Share

Tidak Ingat Apa-apa

last update Last Updated: 2025-09-01 21:01:35

Di meja kerjanya, Zayn menatap layar monitor berisi data medis pasien. Namun, pandangannya kosong. Ia sudah lebih dari setengah jam menatap hal yang sama, tapi tidak ada satu pun data yang benar-benar masuk ke kepalanya. Tangannya menggenggam mouse, tapi tidak bergerak. Pikiran Zayn melayang jauh ke tempat lain.

Bayangan foto yang ditunjukkan Diandra muncul lagi. Saat ia topless sambil memeluk Diandra.

Suara Diandra yang lantang, terus berputar seperti kaset rusak di kepalanya.

"Aku tidak mungkin melakukan itu semua." Zayn berbisik lagi, entah sudah berapa kali sejak tadi pagi. Kepalanya pusing, pikirannya kalut.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu.

Zayn tersentak. “Masuk.”

Pintu terbuka, dan Gilang melangkah masuk dengan wajah serius. Dokter muda itu menghampiri Zayn tanpa banyak basa-basi.

“Bro,” sapa Gilang, menaruh berkas di meja. “Kamu kenapa di sini? IGD lagi banyak pasien."

Zayn terkesiap. Ia lalu memijat ujung hidungnya dan berkata, "Maaf. Ayo kita ke sana sekarang!"

Gi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Annie ibunya Naflah-nuzi
blm selesai ya.. nunggu tamatlah
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
untung masih punya Gilang....sedikit bisa mikir...
goodnovel comment avatar
Tety Juniarwati Sa
Up yang banyak song Thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Berhenti Membelanya!

    “Diandra?” suaranya parau, penuh keterkejutan.Perempuan itu berdiri angkuh di dekat pintu, tanpa permisi. Rambutnya digulung rapi, wajahnya agak pucat namun sorot matanya tampak penuh tekat. Di tangannya, ia menggenggam selembar kertas berwarna hitam-putih— hasil USG yang masih baru, plastik transparannya bahkan belum dilepas.Zayn refleks bangun, duduk di pinggir ranjang dengan dahi berkerut. “Kamu ngapain masuk seenaknya ke ruanganku?”Diandra melangkah maju, suaranya dingin. “Ini! Lihat ini!"Ia mengangkat hasil USG itu tinggi-tinggi, lalu meletakkannya begitu saja di meja kecil samping tempat tidur. “Ini hasil pemeriksaanku tadi pagi.”Zayn menatap kertas itu dengan mata melebar. Jantungnya berdegup kencang, bahkan lebih kencang daripada saat ia menangani pasien kritis.“Lalu?"Diandra menatapnya tajam, nyaris tanpa berkedip. “Ya aku cuma mau ngasih tau kamu kalau aku benar-benar hamil. Biar kamu gak nuduh aku bohong atau apapun itu."Udara di ruangan itu mendadak terasa membeku.

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Kejutan Untuk Zayn

    Qiana baru saja menutup layar ponselnya, napasnya terlepas pelan. Senyum yang tadinya mengembang kini berubah tipis, lebih mirip senyum yang dipaksakan.Ia menaruh ponselnya di atas meja, mencoba kembali fokus pada obrolan sahabatnya. Tapi dalam hati, ada sedikit kecewa yang tak bisa ia tolak.‘Padahal aku udah seneng banget bayangin makan siang bareng Kak Zayn. Tapi mau gimana lagi. Pasien-pasien dia kan emang lebih penting.’“Eh, Qia.” Clara mencondongkan tubuh, matanya langsung menangkap ekspresi aneh di wajah sahabatnya. “Kamu kenapa? Kok muka kamu jadi sedih gitu?"Jasmine juga ikutan kepo. “Iya iih. Padahal tadi masih cengengesan."Qiana terkekeh kecil, mencoba menutupinya. “Enggak, bukan apa-apa kok.""Yang bener?""Iyaa, Jasmine. Barusan cuma chat dari Kak Zayn aja.”“Ohh—” Jasmine langsung menyikut lengan Clara sambil terkikik. “Kenapa ama suami kamu? Dia ngirim sweet text ya?"Clara menaikkan alis. “Sweet text apa? Dari ekspresinya aja kayak sedih gitu.” Ia menatap Qiana pen

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Periksa Kandungan

    Suasana di IGD siang itu ramai sekali. Derap langkah perawat hilir mudik, suara monitor pasien berbunyi tak henti, ditambah keluhan pasien dan keluarga yang memenuhi ruangan.Zayn berdiri di depan salah satu pasien lansia yang mengalami sesak napas. Dengan wajah serius ia memberi instruksi kepada perawat.“Pasang oksigen 3 liter, segera rontgen thorax, dan ambil gas darah arteri. Cepat!"“Baik, Dok.”Zayn kemudian bergeser ke pasien berikutnya—seorang anak kecil yang jatuh dari motor. Ia memeriksa luka di lutut anak itu sambil memberi instruksi ringan pada koas di sampingnya. Dari luar, ia terlihat profesional, tenang, dan fokus. Tapi di dalam hatinya, pikirannya terus bercabang.“Dok, pasien IGD nomor 6 butuh tindakan segera,” suara seorang perawat memotong lamunannya.Zayn mengangguk cepat. “Siapkan infus RL, pasang jalur besar. Saya kesana sekarang.”Langkahnya cepat, sigap seperti biasa. Tapi beberapa kali ia harus menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.Di tengah kesibuk

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Seperti Perpisahan

    'Kenapa ucapannya terdengar kayak perpisahan? Atau aku aja yang terlalu takut?' pikir Qiana kalut.Keheningan kembali menguasai ruangan itu, hanya terdengar suara sendok beradu dengan piring. Suapan-suapan berikutnya berjalan pelan, penuh dengan rasa hangat sekaligus getir.'Aku penasaran apa yang terjadi sama Kak Zayn. Tapi aku khawatir dia marah.'Perempuan itu menatap Zayn yang sibuk mengunyah makanannya. 'Nanti aja deh aku nanyanya.'Dan Zayn, di sisi lain, hanya bisa menerima setiap suapan Qiana dengan hati penuh rasa bersalah—karena ia tahu, cepat atau lambat, badai yang sebenarnya akan datang dan mengguncang rumah tangga kecil mereka.***Pagi itu, matahari belum terlalu terik ketika Qiana sudah rapi dengan kemeja putih dan celana panjang hitam. Ia juga menggunakan vast sebagai outernya. Rambutnya ia ikat setengah ke belakang, memberi kesan segar. Ia baru saja meraih tas ransel ketika suara Zayn terdengar dari balik meja makan."Kamu mau masuk kuliah?"Qiana menoleh ke arah sua

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Kamu Kenapa, Kak?

    “Kak?” bisiknya, nada suaranya penuh cemas. "Apa ada masalah di RS? Kamu... baik-baik saja kan?"“Plis Qia! Biarin aku peluk kamu sebentar aja!” lirih Zayn, suaranya berat."Tapi kamu bikin aku khawatir.""Aku cuma mau peluk kamu aja. Gak lebih."Qiana mengatupkan bibirnya. Tak lagi bertanya apa-apa. Ia hanya mengangkat tangan, mengusap pelan punggung suaminya. Meski hatinya diliputi tanda tanya.Pelukan itu bertahan lama. Qiana bisa merasakan betapa tegangnya otot-otot Zayn, seolah pria itu sedang memeluknya bukan hanya karena rindu, melainkan karena takut kehilangan sesuatu.“Kak Zayn…” panggil Qiana lagi, kali ini lebih lembut. Namun yang didapatinya hanya keheningan.Zayn menutup mata rapat-rapat, keningnya bertumpu di bahu istrinya. Rahang kokohnya mengeras, seakan sedang menahan kata-kata yang ingin pecah dari mulutnya. Tapi yang keluar hanya satu tarikan napas berat yang membuat dada Qiana ikut bergetar.Qiana mengusap rambut suaminya dengan pelan, gerakannya penuh kesabaran. I

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Mencari Informasi

    Malam itu, selepas dinas, Zayn tidak langsung pulang. Mobilnya justru melaju tanpa arah jelas, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan mewah di tengah kota. Papan nama kayu dengan cat biru kusam menggantung di pintu gerbang—kos yang disebut-sebut sebagai tempat tinggal Diandra.Zayn duduk beberapa saat di dalam mobil, menatap bangunan itu dengan napas berat. Ada dorongan kuat untuk pergi saja, tapi rasa ingin tahu menahannya. Ia butuh jawaban, sekecil apa pun petunjuk yang bisa menguak kebohongan yang menjeratnya.Dengan langkah berat, ia berjalan masuk ke halaman kos. Suasana tempat itu cukup sepi malam ini.“Lho? Kamu kan temennya Diandra.” Suara serak seorang pria tua membuat Zayn menoleh. Seorang wanita berusia sekitar dua puluhan, yang baru saja turun dari lantai dua, menyapanya dengan wajah bingung bercampur kaget.Zayn sempat terdiam. “Kamu... penghuni kos ini?"Gadis itu mengangguk mantap. “Masa kamu lupa sih? Kita kan pernah papasan beberapa bulan lalu, pas kamu ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status