya sengaja memilih kampus yang bisa searah dengan tempat kerja Fabian agar bisa pergi bersama. Sebenarnya pelajaran mengemudi Alisya sudah cukup bagus, tapi Alisya berkata pada Fabian ia masih kurang percaya diri. Tentu saja tujuannya adalah agar ia bisa tetap memiliki kegiatan bersama dengan suaminya itu.

Tapi ngomong-ngomong, Alisya ingat Fabian pernah berkata bahwa ia menyukai wanita dewasa. Alisya nekat membeli beberapa peralatan make up dengan kartu kredit yang diberikan Fabian padanya. Untungnya ia cukup familiar dengan alat make up. Alisya mulai belajar berdandan saat menjadi trainee di Korea. Para trainee di sana sering pergi ke gedung latihan dengan make up dan rambut yang ditata rapi.

Dan Alisya juga pergi ke salon untuk memotong sedikit rambutnya agar terlihat lebih segar dan bervolume. Ia cukup puas dengan rambut hitamnya yang tebal dan sehat. Untung saat di Korea ia tak tergoda bujukan teman sesama trainee-nya untuk mewarnai rambut. Tak hanya itu, ia juga membeli pakaian baru.

"Kamu abis belanja?" tanya Fabian yang baru pulang kerja. "Buat keperluan kuliah?"

Alisya menoleh pada Fabian sambil tersenyum. Ia berusaha keras memperhatikan reaksi Fabian terhadap penampilan barunya. "Aneh gak, Mas?"

"Gak kok, cantik," jawab Fabian, tapi ia terlihat tak terlalu memperhatikan Alisya.

Dalam hati Alisya agak kecewa. Padahal ia berharap Fabian akan terpesona. "Aku juga beliin dasi yang bagus buat Mas Bian."

Sebelah alis Fabian terangkat. "Kamu beliin saya dasi?"

"Gak sengaja liat. Katanya produk baru dan aku pikir cocok buat Mas kerja," kata Alisya, mengambil kotak berisi dasi yang sudah ia siapkan. Ia membukanya dan menunjukkannya pada Fabian. "Semoga Mas suka."

Fabian tersenyum, mengambil dasi itu dari tangan Alisya. "Selera kamu bagus. Saya memang suka dasi yang gak terlalu banyak motif. Warnanya juga saya suka."

"Kalau gitu besok dipake ya," kata Alisya, dengan sengaja mendekatkan wajahnya pada Fabian sambil tersenyum manis.

"Iya, besok saya pake. Makasih ya. Saya bersih-bersih dulu," balas Fabian.

Alisya mengembungkan pipinya kecewa karena Fabian nampak biasa-biasa saja. Maksudnya Fabian tak terlalu memberikan reaksi saat melihatnya tadi. Padahal ia terus berlatih di depan cermin cara tersenyum untuk membuat lawan bicara berdebar-debar. Padahal ia juga rela berdandan agar tampak lebih cantik malam ini.

Tak menyerah, keesokan harinya Alisya juga sudah tampil secantik mungkin di pagi hari saat membuat sarapan. Saat Fabian turun, ia sudah selesai membuatkan kopi dan roti bakar kesukaan Fabian di meja makan. "Pagi, Mas," sapanya dengan penuh senyum.

"Kamu kok udah rapi? Mau ke mana?" tanya Fabian.

"Hari ini mau beli alat tulis buat kuliah, Mas. Sama mau nyari laptop baru. Aku perginya sama temenku." Alisya sudah mempersiapkan jawaban ini setelah semalam ia berhasil membujuk salah satu teman dekatnya untuk pergi keluar hari ini.

"Oh ya, kamu bentar lagi kuliah. Mau lihat-lihat mobil, gak?"

"Kan aku belum punya SIM," kata Alisya. Kalau membawa mobil sendiri, ia tak bisa pergi bersama Fabian.

"Ya udah, kita urus SIM dulu aja."

"Mas, aku belum pede bawa mobil sendiri. Aku latihan lagi aja ya, sampe bener-bener bisa," bujuk Alisya.

"Tapi saya kayaknya gak bisa bantu kamu latihan dalam waktu dekat. Saya punya kerjaan penting. Kamu mau kursus menyetir aja?"

Sebenarnya Alisya agak kecewa, tapi ia tetap memberikan senyum manis. "Itu juga boleh, Mas."

"Oke, nanti sekretaris saya yang akan urus."

"Makan dulu, Mas."

Fabian tersenyum dan duduk di meja makan. Alisya senang-senang saja saat Fabian bisa menikmati makanan buatannya. Ia sendiri memutuskan untuk membuat salad buah. Alisya ingin menjaga bentuk tubuhnya dengan makanan sehat dan berolahraga. Ia bahkan memiliki rencana untuk mendaftar di kelas gym atau pilates. Ia akan memilih mana yang lebih baik nanti.

"Kapan kamu masuk kuliah?" tanya Fabian, memperhatikan Alisya yang sedang memeras lemon di atas irisan buah.

"Semingguan lagi udah upacara penerimaan mahasiswa baru," jawab Alisya, melirik sekilas pada Fabian.

"Saya kayaknya lusa harus pergi ke China sampe minggu depan. Kamu bisa sendiri, kan?"

Menyembunyikan kekecewaannya, Alisya tetap berusaha tersenyum. "Bisa kok, Mas."

"Naik taksi aja. Sebenarnya kalo kamu udah mau bawa mobil, saya bisa beliin besok," gumam Fabian. "Mama juga mau beliin kamu. Katanya buat hadiah masuk universitas. Atau kamu bisa telpon Mama buat pinjem sopir."

"Iya, Mas. Gampang. Nanti kalo kepepet paling telpon Mama aja."

"Oh ya, keluarga kamu udah tau kan, kamu masuk kuliah?"

Alisya terdiam sejenak. Ia bahkan sampai lupa ia punya keluarga. Tapi Alisya kembali tersenyum palsu. "Udah kok, Mas."

Fabian manggut-manggut dan kembali menikmati sarapannya.

Sementara Alisya malah agak sedih jika mengingat keluarganya lagi. Bahkan ayahnya juga tak menanyakan kabarnya apa ia baik-baik saja setelah menikah atau apapun itu sebagai bentuk perhatian. Ia juga teringat ucapan Tasya waktu itu, mengenai anak kandung. Jangan salahkan Alisya jika ia mulai overthinking dengan statusnya dalam keluarga. Ia jadi merasa bahwa ucapan Tasya bisa jadi benar.

Tapi untungnya Alisya cukup bebas sekarang. Dan ia punya uang untuk belanja. Tak seperti dulu, di mana uang sakunya cukup terbatas hingga ia harus menabung agar bisa membeli sesuatu. Berbeda dengan Tasya yang entah bagaimana selalu memiliki uang dan bisa hidup berfoya-foya. Bisa dibilang, sekarang Alisya membalas ketidakmampuannya membeli sesuatu dengan membeli apapun yang ia mau.

"Wanita dewasa itu kayak gimana, sih?" tanya Alisya pada sahabat terdekatnya yang sudah mengetahui tentang kondisinya saat itu.

"Lo serius mau ngedeketin om-om itu?" tanya Feby, gadis berkacamata yang sudah menjadi sohibnya sejak kelas satu SMA.

"Dia bukan om-om. Gue manggilnya 'Mas'," bantah Alisya, tak terima dengan panggilan Feby terhadap Fabian.

"Kan lo sendiri yang ngomong kalo awal-awal lo panggil dia om," kekeh Feby.

"Penampilannya gak setua itu. Gue cuma kepikiran kayak gitu gara-gara dikasih tau umurnya beda sepuluh tahun sama gue," bela Alisya. "Pokoknya dia gak keliatan tua aslinya."

Feby tertawa lagi sambil geleng-geleng kepala. "Iya deh yang lagi jatuh cinta."

"Gue serius tau," sungut Alisya, sebal. "Ayo dong, kasih tips gimana cara jadi wanita dewasa."

"Hm, kenapa gak lo tanya lagi sih dewasanya itu yang kayak gimana menurut dia? Sikapnya, gayanya atau apanya yang dewasa?" sungut Feby. Ia sendiri seumuran dengan Alisya, mana paham dewasa yang dimaksud itu seperti apa.

"Gue tuh udah bikinin sarapan, beresin kamar dia, trus cuciin bajunya. Pokoknya gue udah nunjukin kalo gue bisa bertanggung jawab. Kemarin gue udah cari di g****e cara menjadi wanita dewasa. Salah satunya bertanggung jawab," jelas Alisya dengan bangga.

Feby mengerjap heran. "Lo cari di g****e?"

"Iya, kan banyak di situ. Hari ini gue mau beli baju yang gayanya kayak wanita dewasa di gambar-gambar g****e," ujar Alisya.

Feby hanya geleng-geleng kepala melihat kelakukan sahabatnya yang memutuskan segalanya melalui g****e. Tapi akhirnya ia menikmati rencana belanja mereka hari ini. Lagipula dulu Alisya termasuk anak yang sering berhemat. Berkat pernikahannya dengan pria mas-mas itu, akhirnya Alisya bisa menikmati sesi belanja dengan benar. Saat hendak pergi ke salah satu kafe, tak sengaja Alisya bertabrakan dengan seseorang. Ia mendongak, agak terkejut karena mendapati seseorang yang familiar.

"Arka..."

"Ternyata beneran kamu," desis Arka, mantan pacar Alisya, dengan raut tak terbaca.

Mereka bertatapan untuk beberapa saat, tapi kemudian Arka membuang muka dan pergi begitu saja meninggalkan Alisya.

"Eh, gue lupa kasih tau," sela Feby, yang turut menyaksikan pertemuan dua mantan kekasih itu. "Pas lo berangkat ke Korea, Arka mati-matian nyari kabar dan keberadaan lo."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 39 Sugar baby

    "Apa?! I-istri?!" pekik Kak Clara dengan ekspresi syok, tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.Yang masuk tadi adalah Clara, sang sekretaris lucu yang naksir Fabian. Tentu saja wanita itu syok melihat bosnya sedang berciuman mesra dengan Alisya. Alisya jadi benar-benar merasa tak enak hati melihat ekspresi melodramatis di wajah Clara. Clara juga menatapnya seolah ia adalah pengkhianat."Dek Alisya, kamu tega!" ucapnya dengan nada dramatis, lalu berbalik dan melangkah pergi keluar ruangan Fabian."Kak Clara!" pekik Alisya, berusaha mencegah kepergian Clara. Langkah Clara terhenti, berbalik. "Padahal Kakak udah percaya banget sama kamu. Tapi kamu gak ngasih tau apa-apa.""Aku bisa jelasin...""Cukup! Sudah terlambat, Dek Alisya.""Kak Clara, maaf ya," cicit Alisya, merasa bersalah. Ia menghampiri sekretaris itu dengan hati-hati. "Harusnya aku jujur dari awal.""Padahal Kak Clara tulus bantuin kamu," ucapnya dengan ekspresi murung. "Kan Kak Clara malu jadinya ngaku-ngaku di depan

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 38 I D C

    Sepanjang perjalanan pulang, Fabian hanya membisu. Alisya ikut terdiam sambil sesekali melirik suaminya yang nampak begitu terganggu dengan ucapan Via tadi. Memangnya apa yang diperbuat oleh Fabian terhadap gadis bernama Risa itu. Lalu Alisya menggeleng. Ia tak mau memikirkannya. Rasanya semakin kesal saja. Di apartemen, Alisya meletakkan belanjaannya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat keluar, ia kaget karena Fabian tak kunjung masuk ke dalam kamarnya yang kini sudah bertransformasi menjadi kamar mereka. Alisya mencari Fabian ke ruangan lain dan mendapati Fabian sedang merenung di ruang kerjanya."Mas?"Fabian tersentak. "Kamu gak tidur? Katanya capek." "Mas ngapain di sini?" tanya Alisya, duduk di meja Fabian.Fabian menghela nafas. "Saya ada kerjaan, jadi...""Mas," potong Alisya, mendesah kecil dan mendekati Fabian. Ia menyentuh wajah pria itu dengan kedua tangannya. "Aku gak suka sama si Via-Via itu."Fabian menahan tangan Alisya. "Mungkin saya harus jujur sam

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 37 Siapa sih Risa?!

    Ketika Fabian kembali, suasana terasa agak sunyi. Fabian melirik heran pada raut tegang teman-temannya, lalu menoleh pada Alisya. Gadis itu malah menatapnya dan tersenyum manis."Telponnya udah, Mas? Aku pengen pesen makanan tapi nungguin Mas dulu," ucap Alisya dengan nada santai. Fabian mengangguk dan segera memanggil pelayan. Karena yang lain sudah memesan makanan, jadi mereka hanya memesan untuk mereka saja. Alisya memesan beberapa varian dumpling dan bebek panggang, juga penutup berupa egg tart dan green tea sorbet. Cukup banyak untuk dirinya sendiri. Sementara yang lain mulai nampak rileks karena Alisya sepertinya tak menggubris perkataan Via tadi.Benarkah seperti itu?"Kayaknya aku mesen kebanyakan ya, Mas," ucap Alisya, saat pelayan mengantarkan pesanan mereka. "Kalo gak abis, nanti Mas yang abisin ya?""Ya udah, makan aja dulu," angguk Fabian. Alisya menikmati makanannya dengan santai, tapi ia hanya mencicipi sedikit-sedikit saja setiap menu. Ia melirik ke arah yang lain ya

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 36 Kencan, tapi...

    Demi rencana ini Alisya sampai nekat membeli pakaian baru di butik dekat kampus. Di jam yang sudah ditentukan, ia menunggu di lobi apartemen sambil memperhatikan setiap mobil yang masuk dan keluar. Begitu mobil yang ia kenali berhenti di depannya, Alisya buru-buru masuk. Entah kenapa ia merasa Fabian nampak sangat tampan walaupun baru pulang kerja."Seat belt-nya," ucap Fabian, memajukan tubuh untuk memasangkan sabuk pengaman Alisya. Namun ia tak segera menjauh, melainkan mencuri kecupan di bibir gadis itu. Alisya cukup tersipu terhadap kecupan ringan itu. "Tapi aku masih heran deh, Mas. Kok tiba-tiba jadi mesra banget sama aku? Perasaan kemaren sampe pura-pura punya pacar dan nyuruh aku cari cowok lain yang seumuran."Fabian menatap Alisya sejenak, mendesah kecil dan mulai menjalankan mobilnya. "Kamu mau jawaban yang jujur?""Yang jujur, dong.""Eum jujur aja sih, kamu emang cantik. Banget. Kamu memang sangat menarik dari segi penampilan. Dengan kamu terus-terusan godain saya, rasan

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 35 Momongan?

    Hari ini, pagi terasa begitu berbeda dibandingkan dengan sebelumnya. Alisya sedang menggoreng telur dan Fabian berdiri di belakangnya, memeluknya. Kuliah Alisya dimulai agak siang, sementara Fabian sepertinya memutuskan untuk datang lebih siang ke kantor. Mereka benar-benar seperti pengantin baru yang lengket satu sama lain. "Udah ah, Mas. Kemaren aja gak mau sama anak kecil," omel Alisya."Kan saya udah minta maaf.""Gak mau duduk?" Fabian malah membenamkan wajahnya ke leher Alisya. Alisya mendesah, mematikan kompor dan meletakkan telur di piring. Ia menepuk-nepuk tangan Fabian yang berada di atas perutnya. "Mas, aku baru kepikiran.""Kepikiran apa?""Gimana kalo aku hamil?"Fabian terdiam sejenak. "Kamu gak mau hamil?""Kan aku, masih kuliah. Kayaknya aku belom siap deh," ucap Alisya seraya melepaskan tangan Fabian dan membalikkan badan. Fabian tersenyum kecil dan mengangguk. "Kalo gitu kita ke dokter ya. Tapi kemaren kita gak pake pengaman."Alisya setengah cemberut melihat per

  • Mengejar Cinta Mas Bian    Bab 34 Lembar baru

    Alisya mendesah saat Fabian mengecup bahunya dari belakang. Sepertinya pria itu sudah bangun. Tangan Fabian yang bertengger di perutnya mulai naik turun, mengelusi kulit mulus Alisya. Nafas hangat sang pria kembali menginvasi leher belakang Alisya, membuat gadis itu menggelinjang kegelian."Mas...""Badan kamu wangi banget, saya suka," bisik Fabian, kembali berusaha menggoda gadis itu. Alisya membalikkan badannya, menghadap ke arah Fabian yang langsung menempelkan kening mereka. Untuk pertama kalinya ia benar-benar menjadi seorang istri. Alisya menyentuh rahang pria itu, merasakan jambangnya yang kasar namun ada sensasi menyenangkan saat mengelusnya. "Kamu suka?" tanya Fabian, mengelus tangan Alisya yang nangkring di wajahnya."Dulu aku gak suka cowok yang ada bulu di muka. Tapi kayaknya aku berubah pikiran setiap liat Mas," kekeh Alisya. "Kenapa gak suka?""Eum, di sekitarku penuh sama cowok-cowok ganteng yang mukanya putih mulus," cengir Alisya."Saya jelek ya?""Nggak!" bantah A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status