Share

Friendship Jolly & Brandon

“Hufftt ....” Usai bell istirahat berbunyi Jolly menyilangkan kedua tangannya di atas meja sebagai tumpuan kepala yang ia tenggelamkan di sana.

“Lyy, sebenarnya apa sih yang lo liat dari Shega si cowo arogan, kasar, urakan, berandalan.” Heboh Qyara teman dekat Jolly.

“Bahkan gua ga liat sisi positif di diri si Shega, lo bisa jatuh cinta sama dia dari sisi sebelah mananya si?” ujar Qyara dengan sumpah serapahnya.

Qyara sudah biasa seperti ini, setiap hari selalu membahas antara Jolly dan Shega tiada henti. Dia tidak habis pikir saja, ada ya wanita yang begitu tergila-gila pada pria semacam itu. Sangat freak baginya.

“Menurut gue lo berenti aja deh buat dapetin Shega si berandalan itu, lo itu cantik Lyy, masih banyak yang mau sama lo. Brandon misalnya, udah ganteng, baik, perhatian, pinter lagi. Apa lagi yang harus di raguin coba?” ucapnya panjang lebar, namun yang diajak bicara tidak menggubris sama sekali.

“EMANG YA CINTA ITU BUTA DAN TULI!” Qyara mulai naik pitam, suaranya naik oktaf.

“Gua ngomong dari tadi aja gak lo respon! Gedek amat njirr. Lyy? Lyly?” Qyara menggoyangkan tubuh Jolly, dengan berusaha, ia memiringkan kepala si empu yang di tenggelamkan di atas tangan yang menyilang itu.

“Emphh ....”

Qyara bergeming kala melihat Jolly sedang tertidur pulas.

“Eh anjir, lo tidur dari tadi?” Pertanyaan konyol pada Jolly yang sedang tertidur.

“Gua kira lo lagi sedih gara-gara perlakuan Shega tadi pagi. Emang ya hati lo tuh udah mati rasa kayaknya,” katanya. wajahnya nampak semakin gusar.

“Bodo amat ah, gua laper pengen makan. Lo gua tinggal bye ...,” ketusnya, meninggalkan Jolly tertidur sendirian di dalam kelas.

 Ia sudah sangat geram sekali dengannya, terpaksa ia meninggalkannya sendirian di dalam kelas, lebih baik ia pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah keruykuan dari tadi.

***

Pulang sekolah

Bukan SMA Adiwilangga namanya jika ada satu kejadian langka atau bahkan konyol pun tidak tersebar. Seantero warga Adiwilangga pasti akan mengetahui itu. Entah siapa yang menyebar beritanya, tapi sudah pasti dari mulut siswa Adiwilangga sendiri. Namun memang siswa Adiwilangga ini memiliki julukan “word of mouth” jadi tidak heran lagi.

Itu yang menjadi penyebab Jolly famous di sekolah. Tidak hanya karena kecantikan yang menjadi penyebab ke famousan-nya, tapi sering kali karena berita Jolly dengan Shega yang selalu menjadi bahan perbincangan siswa Adiwilangga.

Kini Jolly masih terduduk di dalam kelasnya. Padahal bell sekolah sudah berbunyi dari tiga menit yang lalu. Namun ia memutusan untuk tetap di dalam kelas, sebelum seluruh siswa Adiwilangga pulang. Karena ia tahu apa yang akan terjadi, mereka pasti akan mencerca Jolly dengan tatapan mata mereka yang rasanya ingin Jolly cukil saat itu juga arghhh.

Huhh .... Brandon menghela napas sesaat, lalu ia menangkap sosok Jolly yang sedang terduduk di dalam kelas sendirian. Jolly bergeming dengan tatapan matanya yang kosong. Sendu rasanya melihat teman dekatnya yang terus saja seperti ini dan ia sangat rindu melihat lengkungan bibirnya yang tulus, namun semenjak Jolly menyukai Shega dia banyak berubah, terutama kedekatan antara keduanya.

Brandon berjalan ke arahnya.

Derap langkah membuat Jolly mengalihkan pandangannya pada sumber suara. Terlihat Brandon berdiri dengan senyum manisnya. Jolly membalas senyuman itu, tapi sangat pilu. Berusaha ia menormalkan sikapnya seperti biasa, namun ia rasa percuma pasti Brandon sudah sangat mengerti bagaimana keadaannnya. Dan sangat pasti, Brandon tahu kejadian tadi pagi.

“Lo ngapain di sini Lyy, mau nginep di sekolah? Lo diusir sama Bunda Ratu?” tanya Brandon mencairkan suasana.

“Gila lo! Nyokap gue gak sekejam itu ya,” bantahnya.

“Kali aje yekan nyokap lo udah gak tahan nanggung beban. Lo kan beban keluarga banget ahahaha.” Brandon tertawa puas.

“Berisik lo! Gua sunat ampe abis tau rasa,” ancamnya pada Brandon.

Brandon bergidik ngeri dengan ancaman Jolly. Ia berusaha melindungi aset berharga miliknya.

“Anjir lo! Ntar gimana nasib istri gue kasian Lyy.” seru Brandon, matanya sudah membulat sempurna.

“Bodo amat, biarin aje lo jadi perjaka tua,” ucap nya penuh penekanan.

“Iya deh gue ngalah. Tapi, emang lo berani sunat gue?” Kini Brandon yang menggoda Jolly. Seraya menaik turunkan alisnya.

“Eh? Ya ... emm ...,” ucap nya terbata-bata, Jolly nampak gugup.

“Eh lo mau ngapain?” teriak Jolly kala melihat Brandon akan membuka resleting celananya.

“Lo mau sunat gue kan? Nih sunat aja.” Matanya mengarah pada aset berharganya.

“GILA LO! GUE BUNUH AJA SEKALIAN KALO GITU.” Suara Jolly naik oktaf.

“Caila, giliran gue mau lu nya gitu. Payah!”

“Yaaa ... gue kan Cuma bercanda,” ucap nya sambil menyembulkan bibir gemasnya.

“Damn! lu kalo gini lucu banget jirrrr, batin Brandon. seraya menelan salivanya susah payah.

“Gak usah manyun! Bibir lu kaya pantat ayam kalo gitu” ledeknya, sementara Jolly tidak menggubris sama sekali.

“Yaudah deh gak usah ngambek gitu. Gue juga bercanda kok ututututu ...,” ucap nya seperti merayu anak balita umur lima tahun.

“Ayo deh pulang, apa lu mau pulang bareng Pak Doyok aja? Bareng gua aja yuk,” ajaknya.

“Mmm ... bareng lo deh, Pak Doyok tadi telepon gue gak bisa jemput katanya,” jawab Jolly akhirnya membuka suara.

“Oh udah gak ngambek lagi nih?” goda Brandon lagi.

“Ihhh ... Brandon ngeselin deh.” Jolly mengejar Brandon yang sudah lari di depannya.

Memang sedekat itu petemanan mereka, sudah seperti saudara sendiri. Sering bertukar cerita, mencari jalan keluar bersama jika ada masalah. Bahkan orang tua Jolly sudah mengenal Brandon sangat dekat, namun semenjak Jollyy menyukai Shega kedekatan mereka berkurang, terkadang bertemu saja karena ketidak sengajaan seperti sekarang. Atau bahkan karena Qyara mengajak jalan keluar.

Mereka bertiga memang lumayan dekat sedari seringnya pelatihan siswa yang mengikuti olimpiade kala itu. Dari situlah pertemanan mereka di mulai.

“Sini lo by one sama gua,” ucap Jolly sembari meninju-ninju Brandon.

“Arghhh ... i-iya iya Lyy gua ngalah aja dah.” Ampun Brandon pada Jolly.

“Tenaga lo kuat juga ya, melebihi preman Pasar Senen,” ejeknya.

“Jangan ngeraguin skill adu gabrut gue ya! Lo lupa gua anak taekwondo?” ucapnya penuh penekanan. seraya membenarkan kerah seragamnya.

“Iye-iye si paling,” jawab Brandon meringis, tangannya memegangi bagian tubuh yang Jolly pukul.

Sebenarnya bisa saja ia melawan, namun mengingat Jolly adalah seorang wanita yang harusnya ia lindungi. Ia mengurungkan niat jahat seperti itu, walaupun skill perihal hajar-menghajar ia lebih bagus, ditambah lagi dengan tubuhnya yang atletis. Sudah pasti jika Brandon melawan dipastikan dia yang menang.

“Nih dipake helmnya,” titah Brandon kala mereka berdua sudah sampai di tempat parkir.

Namun yang diajak bicara sedang sibuk sendiri dengan isi tasnya. Akhirnya Brandon memutuskan untuk memakaikan saja helm pada Jolly.

“Dah,” ucap nya kala helmnya sudah terpasang sempurna.

“Ayo naik, ini udah sore ntar nyokap lo marah,” titahnya yang dituruti oleh Jolly.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status