ログイン“Pakai saja! Udaranya dingin!” Ketus Zayn menegaskan.“Tapi-”“Kamu cuman pakai jaket punya suami kamu, Qiana. Bukan punya pejabat! Astaga! Sesungkan itu kamu sama aku, hm!” Qiana hanya mengusap tengkuknya. Ia lagi-lagi dibuat malu dan salah tingkah oleh kelakuan Zayn. Cukup lama mereka berteduh hingga akhirnya memilih nekat untuk menerobos derasnya hujan ke tempat parkir.Berlari begitu saja dari tempatnya. Zayn dan Qiana sudah masuk ke dalam mobil dalam keadaan basah kuyup. Untunglah ada baju ganti sehingga mereka berganti pakaian-seharusnya. Sial sinyal lain keluar dari tubuh Zayn! Ia terganggu fokusnya, kala melihat Qiana yang sudah setengah badan tanpa sehelai pakaian.Zayn malah menarik kembali pakaian yang hendak Qiana kenakan. Mematikan lampu mobil dan memburu Qiana yang ada di sampingnya dengan kecupan hangat.Merasa itu adalah sebuah kode, Qiana memberikan pelayanannya walaupun terkendala tempat yang sempit. Menarik Zayn untuk bermain di kursi belakang. Zayn dan Qiana ber
Seolah semesta mendukung, ia membantu dengan cuaca yang cukup sejuk. Tidak panas maupun hujan. Semilir angin menyapu dua insan yang masih sibuk bercerita satu sama lain. Gelak tawa terukir dimuka mereka. Sehingga suasana hangat terasa sekali.Musik masih mengalun semakin syahdu, membuat keduanya saling menatap erat penuh arti. Zayn tak hentinya mengelus-elus punggung tangan Qiana. Pun Qiana melihat sorot mata yang dalam sekali memperhatikan dirinya.Ia semakin merasakan dirinya sangat berharga untuk Zayn. Dan sangat bersyukur sekali bisa memiliki pasangan seperti Zayn. Semakin panjang Qiana bercerita, semakin masuk Zayn pada buaian hangat Qiana. Niat hati ingin membuat Qiana salah tingkah, Zayn malah terperangkap dengan jebakannya sendiri. Bagaimana tidak? Mentari yang selama ini redup, kembali memancarkan sinarnya. Sinarnya sama seperti pertama kali Zayn menaruh hati pada Qiana.“Kak Zayn?” panggilan Qiana memecah lamunan Zayn. Ia hanya bisa terkesiap.“Terimakasih ya, Kak. Karena k
Setelah selesai mandi, Qiana langsung menggunakan pakaian kesukaannya. Tak lupa sedikit riasan di mukanya, agar tak terlihat pucat. Ia pun langsung mengambil makanan yang sudah tersaji di atas laci mungilnya.Membawa nampan itu ke sofa dekat jendela, Qiana sarapan dengan pemandangan pagi yang syahdu sekali. Sesekali matanya menyisir pemandangan di depan mata.“Hah!” Hembusan nafas Qiana seakan menikmati hari barunya. Ia langsung menyendok makanan yang ada di depannya. Sementara tangan kirinya sibuk sekali men-scroll ponsel. Sinar mata Qiana mulai terisi hari ini. Berjuang hampir dua minggu lamanya, Qianapun akhirnya bisa pulang. Tampak panggilan video masuk mengganggu Qiana. Tanpa basa-basi Qiana langsung menjawab panggilan itu.“Halo, istriku yang cantik. Sudah sarapan?” tanya Zayn di balik panggilannya.Qiana mengangguk antusias. “Kamu lagi dimana? Perasaan rame banget,” tanya Qiana sesekali sendoknya sudah masuk ke dalam mulut.“Di jalan pulang. Kayanya aku agak telat jemput kamu
Zayn baru saja keluar dari lift rumah sakit. Tergambar jelas bagaimana kebahagiaan di wajahnya. Tangannya juga masih sibuk membawa oleh-oleh untuk istri tercintanya. Kakinya langsung menyusuri lorong rumah sakit. Namun kebahagiaan sirna, ketika mata Zayn menangkap punggung seorang wanita yang keluar dari ruangan Qiana. Ia keluar dengan amarahnya disana. Zayn mencoba mengamati lebih detail kembali siapa sosok itu.“DIANDRA?”Batin Zayn seketika berkecamuk. Ia langsung mempercepat langkah kaki menuju ruang Qiana. Dan benar saja, Qiana sudah ambruk di samping ranjangnya.Entah apa yang terjadi, tubuh Qiana melemah disana. Nafas Qiana semakin tak menentu hembusannya. Mukanya pucat pasi.Tanpa basa-basi, Zayn langsung membopong Qiana ke tempat tidurnya. Jantungnya berdegup kencang. Panik bukan main, karena Qiana terus merintih kesakitan.Zayn mencari obat Qiana, namun nihil!“Qiana, aku mohon tenangkan dirimu. Aku akan memanggil perawat dan dokter!”Qiana hanya bisa mengangguk menjawab pe
"Kak Zayn sama Kak Qiana berciuman, ya? Nanti aku yang jadi fotografernya untuk mengabadikan momen ini!" ujar Rheana secara lantang dan agak keras supaya Diandra bisa mendengarnya dengan jelas. Qiana dan Zayn saling bertatap mata kaget bersamaan. "Apa?" Orang tua Zayn tidak kaget dan justru mendukung permintaan Rheana. Karena Rheana melihat Zayn dan Qiana seperti malu-malu kucing, jadi Rheana langsung nyeplos saja. "Kenapa? Ada yang salah kah? Lagian kalian kan suami dan istri? Jadi tidak ada yang salah dengan permintaanku, kan?" Entah kenapa Zayn rasa yang dikatakan Rheana masuk akal sehingga membuat Zayn mengikuti kemauan Rheana dan melakukan hal itu. Lalu Zayn langsung tersenyum pada Qiana tanda mengakak Qiana berkompromi. Qiana pun hanya pasrah saja menerima permintaan Rheana. Kemudian Zayn dan Qiana saling berciuman lalu difoto oleh Rheana. Suara sorakan dan tepuk tangan yang meriah memenuhi ruangan itu. Itu membuat Qiana semakin tersipu malu. Namun suasana jadi benar-b
Zayn melihat Diandra dengan tatapan yang muak dan menjijikkan. Sorot matanya begitu tajam dan seolah bisa membunuh Diandra kapan saja. Baru pertama kali ini Diandra melihat Zayn semengerikan itu. Sebenarnya Zayn bisa saja langsung menghabisi Diandra detik itu juga. Namun Zayn tidak melakukannya karena jika Qiana tahu ia pasti akan sedih dengan tindakan Zayn. Sehingga untuk saat ini Zayn melepaskan Diandra terlebih dahulu, namun ia juga memberi peringatan. Zayn menjauh dari Diandra yang sudah terlihat sangat ketakutan. Zayn pikir itu cukup untuk membuat Diandra sadar dan tidak bertindak lebih jauh lagi. Namun jika Diandra nekat, Zayn pasti tidak akan mengampuninya. Diandra nafasnya sampai memburu. Ia terengah-engah seolah baru saja lari marathon padahal ia hanya diam di tempat dan berhadapan dengan Zayn. "Gila! Bagaimana bisa Zayn bisa memliki aura kejam seperti ini? Apakah sebenarnya ini adalah dirinya yan







