Share

Chapter 5

"Saya tidak mau tau, pokoknya malam ini saya ingin tidur dengan Sarah!" teriak Irvan, membuat keributan di dalam klub.

Olivia sudah tidak bisa bersabar lagi menghadapi Irvan, ia segera memanggil penjaga keamanan untuk mengusirnya dari tempat ini. Irvan meronta-ronta saat diseret keluar dan terus mengucapkan kata-kata yang membuat Olivia geram, tapi Olivia tidak mau membuang tenaganya untuk meladeni ucapan Irvan. Dulu Irvan merupakan tamu VIP di klubnya dan juga orang yang berjasa dalam meramaikan klubnya, tapi semenjak bisnis orang tuanya menuju ambang kebangkrutan ia tidak lagi di anggap sebagai tamu VIP. Setiap datang ke klub yang ia lakukan hanya membuat onar dan berhutang, dan inilah saatnya bagi Olivia untuk melarang Irvan datang lagi ke tempat ini karena pria itu selalu membuat kerugian di setiap kedatangannya.

"Silahkan tampil lagi Sarah, Irvan sudah tidak ada lagi disini." Olivia mengelus pelan bahu Sarah.

Tadi saat di pertengahan pertunjukan tarian, Irvan yang sudah mabuk berat tiba-tiba naik ke atas stage dan melecehkan Sarah. Sarah memang bukan perempuan suci, tapi ketika tubuhnya di jamah tanpa seizinnya itu sama saja dengan pelecehan baginya. Lagipula Sarah hanya menjual dirinya secara ekslusif kepada Barra, dan untuk para pengunjung klub lainnya ia hanya menyajikan kemolekan tubuhnya dalam tarian tidak lebih. Olivia pun mengerti keadaannya setelah Sarah menceritakan semua masalah dan tujuannya berada di tempat ini, ia bahkan mendukung Sarah untuk mendapatkan Barra itu sebabnya tidak ada satupun pengunjung yang ia terima saat berusaha menawar Sarah selain Barra.

Sorakan dari pengunjung klub terdengar meriah lagi saat Sarah kembali ke atas stage, mereka sudah tidak sabar untuk melihat penampilan memukau Sarah yang sempat tertunda karena ulah Irvan. Sarah menampilkan tariannya kembali, namun wajahnya nampak lesu seakan sudah kehilangan semangatnya.

"Maaf sepertinya saya tidak bisa melanjutkan tarian ini,"

Sarah memungut lingerienya dan pergi dari atas stage.

Di ruang ganti, Sarah kini tengah meneguk segelas alkohol untuk menenangkan pikirannya ditemani oleh Helena. Karena Helena sekarang sedang datang bulan, jadi ia tidak bisa tampil dan libur menari sampai haidnya selesai.

"Hel, apa aku keluar saja ya dari klub ini?" tanyanya dengan tatapan kosong.

"Tapi kenapa Sarah?"

"Kamu liat kan? pria yang menjadi incaranku hanya datang dua kali dalam seminggu dan kami tidak pernah berkomunikasi selain saat bertemu disini juga di atas ranjang, jadi bagaimana bisa aku memanfaatkan dia untuk mencapai tujuanku Hel."

"Kamu menyerah Sarah?" tanya Helena, Sarah mengangguk pelan.

"Tapi masih banyak pria selain Barra, Sarah. Apa harus Barra yang jadi incaranmu?"

"Memang ada lagi pria selain Barra yang bisa aku dapatkan, Hel?"

"Ada! dia tamu kedua yang paling di hormati setelah Barra, tapi dia hanya datang ke klub ini ketika sudah berada di Indonesia. Setauku besok malam adalah hari kedatangannya, dan yang menariknya adalah dia itu lebih gampang ditaklukkan daripada Barra. Dia juga rivalnya Barra dan Barra tidak pernah mau dikalahkan olehnya, dalam hal apapun." ujar Helena panjang lebar.

"Apa kamu yakin besok adalah hari kedatangannya, Hel?"

"Aku yakin! kalau memang dia tidak datang besok, kamu boleh berhenti dari pekerjaan ini Sarah."

Sarah menghela nafas dan merebahkan punggungnya di sofa, pria yang Helena maksud akan menjadi target keduanya besok jika Barra tidak kunjung datang. Tapi jika ia juga tidak datang maka Sarah akan menyerah dan mencoba membuka lembaran baru hidupnya yang lebih baik, dengan uang hasil kerjanya beberapa hari ini ia akan membuka usaha kecil-kecilan entah makanan ataupun barang atau mungkin mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

Sarah yang sudah tidak memiliki semangat malam ini, akhirnya meminta izin untuk pulang kepada Olivia. Helena tidak ikut pulang karena ia harus menemani Andreas malam ini, Helena menyerahkan kunci mobilnya kepada Sarah agar ia tidak pulang menggunakan taksi karena dini hari keadaan diluar begitu rawan.

Sarah berjalan tanpa semangat ke tempat parkir mobil, sampai tidak sadar kalau sedari tadi ada yang tengah membuntutinya. Sarah baru saja membuka pintu mobilnya, namun tiba-tiba seorang pria mendorongnya ke dalam mobil dan menutup pintunya.

"Irvan! mau apa kamu?!" teriak Sarah.

"Mau enak-enakan sama kamu lah sayang, mau apalagi memangnya?" Irvan mencolek dagu Sarah dan menatapnya seperti binatang buas yang kelaparan.

Posisi Sarah terhimpit di bawah tubuh Irvan, membuatnya kesulitan untuk melarikan diri. Yang Sarah bisa lakukan hanyalah berteriak meminta tolong dan berusaha menjauhkan tubuh Irvan darinya, tapi sialnya saat ini keadaan di tempat parkir sangat sepi karena semua orang masih sibuk di dalam klub.

"Jangan menolakku Sarah, aku janji sama kamu aku bakal kasih kamu kepuasan yang tidak pernah kamu dapatkan dari pria manapun." ucapnya lalu menunjukkan kejantanan miliknya di depan mata Sarah.

"Jangan sentuh aku, Irvan! dasar bajingan!" Sarah menangis dan meludahi Irvan, bukannya marah Irvan malah menjilat air liurnya hingga membuat Sarah rasanya ingin muntah.

Irvan tidak lagi mendengarkan umpatan dan cacian Sarah, karena kini ia tengah sibuk melucuti pakaian Sarah hingga hanya menyisakan pakaian dalam yang menutupi area intimnya.

"Tenanglah Sarah dan nikmati saja permainanku,"

Irvan baru saja hendak memasukkan miliknya ke dalam Sarah, namun tiba-tiba pintu mobil terbuka lebar dan seketika Irvan ditarik keluar dari mobil hingga tersungkur menabrak mobil lainnya.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Barra.

Sarah menggeleng, namun tatapan matanya memancarkan ketakutan yang cukup mendalam hingga tubuhnya gemetar hebat. Barra melepas jaketnya untuk menutupi tubuh Sarah, setelah itu ia menghampiri Irvan yang tengah berusaha mengumpulkan energinya untuk berdiri menghadapi Barra. Barra menatap resleting Irvan yang belum tertutup dengan sempurna, lalu menginjak area kejantanan Irvan hingga ia memekik kesakitan.

"Dia itu milikku, jangan pernah kamu coba menyentuh milikku." ucap Barra dingin, injakan kaki Barra semakin kuat di area intim Irvan hingga ia merasa kesakitan dan rasanya ingin mati saja.

"A-ampun tuan Barra! maafkan saya!" ucapnya terbata menahan sakit.

Barra melepas injakannya dari area intim Irvan, pria itu kini tengah terkulai lemah seraya memegangi area intimnya hingga mengeluarkan air mata. Barra mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya, lalu dilemparkannya ke wajah Irvan.

"Bawa uang ini untuk mengobati barangmu yang tidak berguna itu, ini pelajaran untukmu karena sudah berani mencoba mendekati milikmu."

Irvan hanya mengangguk dan memunguti lembaran uang tersebut, biar bagaimanapun kondisi keuangan keluarganya sedang sangat sulit sekarang jadi sedikit uang dari Barra bisa ia gunakan untuk berobat dan makan esok hari.

Barra menghampiri Sarah lagi, lalu memeluk Sarah erat untuk menenangkannya. Setelah mendapatkan pelukan dari Barra, Sarah akhirnya bisa sedikit tenang.

"Maaf aku datang terlambat, Sarah." ucapnya seraya menatap wajah Sarah.

Barra mengeluarkan Sarah dari mobil Helena, dan menyerahkan kunci mobil Helena kepada Gabriel untuk diserahkan kembali kepada pemiliknya. Barra menggendong Sarah ke dalam mobilnya dan memasang sabuk pengaman untuknya, perlakuan Barra begitu lembut pada Sarah hingga ia amat tersentuh.

Barra membawa Sarah ke sebuah kondominium mewah di pusat ibukota, begitu Barra datang para penjaga keamanan langsung menyambut Barra dengan sikap penuh hormat. Barra memberi mereka masing-masing tiga lembar uang seratus ribuan, mulut mereka tidak henti-hentinya mengucapkan kata terimakasih setelah mendapatkan uang dari Barra.

Barra meletakkan sebuah kartu akses untuk membuka pintu unit miliknya, lalu membaringkan tubuh Sarah yang terkulai lemah ke atas ranjang. Dengan telaten Barra membersihkan tubuh Sarah dan menggantikan pakaian untuknya, karena tidak ada pakaian wanita disini jadi untuk sementara Barra memakaikan Sarah piyama tidur miliknya. Piyama miliknya nampak begitu kebesaran di tubuh Sarah, tapi justru Barra malah gemas saat melihatnya karena Sarah nampak seperti gadis kecil yang imut di balik piyama itu. Sarah tertidur setelah diberi segelas susu hangat oleh Barra, sepertinya kejadian percobaan pemerkosaan tadi membuatnya cukup syok.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status