“Sea, ayo” Ajak Prince yang kini sudah berdiri di sebrang. Rosea melongo kehilangan kata-kata karena terpukau dengan semua pemandangan yang di lihatnya mala mini. Dress yang di kenakan Rosea berkibar tersapu angin, kaki Rosea menggigil kedinginan. Rosea melihat tangan Leonardo yang terulur hendak memberikannya bantuannya untuk menyebrang. Rosea menelan salivanya dengan kesulitan, wanita itu masih sangat sungkan dengan kebaikan dan kedekatan dirinya bersama Leonardo dan Prince yang baru da kenal. “Memangnya aku boleh makan bersama kalian?” bisik Rosea takut. Sorot mata Leonardo yang kebiruan itu menggelap, pria itu terlihat tidak begitu senang mendengar pertanyaan Rosea. Leonardo membungkuk, mendekatkan wajahnya dan mendekatkan bibirnya tepat di telinga Rosea. Sesaat Leonardo menarik napasnya dalam-dalam mencium white musk di rambut Rosea yang kini mulai familiar di indra penciumannya. Aroma lembut itu kin bercampur dengan aroma laut yang berhasil memunculkan sebuah pikiran nakal
Masih dengan kebingung yang sama, Prince mengangguk mengiyakan permintaan Leonardo. Rosea tertunduk menyembunyikan senyuman gelinya membayangkan seberapa protektifnya Leonardo menangani Prince jika nanti puteranya mulai tumbuh dewasa. “Ayah, apa aku boleh mengajak Sea ke kamarku? Ada yang ingin aku tunjukan kepadanya,” tanya Prince setelah selesai menyelesaikan makannya. “Tanyakan kepada Sea, apa dia bersedia atau tidak.” “Apakah Sea mau melihat kamarku?” tanya Prince penuh harap. Rosea mengangguk setuju. “Ayo Sea,” ajak Prince melompat turun dari tempat duduknya, anak itu mengulurkan tangannya dan dengan cepat cepat Rosea menerimanya. mereka berdua segera pergi turun dari kapal, memasuki rumah. Leonardo masih tetap duduk di tempatnya memperhatikan bagaimana Prince membawa Rosea masuk ke dalam rumahnya. Pria itu sedikit tersenyum, dia merasa senang karena setelah sekian lama tidak melihat Prince seceria itu dengan tamu yang datang ke rumahnya. Senyuman Leonardo memudar dan
“Ehem, Sea” Prince berdeham malu dan tertunduk gugup “Aku, apakah aku boleh peluk Sea?” tanya Prince terbata. Rosea tertegun untuk sesaat, suara lembut Prince yang meminta sebuah pelukan berhasil menyentuh hati terdalamnya. Naluri Rosea sebagai seorang wanita yang sudah dewasa berhasil di rebut oleh Prince. “Boleh” Rosea segera membuka tangannya, menerima Prince yang bergeser semakin mendekat dan memeluknya. Sudut bibir Rosea terangkat membentuk senyuman, merasakan pelukan erat Prince di pinggangnya yang terasa memiliki makna yang berbeda. Perhatian Rosea teralihkan pada tumpukan rubik yang berada di dalam salah satu kotak lemari mainan. Perlahan Rosea melepaskan pelukannya dan berkata, “Kamu suka rubik?” tanya Rosea. Prince megangguk. “Ayah memberikannya untukku setelah pulang dari Hongaria, tapi aku tidak bisa memainkannya karena sulit. Jadi, aku memberikan satu persatu rubik yang aku punya pada teman di sekolah ketika mereka mau membantu mengerjakan tugas sekolahku,” cerita P
Ketika Leonardo datang kamar Prince, rupanya Prince sudah tidur. Prince meringkuk ketiduran dengan buku dongeng pemberian Rosea di tangannya. Dalam langkah hati-hati Leonardo bergerak menyiris ke setiap penjuru kamar. Leonardo tengah memastikan kondisi alat-alat penyadap suara dan cctv yang tersembunyi di kamar Prince itu masih aman tanpa tanpa tergeser sedikitpun. Leonardo sengaja memasang alat rahasia itu untuk memeriksa kondisi Prince setiap kali dia dinas ke luar negeri sendirian. Leonardo juga harus tahu apa yang terjadi kepada puteranya jika ada orang lain yang masuk ke dalam. Perlahan dan hati-hati Leonardo mendekati ranjang Prince. Leonardo membungkuk, mengambil buku Prince dan menyimpannya di atas meja. Leonardo menarik selimut untuk menutupi tubuh Prince. Tanpa sengaja tangan Leonardo menyentuh handpone yang tergeletak di antara lipatan selimut. Leonardo mengambilnya, pria itu langsung menyadari bahwa itu adalah handpone Rosea. Leonardo terdiam, teringat jika malam i
Rosea segera menutup pintu, wanita itu menatap tajam Frans yang tengah duduk di kursi tengah bersantai sambil memakain beberapa cemilan. “Pacar baru?” Frans menanyakan Leonardo. “Tadi, kamu tidak sopan Frans.” Tegur Rosea. “Iya.. maaf maaf.” Frans, dia adalah adik kandung Karina. Frans masih sangat muda dan masih menjalani pendidikannya di Singapore, Frans tumbuh di luar negeri dan hanya datang ke Indonesia dalam waktu dua bulan sekali. Frans dan Rosea memiliki hubungan yang sangat dekat, mereka sudah seperti adik kakak, teradang Rosea juga menjadi tempat pelarian Frans setiap kali dia memiliki masalah. “Kunci mobilnya di atas meja, pulang langsung sana,” usir Rosea begitu saja. “Kok begitu? Aku kan baru datang dan mau nginap di sini.” Cemberut Frans tidak mempedulikan tatapan tajam Rosea. Frans tidak pernah takut dengan kemarahan Rosea. Segalak-galaknya Rosea, dia hanya akan mengomel lalu diam. Sementara Karina kakaknya, Karina akan mengeluarkan smackdown dan menjambak rambut
Di keramaian Pesta, banyak orang yang berkumpul, banyak wajah baru yang Rosea lihat, dan ada beberapa orang yang dia kenal. Kini, Rosea tengah berbicara dengan seorang pria, mereka berdiri di sisi sebuah meja bar, keduanya terlihat dekat satu sama lainnya. Pria itu tidak berhenti menatap Rosea yang sudah lama tidak di lihatnya, dia tersenyum beberapa kali memperhatikan setiap Rosea berbicara. “Sudah berapa lama kita bertemu? Aku kaget banget kamu pindah ke sini,” ucap Aarav. Rosea memutar-mutar gelas kecil di atas meja, “Mungkin setengah tangun yang lalu.” Aarav tersenyum menatap lekat, “Aku pikir kita enggak bakal ketemu lagi.” “Bukankah aku yang harusnya berpikir begitu? Aku dengar kamu pindah ke Surabaya” balas Rosea dengan tenang. Aarav mengedarkan pandangannya, terdengar suara napasnya yang berat keluar dari mulutnya begitu dia kembali melihat Rosea di sampingnaya yang bersikap begitu biasa saja, sementara Aarav masih menyimpan banyak rasa untuk wanita itu di dalam hatinya
“Flora, apa kamu sudah tidak mau bersamaku? Aku tidak keberatan melepaskanmu malam ini juga.” Flora terbelalak kaget dengan jawaban Leonardo. Dengan begitu mudahnya Leonardo membicarakan sebuah perpisahan di antara mereka layaknya sebuah bisnis. Ada rasa sakit yang di rasakan hati Flora, ternyata selama dua bulan mereka menjalin hubungan, Leonardo selalu memanjakannya dengan uang-uangnya. Flora pikir kebaikan Leonardo adalah sebuah bentuk sinyal jika pria itu memiliki perasaan lebih kepada Flora. Tetapi ternayata, apa yang di pikirkan oleh Flora salah. Flora sudah salah menilai, Leonardo benar-benar masih tidak goyah dengan prisnispnya, pria itu tidak memiliki perasaan apapun kepadanya meski mereka sudah sering melewatkan malam yang panas di ranjang. Sungguh menyedihkan untuk Flora, dia sudah terlena dalam kebaikan dan pesona Leonardo hingga melupakan kebenaran yang sesungguhnya seperti apa. Flora membuang napasnya dengan berat, wanita itu menggeleng menolak hubungan mereka bera
Dengan panik Atlanta mematikan air dan menarik Rosea untuk segera bangkit, Rosea tidak banyak minum, namun efek mabuknya benar-benar sangat kacau dan merepotkan Atlanta. Jika tingkat keparahan mabuk Rosea seperti ini, Atlanta tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Rosea yang mabuk berat akan bersikap tidak terkendali, jika Atlanta meninggalkannya begitu saja, kemungkinan akan terjadi sesuatu pada tetangganya itu. *** Tubuh Rosea terhempas jatuh ke kursi, wanita itu tertawa dalam racauan melihat samar Atlanta yang kini berdiri bertolak pinggang di hadapannya. Atlanta segera pergi ke lemari dan melihat-lihat pakaian yang tersedia di sana. Tidak ada satupun pakaian yang aman bisa Rosea kenakan. Tiba-tiba Atlanta teringat pakaian Rosea yang tertinggal, sekilas Atlanta melirik Rosea yang kini merangkak berusaha turun dari kursi, bagusnya Rosea tidak kunjung turun karena takut melihat lantai. Mungkin tidak akan apa-apa jika Rosea di tinggal beberapa menit, Atlanta juga harus memast