Share

Makin Membaik

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-16 22:37:06

Keesokan paginya, sinar matahari menerobos lewat tirai tipis, membelai pelan wajah Qiana yang masih terlelap. Suara burung di luar terdengar samar, bercampur dengan aroma kopi yang menyeruak dari dapur.

Zayn duduk santai di meja makan, masih mengenakan kaos abu-abu dan celana panjang santai. Tangannya sibuk memegang cangkir kopi, sementara di hadapannya ada piring roti panggang yang sudah digigit separuh.

Di sebelahnya, ponsel berdering pelan—pesan dari rumah sakit yang mengingatkan jadwal hari ini. Namun, ia tidak tergesa. Hari ini, ia memang sengaja masuk sedikit siang, karena semalam pulang larut dan ingin menghabiskan waktu lebih lama di rumah.

Dari arah kamar, terdengar langkah kaki pelan. Qiana muncul sambil menguap kecil, rambutnya masih berantakan, kaosnya sedikit kebesaran.

"Pagi." Ia melihat ke arah Qiana dan menyapanya lebih dulu.

"Pagi," balas sang istri. “Kamu kok udah bangun kak?” tanyanya, setengah heran.

Zayn menoleh, senyum tipis terbit di wajahnya. “Yaah, pas kebang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Ada Apa Ini, Zayn?

    “Bagaimana Papa bisa percaya begitu saja? Jelas-jelas ini ada buktinya."Qiana buru-buru maju, berlutut di sisi kursi mertuanya. “Pa...” suaranya lirih, penuh ketulusan. “Aku tahu semua ini terdengar buruk, tapi aku percaya pada Kak Zayn. Kami sudah memikirkan jalan keluarnya.”Pak Atmaja menoleh, sorotnya tetap keras. “Jalan keluar? Apa maksud kamu?”“Kami akan lakukan tes DNA, Pa.” Qiana menatap mata mertuanya dengan berani meski jantungnya berdebar kencang. “Kalau memang bayi yang dikandung Diandra bukan anak Kak Zayn, kebenarannya akan terbukti. Semua ini akan jelas.”Pak Atmaja terdiam sejenak. Tangannya perlahan terlepas dari kepalan, meski wajahnya tetap kaku. Ia menoleh lagi pada Zayn. “Kamu sungguh-sungguh dengan keputusan itu?”Zayn mengangguk mantap, meski ada bayangan lelah di wajahnya. “Tentu saja, Pa. Karena aku tahu, aku tidak pernah melakukan hal yang dituduhkan. Tes DNA adalah cara satu-satunya untuk membungkam semua fitnah ini.”Hening menyelimuti ruangan. Jam dindin

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Diandra Pingsan!

    Lorong rumah sakit hari itu masih ramai dengan langkah cepat para perawat dan beberapa pengunjung. Diandra berjalan sempoyongan dengan langkah kacau. Seragam suster yang ia kenakan terlihat kusut, matanya sembab, pipinya masih basah karena air mata yang tak henti mengalir.Dadanya naik-turun cepat. Setiap helaan napas terdengar berat, seakan beban yang ia pikul terlalu besar.‘Gimana kalau Zayn gak mau tanggung jawab? Apa dia akan buang aku dan anak ini gitu aja? Lalu, gimana nasib aku dan anak ini nantinya?' Suara di kepalanya semakin riuh. ‘Dia punya kuasa, punya uang, semua orang pasti lebih percaya sama dia daripada aku? Kalau aku beneran ditinggalin, aku bisa hancur.’Tangannya meraih dinding, mencoba menopang tubuhnya. Tapi pandangannya berkunang-kunang. Rasa mual naik ke tenggorokan, kepalanya terasa berputar.“A-aku…” bibirnya bergetar.Beberapa detik kemudian, tubuhnya ambruk begitu saja ke lantai.“Mbakk! Ya ampun!” teriak salah seorang pengunjung yang melihatnya.Spontan be

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Cukup, Diandra!

    Diandra menyeka air matanya kasar, lalu menatap Qiana penuh tantangan. “Tapi mau gimana kamu belain dia, kamu gak bisa nyangkal ini.” Ia mengangkat foto berisi hasil USG, menggoyangkannya tepat di depan wajah Qiana. “Ini bukti kalau apa yang aku katakan itu benar."Qiana menahan napas, jantungnya berdetak lebih cepat. Jemarinya gemetar tapi ia mencoba tetap berdiri tegak.“Bukti?” Qiana mengulang lirih, lalu menatap lurus ke arah Diandra. “Itu hanya kertas, Diandra. Tapi kamu gak bisa tunjukkin bukti siapa ayah anak itu.”Senyum miring muncul di bibir Diandra. “Kamu gak usah sok kuat. Dalam hati kamu pasti ketakutan kan? Takut suami kamu ternyata beneran jadi ayah dari anakku.”Ucapan itu menusuk Qiana. Untuk sepersekian detik, hatinya seperti dihantam ribuan belati. Ia memang takut. Sangat takut. Namun, ia mendongak dan menatap balik, tak ingin Diandra melihat kelemahannya.“Aku lebih percaya sama suamiku daripada sama tuduhan kamu,” jawab Qiana lirih, namun tegas.“Percaya?” Diandra

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Berhenti Membelanya!

    “Diandra?” suaranya parau, penuh keterkejutan.Perempuan itu berdiri angkuh di dekat pintu, tanpa permisi. Rambutnya digulung rapi, wajahnya agak pucat namun sorot matanya tampak penuh tekat. Di tangannya, ia menggenggam selembar kertas berwarna hitam-putih— hasil USG yang masih baru, plastik transparannya bahkan belum dilepas.Zayn refleks bangun, duduk di pinggir ranjang dengan dahi berkerut. “Kamu ngapain masuk seenaknya ke ruanganku?”Diandra melangkah maju, suaranya dingin. “Ini! Lihat ini!"Ia mengangkat hasil USG itu tinggi-tinggi, lalu meletakkannya begitu saja di meja kecil samping tempat tidur. “Ini hasil pemeriksaanku tadi pagi.”Zayn menatap kertas itu dengan mata melebar. Jantungnya berdegup kencang, bahkan lebih kencang daripada saat ia menangani pasien kritis.“Lalu?"Diandra menatapnya tajam, nyaris tanpa berkedip. “Ya aku cuma mau ngasih tau kamu kalau aku benar-benar hamil. Biar kamu gak nuduh aku bohong atau apapun itu."Udara di ruangan itu mendadak terasa membeku.

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Kejutan Untuk Zayn

    Qiana baru saja menutup layar ponselnya, napasnya terlepas pelan. Senyum yang tadinya mengembang kini berubah tipis, lebih mirip senyum yang dipaksakan.Ia menaruh ponselnya di atas meja, mencoba kembali fokus pada obrolan sahabatnya. Tapi dalam hati, ada sedikit kecewa yang tak bisa ia tolak.‘Padahal aku udah seneng banget bayangin makan siang bareng Kak Zayn. Tapi mau gimana lagi. Pasien-pasien dia kan emang lebih penting.’“Eh, Qia.” Clara mencondongkan tubuh, matanya langsung menangkap ekspresi aneh di wajah sahabatnya. “Kamu kenapa? Kok muka kamu jadi sedih gitu?"Jasmine juga ikutan kepo. “Iya iih. Padahal tadi masih cengengesan."Qiana terkekeh kecil, mencoba menutupinya. “Enggak, bukan apa-apa kok.""Yang bener?""Iyaa, Jasmine. Barusan cuma chat dari Kak Zayn aja.”“Ohh—” Jasmine langsung menyikut lengan Clara sambil terkikik. “Kenapa ama suami kamu? Dia ngirim sweet text ya?"Clara menaikkan alis. “Sweet text apa? Dari ekspresinya aja kayak sedih gitu.” Ia menatap Qiana pen

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Periksa Kandungan

    Suasana di IGD siang itu ramai sekali. Derap langkah perawat hilir mudik, suara monitor pasien berbunyi tak henti, ditambah keluhan pasien dan keluarga yang memenuhi ruangan.Zayn berdiri di depan salah satu pasien lansia yang mengalami sesak napas. Dengan wajah serius ia memberi instruksi kepada perawat.“Pasang oksigen 3 liter, segera rontgen thorax, dan ambil gas darah arteri. Cepat!"“Baik, Dok.”Zayn kemudian bergeser ke pasien berikutnya—seorang anak kecil yang jatuh dari motor. Ia memeriksa luka di lutut anak itu sambil memberi instruksi ringan pada koas di sampingnya. Dari luar, ia terlihat profesional, tenang, dan fokus. Tapi di dalam hatinya, pikirannya terus bercabang.“Dok, pasien IGD nomor 6 butuh tindakan segera,” suara seorang perawat memotong lamunannya.Zayn mengangguk cepat. “Siapkan infus RL, pasang jalur besar. Saya kesana sekarang.”Langkahnya cepat, sigap seperti biasa. Tapi beberapa kali ia harus menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.Di tengah kesibuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status