“Lo ngapain?” Shega memutar badan ketika merasa ada yang mengikuti dari belakang. Shega mendapati Brandon di sana.“Gue mau kejar Lyly.” Sontak Brandon melanjutkan perjalanannya. Ia lari mengejar Jolly.“Lo gak usah kejar Lyly. gue pacarnya lebih berhak.” Shega berteriak, hal ini membuat Brandon menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik menghadap Shega.Ia menatap Shega amat dalam, nampaknya pria itu berbicara serius. Tidak terlukis kebohongan pada wajahnya.“Gue resmi pacaran sama Jolly dari kemarin malam. jadi mulai sekarang, lo gak usah deket-deket sama dia lagi.” Shega berucap dengan nada yang dingin. Kemudian ia melaluli Brandon begitu saja.Kalimat itu berhasil mematahkan hati Brandon. Perasaan sakit, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu. Ini adalah hal yang paling ia takutkan. Melihat perempuan yang di cinta bersama orang lain. Setelah ini tidak ada alasan lagi untuk berjuang mendapatkan cintanya.Air mata menggenang di matanya. Kini ia tak bisa menahannya. Rasa sakit kian su
“Gue masih gak nyangka Dara kayak gitu,” Ucap Qyara, seraya mengambil satu bisquit yang di sediakan di rumah Artha. Setelah pulang sekolah mereka tidak langsung pergi. Artha mengajak temannya untuk berkumpul di rumahnya.“Sama, padahal di liat-liat dia kaya dari orang berada.” Sambung Birru.“Justru itu. dia keliatan kaya orang berada karena dari pekerjaannya jadi pelacur. Itu bikin dia kaya.” Timpal Artha.“Iya juga yah. Kok lo pinter banget Tha?” Kata Birru.“Yeuu ... emang gue mah pinter kali.” Sahut Artha.“Btw lo tau gak sih. Barusan Dara chat gue.” gubris Jolly. Hal ini membuat temannya penasaran.“Hah. Serius? Chat apaan dia.” Tanya Qyara. Ia telah memasang wajah serius.“Dia minta maaf. Terus dia jujur sama gue, kalau dia emang gak suka sama gue sejak kecil. Makannya sekarang dia selalu ganggu kehidupan gue.” Lanjut Jolly bercerita.“Kok dari kecil, emang lo berdua udah kenal?” Birru merasa aneh. Pria itu mengerutkan dahinya.“Nah ini makannya. Ternyata dia anak ART di rumah g
Artha membeku di tempat, ia tak berkutik sama sekali. Hatinya teramat hancur melihat kekasihnya sendiri berciuman dengan pria lain. Ia melihatnya secara langsung seperti ini, oleh mata kepalanya sendiri, ini sangat sakit.“L-lo b-berdua ng-ngapain?” Artha berucap gelagapan. Ia tak bisa menahan dirinya. Rasa marah, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu.Sontak Shega dan Jolly menghentikan kegiatannya. Dengan susah payah wanita itu mengancingkan kembali pakaiannya. Terlukis rasa panik di wajahnya.“Lancang banget lo main masuk kamar orang tanpa permisi!!” Shega nampak marah. Pria itu hendak mendekat pada Artha, namun tangkas Jolly menahannya.“LO YANG LANCANG BERBUAT JIJIK KAYAK GITU SAMA CEWE GUE!!!” Artha berteriak, rahangnya kini sudah mengeras, jarinya menunjuk ke arah Shega.“ARTHA!” Jolly semakin panik. Ia nampak bingung harus berbuat apa.“APA? GUE UDAH MUAK SAMA MISI LO! GUE UDAH GAK MAU LAGI NYEMBUNYIIN HUBUNGAN KITA BERDUA.” Pria itu sangat emosi. Kedua tangannya pun sudah men
Pagi itu Jollly bersiap-siap pergi sekolah, ia melakukan berbagai ritual paginya. Mandi, menyiapkan buku, sarapan bersama keluarga, sudah menjadi rutinitas setiap hari. Pada umumnya kebanyakan orang touch up terlebih dahulu, tapi tidak untuk Jolly dia rasa jika sarapan dilakukan di akhir polesan make up dan kerapihan bajunya menjadi berkurang.Push ... push ... push ... seperti biasa parfume adalah penutup dari segala ritual per make up-an.“Semangat! hari ini gue siap berjuang lagi buat dapetin Segha, huh ....” Jolly menancapkan tangannya di depan cermin, sebagai simbol siap mendapatkan Shega Aedelmaer laki-laki belasteran Eropa berparas rupawan ini yang mampu memorak-morandakan hati Jolly, walaupun ia harus menyentuh binatang melata mematikan sekali pun ia siap korbankan demi Shega.“JOLLY DWYNE KHESWARI ... udah jam berapa ini! Jangan kelamaan gaya, Pak Doyok udah nunggu lama di bawah.”Jolly tersentak kala mendengar suara sang ratu yang memiliki kedudukan tertinggi seantero bumi,
“Hufftt ....” Usai bell istirahat berbunyi Jolly menyilangkan kedua tangannya di atas meja sebagai tumpuan kepala yang ia tenggelamkan di sana.“Lyy, sebenarnya apa sih yang lo liat dari Shega si cowo arogan, kasar, urakan, berandalan.” Heboh Qyara teman dekat Jolly.“Bahkan gua ga liat sisi positif di diri si Shega, lo bisa jatuh cinta sama dia dari sisi sebelah mananya si?” ujar Qyara dengan sumpah serapahnya.Qyara sudah biasa seperti ini, setiap hari selalu membahas antara Jolly dan Shega tiada henti. Dia tidak habis pikir saja, ada ya wanita yang begitu tergila-gila pada pria semacam itu. Sangat freak baginya.“Menurut gue lo berenti aja deh buat dapetin Shega si berandalan itu, lo itu cantik Lyy, masih banyak yang mau sama lo. Brandon misalnya, udah ganteng, baik, perhatian, pinter lagi. Apa lagi yang harus di raguin coba?” ucapnya panjang lebar, namun yang diajak bicara tidak menggubris sama sekali.“EMANG YA CINTA ITU BUTA DAN TULI!” Qyara mulai naik pitam, suaranya naik oktaf
Langit redum begitu pekat nan gelap, gemerlap bintang pun tak terlihat. Suasana malam turut mewakilkan perasaan, sangat sepi, dan sunyi.Cintanya tak pernah kemarau, sangat sulit dijangkau.Tanpa kata tanpa nada hanya gundah. Perjuangannya tak kunjung usai, sangat sulit digapai.Bertengger di depan jendela yang terbuka, menatap lurus tanpa suara.Retina mata yang bersua, menandakan sedang tidak baik-baik saja.Tak kuasa menahan rasa, akhirnya derai air mata itu jatuh juga.Jolly sudah cukup lelah, rasanya ingin berhenti saja, namun ia tersadarkan akan janji. Satu-satunya cara agar ia tidak terlalu terlelap dalam kesedihan, Jolly selalu menuliskan isi hatinya pada satu buku yang dia sebut ‘deary’.Dibukanya buku berwarna biru itu. Kemudian ia menuliskan seuntai kalimat yang terlahir dari hati, kala bahagia atau kecewa, kala sendu ataupun rindu.Tangannya mulai menari-nari di atas kertas putih itu.Dear deary .....Shega Aedelmaer,Bisakah kita berbicara dari hati ke hatiBerbincang so
Setelah kejadian semalam Jolly merasa Shega sudah mulai menerimanya. Dekapannya yang hangat, pelukannya yang manja. Jolly sangat menyukai itu.Pagi ini Jolly juga begitu semangat, tanpa harus menerima wejangan dari Bundanya. Pukul 06:30 bahkan Jolly sudah berada di sekolahnya, tak sabar untuk melanjutkan misinya yang sedikt lagi berhasil.“Huh ... gak sia-sia juga perjuangan gue,” ucap Jolly usai turun dari mobilnya.“Pokoknya Shega haus jatuh cinta dulu sama gue,” batin Jolly sambil menancapkan tangan di pinggangnnya.Segera ia berjalan menuju kelasnya, sudah lumayan banyak siswa yang datang, tapi yang Jolly tunggu sekarang hanyalah Shega. Pagi ini Jolly sudah siap menyambut pujaan hatinya dengan sekotak sarapan di tangannya.Pagi itu Jolly sangat ramah ke semua siswa, lengkungan bibirnya ia tebarkan sangat tulus. Tidak biasanya Jolly seperti ini. Tapi sunggguh, Jolly bahagia teramat sangat.“Neng dibayar berapa lu ama sekolah jadi patung selamat datang? Hahaha ....” Gelak tawa dari
Brakk .... suara benturan pintu dihantam Qyara cukup keras.“HEY ANJIR, LO EMANG GAK PUNYA HATI YA.” Suara Quara naik oktaf. Ia menemukan Shega ada di dalam kelasnya sedang menghisap sebatang rokok menghadap ke arah jendela belakang. Dengan tangkas ia dorong badan kekar Shega hingga kepalanya terbentur pada kaca jendela.“Anjir!” rahang Shega mulai mengeras.“LO EMANG GAK PUNYA OTAK YA. BISA GAK SIH LO HARGAIN LYLY SEDIKIT AJA!” katanya semakin emosi.“Mending lo pergi dari sini sebelum gue hajar!,” ucap Shega memberi peringatan.“Oh lo beraninya sama cewe ya? CUPU TAU GA,” ucap Qyara yang membuat Shega semakin geram.“Sini lo kalo berani,” tantang Qyara.Shega mengabaikan Qyara, ia berjalan keluar kelas melaluinya. Ia lebih memilih untuk tidak meladeninya, Shega sadar ia sangat mudah terpancing emosi, bahakan terhadap wanita sekalipun. Jadi lebih baik ia mengindar saja dari pada ia harus bertarung dengan wanita yang bukan lawannya. Shega sudah sangat muak dengan sikapnya Jolly yang