Artha membeku di tempat, ia tak berkutik sama sekali. Hatinya teramat hancur melihat kekasihnya sendiri berciuman dengan pria lain. Ia melihatnya secara langsung seperti ini, oleh mata kepalanya sendiri, ini sangat sakit.“L-lo b-berdua ng-ngapain?” Artha berucap gelagapan. Ia tak bisa menahan dirinya. Rasa marah, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu.Sontak Shega dan Jolly menghentikan kegiatannya. Dengan susah payah wanita itu mengancingkan kembali pakaiannya. Terlukis rasa panik di wajahnya.“Lancang banget lo main masuk kamar orang tanpa permisi!!” Shega nampak marah. Pria itu hendak mendekat pada Artha, namun tangkas Jolly menahannya.“LO YANG LANCANG BERBUAT JIJIK KAYAK GITU SAMA CEWE GUE!!!” Artha berteriak, rahangnya kini sudah mengeras, jarinya menunjuk ke arah Shega.“ARTHA!” Jolly semakin panik. Ia nampak bingung harus berbuat apa.“APA? GUE UDAH MUAK SAMA MISI LO! GUE UDAH GAK MAU LAGI NYEMBUNYIIN HUBUNGAN KITA BERDUA.” Pria itu sangat emosi. Kedua tangannya pun sudah men
Pagi itu Jollly bersiap-siap pergi sekolah, ia melakukan berbagai ritual paginya. Mandi, menyiapkan buku, sarapan bersama keluarga, sudah menjadi rutinitas setiap hari. Pada umumnya kebanyakan orang touch up terlebih dahulu, tapi tidak untuk Jolly dia rasa jika sarapan dilakukan di akhir polesan make up dan kerapihan bajunya menjadi berkurang.Push ... push ... push ... seperti biasa parfume adalah penutup dari segala ritual per make up-an.“Semangat! hari ini gue siap berjuang lagi buat dapetin Segha, huh ....” Jolly menancapkan tangannya di depan cermin, sebagai simbol siap mendapatkan Shega Aedelmaer laki-laki belasteran Eropa berparas rupawan ini yang mampu memorak-morandakan hati Jolly, walaupun ia harus menyentuh binatang melata mematikan sekali pun ia siap korbankan demi Shega.“JOLLY DWYNE KHESWARI ... udah jam berapa ini! Jangan kelamaan gaya, Pak Doyok udah nunggu lama di bawah.”Jolly tersentak kala mendengar suara sang ratu yang memiliki kedudukan tertinggi seantero bumi,
“Hufftt ....” Usai bell istirahat berbunyi Jolly menyilangkan kedua tangannya di atas meja sebagai tumpuan kepala yang ia tenggelamkan di sana.“Lyy, sebenarnya apa sih yang lo liat dari Shega si cowo arogan, kasar, urakan, berandalan.” Heboh Qyara teman dekat Jolly.“Bahkan gua ga liat sisi positif di diri si Shega, lo bisa jatuh cinta sama dia dari sisi sebelah mananya si?” ujar Qyara dengan sumpah serapahnya.Qyara sudah biasa seperti ini, setiap hari selalu membahas antara Jolly dan Shega tiada henti. Dia tidak habis pikir saja, ada ya wanita yang begitu tergila-gila pada pria semacam itu. Sangat freak baginya.“Menurut gue lo berenti aja deh buat dapetin Shega si berandalan itu, lo itu cantik Lyy, masih banyak yang mau sama lo. Brandon misalnya, udah ganteng, baik, perhatian, pinter lagi. Apa lagi yang harus di raguin coba?” ucapnya panjang lebar, namun yang diajak bicara tidak menggubris sama sekali.“EMANG YA CINTA ITU BUTA DAN TULI!” Qyara mulai naik pitam, suaranya naik oktaf
Langit redum begitu pekat nan gelap, gemerlap bintang pun tak terlihat. Suasana malam turut mewakilkan perasaan, sangat sepi, dan sunyi.Cintanya tak pernah kemarau, sangat sulit dijangkau.Tanpa kata tanpa nada hanya gundah. Perjuangannya tak kunjung usai, sangat sulit digapai.Bertengger di depan jendela yang terbuka, menatap lurus tanpa suara.Retina mata yang bersua, menandakan sedang tidak baik-baik saja.Tak kuasa menahan rasa, akhirnya derai air mata itu jatuh juga.Jolly sudah cukup lelah, rasanya ingin berhenti saja, namun ia tersadarkan akan janji. Satu-satunya cara agar ia tidak terlalu terlelap dalam kesedihan, Jolly selalu menuliskan isi hatinya pada satu buku yang dia sebut ‘deary’.Dibukanya buku berwarna biru itu. Kemudian ia menuliskan seuntai kalimat yang terlahir dari hati, kala bahagia atau kecewa, kala sendu ataupun rindu.Tangannya mulai menari-nari di atas kertas putih itu.Dear deary .....Shega Aedelmaer,Bisakah kita berbicara dari hati ke hatiBerbincang so
Setelah kejadian semalam Jolly merasa Shega sudah mulai menerimanya. Dekapannya yang hangat, pelukannya yang manja. Jolly sangat menyukai itu.Pagi ini Jolly juga begitu semangat, tanpa harus menerima wejangan dari Bundanya. Pukul 06:30 bahkan Jolly sudah berada di sekolahnya, tak sabar untuk melanjutkan misinya yang sedikt lagi berhasil.“Huh ... gak sia-sia juga perjuangan gue,” ucap Jolly usai turun dari mobilnya.“Pokoknya Shega haus jatuh cinta dulu sama gue,” batin Jolly sambil menancapkan tangan di pinggangnnya.Segera ia berjalan menuju kelasnya, sudah lumayan banyak siswa yang datang, tapi yang Jolly tunggu sekarang hanyalah Shega. Pagi ini Jolly sudah siap menyambut pujaan hatinya dengan sekotak sarapan di tangannya.Pagi itu Jolly sangat ramah ke semua siswa, lengkungan bibirnya ia tebarkan sangat tulus. Tidak biasanya Jolly seperti ini. Tapi sunggguh, Jolly bahagia teramat sangat.“Neng dibayar berapa lu ama sekolah jadi patung selamat datang? Hahaha ....” Gelak tawa dari
Brakk .... suara benturan pintu dihantam Qyara cukup keras.“HEY ANJIR, LO EMANG GAK PUNYA HATI YA.” Suara Quara naik oktaf. Ia menemukan Shega ada di dalam kelasnya sedang menghisap sebatang rokok menghadap ke arah jendela belakang. Dengan tangkas ia dorong badan kekar Shega hingga kepalanya terbentur pada kaca jendela.“Anjir!” rahang Shega mulai mengeras.“LO EMANG GAK PUNYA OTAK YA. BISA GAK SIH LO HARGAIN LYLY SEDIKIT AJA!” katanya semakin emosi.“Mending lo pergi dari sini sebelum gue hajar!,” ucap Shega memberi peringatan.“Oh lo beraninya sama cewe ya? CUPU TAU GA,” ucap Qyara yang membuat Shega semakin geram.“Sini lo kalo berani,” tantang Qyara.Shega mengabaikan Qyara, ia berjalan keluar kelas melaluinya. Ia lebih memilih untuk tidak meladeninya, Shega sadar ia sangat mudah terpancing emosi, bahakan terhadap wanita sekalipun. Jadi lebih baik ia mengindar saja dari pada ia harus bertarung dengan wanita yang bukan lawannya. Shega sudah sangat muak dengan sikapnya Jolly yang
“Permisi,” ucap Jolly kala memasuki ruang BK, tapi Jolly tidak melihat Bu Nining di sana.“Ke mana Bu Nining?” Batinnya, mencari keberadaan guru Bk SMA Adiwilangga, namun pada akhirnya Jolly memilih duduk saja pada salah satu kursi di ruangan ituSelang beberapa waktu pintu ruangan terbuka, ia pikir itu Bu Nining guru BK-Nya, tapi ternyata itu adalah Shega lelaki yang telah berhasil membuat perasaannya campur aduk. Mata mereka bertemu kala Shega berjalan ke arah kursi di sampingnya, Jolly sedikit ketakutan dengan tatapan mata Shega yang tajam seperti elang yang akan menerakm mangsanya.Setelah mereka duduk berdampingan susasana ruangan berubah menjadi horor. Yang biasanya jika Jolly bertemu Shega akan banyak mulut, tapi kali ini Jolly sangat kaku. Ia bingung harus bagaimana, keduanya benar-benar seperti orang yang tidak saling mengenal.“Maaf,” ucap Shega singkat yang akhirnya membuka suara. Namun Jolly tidak menggubris sama sekali.“Apa dia bilang, maaf?” Batinnya keheranan.“Maaf,”
“Assalamulaikum,” ucapnya membuka pintu dengan wajahnya yang kusut.“Waalaikumsalam,” jawab Bunda yang baru saja keluar dari kamarnya.“Kamu pulang sama siapa nak, hari ini pak Doyok kan gak bisa jemput?” Tanya Bunda khawatir.“Sama temen mah,” jawab Jolly seadanya.“sama Brandon kah?” Tebak Bunda, karena biasanya jika pak Doyok tidak bisa menjemput, Brandon lah yang akan mengantarkan Jolly pulang.“Iya,” sahut Jolly. “Bagus kalo gitu, kenapa gak kamu ajak mampir dulu ke sini?” Tanya Bunda.“Kasian dia mau istirahat kecapean abis rapat organisasi,” jawab Jolly. “Oh yaudah kalo gitu.” Kata Bunda seadanya yang membuat Jolly sedikit heran. Biasanya Bunda selalu menanyakan hal apapun kepadanya, tapi kenapa kali ini Bunda berbeda? Apa ada sesuatu.“Udah nih gak nanya lagi?” tanya Jolly sebelum pergi ke kamarnya.“Gak ada,” sahut Bunda.“Abis bersih-bersih badan, kamu langsung makan ya,” Titah Bundanya.“Iya siap.” Ucap Jolly seraya menaiki tangga.Huftt...Jolly membantingkan badan di ata