Barra memarkirkan mobilnya asal-asalan di halaman rumah Arista, ia bahkan sampai menabrak tanaman hias kesayangan milik Arista dan melindasnya hingga hancur tidak berbentuk. "Tuan Barra, kenapa di tabrak tanaman nyonya besar? duh kalau gini saya bisa di pecat tuan," ucap Opi, tukang kebun yang bertugas menjaga kecantikan tanaman kesayangan Arista. Barra tidak menghiraukan rengekan Opi, ia terus berjalan ke dalam rumah hendak mencari ibu yang sudah melahirkannya dan membesarkannya namun tidak pernah menganggapnya sebagai manusia. Suara cekikikan dua perempuan terdengar dari gazebo taman belakang, Barra segera menghampiri mereka yang tengah asik mengobrol dengan secangkir teh di tangan masing-masing. "Barra," Luna melambaikan tangannya saat netranya mendapati sosok Barra ada di ambang pintu. Barra tidak menyahutinya, ia melangkah maju menghampiri Arista dan Luna dengan tatapan sedingin es. Luna maju mendekatinya dan hendak memeluknya, namun sebelum tangan Luna berhasil merengkuh tub
"Bawa keluar semua barang-barangku yang ada di kondominium dan jual segera tempat ini, aku akan kembali ke rumah milikku." titahnya. "Tapi apa anda tidak akan terganggu dengan nona Luna jika anda kembali ke rumah tuan?" "Aku lebih terganggu dengan jejak aroma parfum wanita itu yang masih tertinggal di sini," Barra keluar dari kondominium dan menyerahkan kuncinya kepada Gabriel, Barra tidak ingin mengingat apapun lagi tentang Sarah. *****Di kediaman Barra, Luna kini tengah menunggunya dan langsung memeluknya begitu Barra sampai dan masuk ke dalam rumah. Barra tidak membalas pelukannya, tetapi juga tidak bersikap ketus dan dingin padanya. "Pulanglah Luna, aku sedang tidak ingin di ganggu siapapun." ucapnya tanpa ekspresi. Luna menuruti ucapannya, dan bergegas pergi dari hadapan Barra dengan hati yang begitu bahagia. Rencana Nathaniel memisahkan mereka sudah berhasil, kini tinggal Luna yang menjalankan rencananya untuk membuat Barra menyetujui pernikahan ini. Barra begitu frustasi
Sarah mematut dirinya di depan cermin, memoleskan lipstik berwarna cherry red di bibirnya dan memakai sedikit bedak di wajahnya agar tidak terlihat pucat. Hari ini Sarah akan pergi melamar kerja di sebuah perusahaan perhiasan ternama, kebetulan mereka sedang membuka lowongan besar-besaran untuk cabang baru di kota B. Setelah Sarah berpikir keras semalaman, ia akhirnya memutuskan untuk tidak lagi mengejar ambisinya dan lebih memilih memulai hidup yang baru. Kemarin malam Sarah pulang ke rumahnya untuk mengambil dokumen penting miliknya dengan di dampingi oleh kedua anak buah Nathan, karena Sarah yakin ia tidak bisa dengan mudahnya masuk ke dalam sana. Mario yang sekarang tidak lagi sama seperti Mario yang dulu ia kenal, saat Sarah tiba di sana Mario tengah bercinta dengan tiga orang pelacur bayaran yang sedang menunjukan kemolekan tubuhnya di depan Mario. Thalita sudah tidak ada di sana, rumah itu juga nampak berantakan dan Yuyun sudah di pecat karena selalu melaporkan kelakuan buruk
Sarah baru saja sampai di apartemen Helena dan merebahkan dirinya di ranjang, namun tiba-tiba ponselnya berdering dengan nomor tidak di kenal memanggilnya. "Halo," ucap Sarah lebih dulu. "Selamat sore saudari Sarah Valerie, saya Dea pihak HRD dari Amethyst Corporation ingin memberitahukan bahwa anda di terima bekerja di perusahaan kami." sahut Dea di ujung telepon. Sarah bangkit dari tempat tidur dengan senyum mengembang lebar, Sarah tidak menyangka kalau ia akan di terima bekerja dalam waktu secepat ini. "Saudari Sarah? apa anda menyimak ucapan saya?" "Iya ibu Dea, maaf saya hanya syok sesaat karena terlalu senang." sahutnya menahan kegembiraan."Oke tidak masalah, kalau begitu besok pagi silahkan datang ke Amethyst Corporation dan langsung temui saya untuk menandatangani kontrak kerja." Setelah panggilan telepon terputus, Sarah langsung berjingkat-jingkat di atas ranjang Helena. Tadinya Sarah sempat merasa pesimis karena saat wawancara ia cukup banyak melakukan kesalahan, tapi
FlashbackDi balik selimut, kini Claudia tengah tersenyum manis di dalam pelukan Gabriel. Gadis berusia dua puluh tahun ini baru saja menyerahkan kesuciannya kepada Gabriel di hari jadi mereka yang ke dua ratus hari, dua insan yang tengah di mabuk asmara ini tidak memikirkan konsekuensi apapun dari tindakan mereka. Yang terpenting saat ini bagi mereka adalah mereka saling bahagia, dan mereka melakukan hal terlarang itu atas dasar suka sama suka. Claudia, gadis cantik yang hidupnya selalu kesepian dan terkekang. Kekosongan yang selama ini selalu memenuhi hatinya kini mulai terisi sejak kehadiran Gabriel di hidupnya, asisten pribadi Barra. Kedua orang tuanya selalu sibuk pada urusannya masing-masing, dan beranggapan kalau Claudia sudah merasa cukup bahagia dengan harta yang mereka berikan untuknya. Sedangkan Barra tidak pernah perduli terhadapnya, bisnis dan Sheila jauh lebih penting daripada Claudia yang hanya adik tirinya. Kepergian Sheila dari hidup Barra yang secara tiba-tiba membu
Claudia keluar dari paviliun di pagi hari dan kembali ke rumah induk yang sudah seperti kapal pecah, pelaku pengrusakan properti itu kini tengah bersantai di meja makan dengan secangkir kopi panas dan sepotong sandwich di depannya. Matanya sibuk menatap layar tab yang tengah menampilkan laporan dari perusahaan Amethyst bulan ini, di depannya ada asisten pribadinya yang begitu setia padanya bahkan di pagi hari yang seharusnya di gunakan untuk sarapan malah ia gunakan untuk mengecek dokumen fisik milik bosnya. Claudia menggelengkan kepalanya, Gabriel tidak pernah berubah sejak dulu dan selalu menuruti apa kata Barra meskipun ini bukan tempatnya bekerja. Claudia mengambil sepotong roti tawar di atas meja, di oleskannya madu untuk menambah rasa manisnya. Di meja makan ini ada tiga orang manusia, tapi tidak ada obrolan apapun yang terjadi dan hanya terdengar suara kertas yang di bolak balik membuat Claudia risih. Roti di tangannya habis, Claudia menjulurkan tangannya hendak mengambil sepo
Sarah membasuh wajahnya di wastafel dengan air dingin demi menghilangkan rasa kesalnya, rupanya ia sudah benar-benar masuk ke dalam jebakan pria itu sehingga kemanapun Sarah pergi ia akan selalu mengikutinya seperti bayangan. Kemarin Barra hadir di kehidupannya sebagai pria yang membeli harga dirinya, sekarang ia hadir sebagai bosnya dan sialnya lagi posisinya kini adalah sekretaris Barra. Jika Sarah hanya staff biasa mungkin ia bisa menghindari Barra, tapi sekretaris? ah kepala Sarah mendadak sakit memikirkannya. Sarah baru bekerja disini selama satu jam, tapi rasanya ia sudah ingin resign saja dari sini kalau ia tidak mengingat isi perjanjian kontrak kerja yang baru di tanda tanganinya satu jam yang lalu. Sarah mengambil ponselnya dari saku roknya, baru saja ia menempelkan benda pipih itu ke telinga tiba-tiba seseorang menabraknya hingga ponselnya tercebur ke wastafel yang sedang di aliri air kran."Ponselku!" pekik Sarah, harta satu-satunya yang paling berharga kini rusak sudah.
Hari-hari Sarah bekerja di perusahaan ini tidak pernah tenang sama sekali, Barra selalu mengganggunya untuk melakukan suatu hal di luar pekerjaan. Tapi beruntungnya Barra tidak pernah mendapatkan keinginannya, karena setiap kali ia berusaha menyentuh Sarah maka ada saja penghalang yang membuatnya gagal menyentuh Sarah. Sarah juga terpaksa harus pindah tempat kost karena Barra selalu datang kesana tanpa kenal waktu, meskipun peraturan di kost itu tidak terlalu ketat namun membawa pria yang bukan pasangan juga tidak di perbolehkan oleh pemilik kost. Sedangkan Barra, ia mana perduli dengan hal seperti itu. Ketika di usirpun ia malah nekat ingin membeli kost itu dengan alasan supaya bisa bebas bertemu dengan Sarah kapanpun, Sarah akhirnya mengalah dan keluar dari kost tanpa mendapatkan kembali sisa pembayaran sewa yang seharusnya masih berjalan tiga bulan lagi. Dan di sinilah Sarah tinggal sekarang, sebuah kontrakan model rumah yang ia dapatkan dari Nathaniel. Melihat kesusahan Sarah yan