LOGINSetelah selesai mandi, Qiana langsung menggunakan pakaian kesukaannya. Tak lupa sedikit riasan di mukanya, agar tak terlihat pucat. Ia pun langsung mengambil makanan yang sudah tersaji di atas laci mungilnya.Membawa nampan itu ke sofa dekat jendela, Qiana sarapan dengan pemandangan pagi yang syahdu sekali. Sesekali matanya menyisir pemandangan di depan mata.“Hah!” Hembusan nafas Qiana seakan menikmati hari barunya. Ia langsung menyendok makanan yang ada di depannya. Sementara tangan kirinya sibuk sekali men-scroll ponsel. Sinar mata Qiana mulai terisi hari ini. Berjuang hampir dua minggu lamanya, Qianapun akhirnya bisa pulang. Tampak panggilan video masuk mengganggu Qiana. Tanpa basa-basi Qiana langsung menjawab panggilan itu.“Halo, istriku yang cantik. Sudah sarapan?” tanya Zayn di balik panggilannya.Qiana mengangguk antusias. “Kamu lagi dimana? Perasaan rame banget,” tanya Qiana sesekali sendoknya sudah masuk ke dalam mulut.“Di jalan pulang. Kayanya aku agak telat jemput kamu
Zayn baru saja keluar dari lift rumah sakit. Tergambar jelas bagaimana kebahagiaan di wajahnya. Tangannya juga masih sibuk membawa oleh-oleh untuk istri tercintanya. Kakinya langsung menyusuri lorong rumah sakit. Namun kebahagiaan sirna, ketika mata Zayn menangkap punggung seorang wanita yang keluar dari ruangan Qiana. Ia keluar dengan amarahnya disana. Zayn mencoba mengamati lebih detail kembali siapa sosok itu.“DIANDRA?”Batin Zayn seketika berkecamuk. Ia langsung mempercepat langkah kaki menuju ruang Qiana. Dan benar saja, Qiana sudah ambruk di samping ranjangnya.Entah apa yang terjadi, tubuh Qiana melemah disana. Nafas Qiana semakin tak menentu hembusannya. Mukanya pucat pasi.Tanpa basa-basi, Zayn langsung membopong Qiana ke tempat tidurnya. Jantungnya berdegup kencang. Panik bukan main, karena Qiana terus merintih kesakitan.Zayn mencari obat Qiana, namun nihil!“Qiana, aku mohon tenangkan dirimu. Aku akan memanggil perawat dan dokter!”Qiana hanya bisa mengangguk menjawab pe
"Kak Zayn sama Kak Qiana berciuman, ya? Nanti aku yang jadi fotografernya untuk mengabadikan momen ini!" ujar Rheana secara lantang dan agak keras supaya Diandra bisa mendengarnya dengan jelas. Qiana dan Zayn saling bertatap mata kaget bersamaan. "Apa?" Orang tua Zayn tidak kaget dan justru mendukung permintaan Rheana. Karena Rheana melihat Zayn dan Qiana seperti malu-malu kucing, jadi Rheana langsung nyeplos saja. "Kenapa? Ada yang salah kah? Lagian kalian kan suami dan istri? Jadi tidak ada yang salah dengan permintaanku, kan?" Entah kenapa Zayn rasa yang dikatakan Rheana masuk akal sehingga membuat Zayn mengikuti kemauan Rheana dan melakukan hal itu. Lalu Zayn langsung tersenyum pada Qiana tanda mengakak Qiana berkompromi. Qiana pun hanya pasrah saja menerima permintaan Rheana. Kemudian Zayn dan Qiana saling berciuman lalu difoto oleh Rheana. Suara sorakan dan tepuk tangan yang meriah memenuhi ruangan itu. Itu membuat Qiana semakin tersipu malu. Namun suasana jadi benar-b
Zayn melihat Diandra dengan tatapan yang muak dan menjijikkan. Sorot matanya begitu tajam dan seolah bisa membunuh Diandra kapan saja. Baru pertama kali ini Diandra melihat Zayn semengerikan itu. Sebenarnya Zayn bisa saja langsung menghabisi Diandra detik itu juga. Namun Zayn tidak melakukannya karena jika Qiana tahu ia pasti akan sedih dengan tindakan Zayn. Sehingga untuk saat ini Zayn melepaskan Diandra terlebih dahulu, namun ia juga memberi peringatan. Zayn menjauh dari Diandra yang sudah terlihat sangat ketakutan. Zayn pikir itu cukup untuk membuat Diandra sadar dan tidak bertindak lebih jauh lagi. Namun jika Diandra nekat, Zayn pasti tidak akan mengampuninya. Diandra nafasnya sampai memburu. Ia terengah-engah seolah baru saja lari marathon padahal ia hanya diam di tempat dan berhadapan dengan Zayn. "Gila! Bagaimana bisa Zayn bisa memliki aura kejam seperti ini? Apakah sebenarnya ini adalah dirinya yan
Ternyata Zayn membawa Diandra ke ruangan CCTV. Diandra sempat bingung kenapa dia tiba-tiba dibawa ke sana. Diandra tidak kepikiran kalau Zayn tahu apa yang ia lakukan. "Apa yang sebenarnya kamu ingin lakukan? Kenapa kamu malah membawaku ke sini?" Diandra masih penasaran. Lalu perawat yang biasa mengontrol Qiana pun ternyata juga mengekori mereka sampai ke ruangan CCTV itu. Dan itu membuat Diandra semakin penasaran lagi. Zayn memutar salah satu video rekaman CCTV itu. "Lihat ini!" perintahnya pada Diandra. Terlihat di dalam video itu, jika Diandra menukar obat untuk Qiana. Diandra shock melihat bukti yang ada di depan matanya. Tak terbesit sekalipun dibenak Diandra jika ia akan berurusan langsung dengan Zayn seperti ini. Tadinya Diandra pikir Zayn akan mengajaknya pergi untuk berbicara mengenai hubungan mereka tapi ternyata ekspektasinya berbanding terbalik dengan kenyataan. "Bagaimana bis
Karena sinyal di dalam ruangan buruk jadi Diandra harus keluar untuk mengangkat telepon itu. Rupanya itu hanyalah telepon dari salah satu keluarganya yang meminta tolong untuk membawakan obat karena persediaan obatnya sudah habis. Diandra kira itu telepon dari siapa rupanya hanyalah satu keluarganya saja. Diandra mengakhiri telepon itu dengan cepat dengan mengiyakan permintaan keluarganya itu. Diandra pun kembali untuk membawa obat itu ke ruang rawat Qiana. Tak lupa ia mengenakan masker supaya tidak dikenali oleh Rheana. "Saatnya beraksi!" ucapnya mantap. Setelah beberapa menit berjalan, kini iandra sudah ada diruangan Qiana. Dengan tenang Diandra terus berjalan masuk ke ruangan Qiana. "Selamat malam Bu Qiana! Bagaimana keadaan anda?" sapa Diandra basa-basi. Qiana menjawab dengan ramah, "Syukurlah keadaan saya semakin membaik, Suster!" "Baguslah, saya ikut senang! Waktunya ganti infus dan minum obat ya, Bu!" jawab Diandra berusaha ramah. Qiana mengangguk menuruti perkata







