Share

Mengejar Cinta Tuan Barra
Mengejar Cinta Tuan Barra
Author: Author newbie

Chapter 1

Author: Author newbie
last update Last Updated: 2022-06-25 20:16:06

Sepuluh orang wanita berjalan di atas stage dengan pakaian seksi, perlahan musik mengalun mengiringi tarian mereka lalu disusul tiga orang wanita yang meliuk-liuk di tiang menonjolkan sisi sensual tubuhnya. Helena yang berada di tengah-tengah, menari meliuk-liukkan tubuhnya dan sesekali meremas area sensitif di dadanya. Helena melepas lingerienya satu persatu secara perlahan dengan gerakan yang memikat, para pria langsung bersorak saat Helena menampilkan gerakan yang membuat birahi mereka sampai di puncaknya.

Helena turun satu tingkat dari stage, lalu mengambil minuman yang ada di meja pelanggan paling depan. Helena menegak minuman itu namun tidak menelannya, ia mengeluarkan lagi minuman itu lewat mulutnya dan mengalirkannya lagi hingga membasahi area dadanya.

Pria yang ada di hadapannya menelan ludah dengan susah payah saat melihat penampilan Helena di depan matanya, setelah berhasil membuat turn on pria itu Helena kembali lagi ke atas panggung dan menari bersama grupnya. Musik berhenti dan para penari berangsur pergi dari atas stage, penampilan mereka mendapat tepuk tangan yang meriah dari para pelanggan klub.

"Setelah ini giliran kamu Sarah, kamu harus tunjukkin bakat terbaik kamu disini. Kamu liat pria disana, dia pria terkaya juga tamu yang paling di hormati di klub ini. Tapi dia bukan orang yang gampang buat di taklukan," tunjuk Helena pada seorang pria yang paling menonjol di antara pengunjung yang lain.

"Apa aku bisa Hel? aku belum pernah ngelakuin ini sebelumnya," Sarah nampak gugup, wajah cantiknya yang tadi begitu mendominasi kini berubah menjadi seperti anak anjing yang ketakutan.

"Sarah! ingat tujuan kamu!" sentak Helena.

Sarah tertegun sejenak, mencoba mengingat kembali apa yang sudah membuatnya sampai terjerumus ke tempat seperti ini. Demi membalas mantan suami dan istri sirinya, demi merebut kembali semua harta miliknya yang di curi oleh Mario si bajingan yang tidak tahu terimakasih.

"Ya Helena, aku sudah ingat sekarang." senyum licik mengembang di bibir Sarah, setelahnya Sarah langsung naik ke atas stage dengan penuh percaya diri.

Sarah mendapatkan posisi di tengah sama seperti Helena karena kecantikannya yang begitu mendominasi di antara penari lainnya, dengan posisinya saat ini ia harus menunjukkan kemampuan terbaiknya untuk memuaskan mata para pelanggan.

Musik mengalun, Sarah perlahan meliuk-liuk di atas stage dan mengikuti apa yang Helena lakukan. Tatapan mata Sarah tertuju pada pria itu, ia mencoba menggodanya lewat tatapan mata namun pria itu tetap diam tanpa ekspresi seakan tidak terpancing dengan pesonanya. Sarah tidak bisa tinggal diam, ia turun dari stage dan menghampiri pria itu.

"Wah mi, kayaknya sebentar lagi bakal ada adegan memalukan nih." ujar Sylvia di telinga Olivia.

Wajah Olivia berubah menegang, ia lupa memberitahukan kepada Sarah kalau pria itu bukan tipe pria yang bisa di dekati dan di sentuh secara sembarangan. Terakhir kali ada seorang penari telanjang yang mencoba mendekatinya, lalu berakhir di tampar hingga membuat penari itu trauma dan tidak mau bekerja lagi di klub ini.

Dengan langkah menggodanya, Sarah berjalan menghampiri meja pria itu. Tanpa aba-aba Sarah duduk di pangkuannya dan membelai rahang tegasnya, pria itu memindai kemolekan tubuh Sarah yang terpampang jelas di depan matanya.

"Siapa nama anda, tuan tampan?" ujar Sarah.

"Kalau kamu mau tau siapa namaku, datanglah ke lantai empat tempat ini." jawabnya di telinga Sarah, membuat Sarah merinding karena deru nafasnya yang menghembus ke sisi tengkuknya.

"Baiklah," Sarah mengedipkan sebelah matanya, lalu kembali ke atas stage untuk menyelesaikan penampilannya.

Olivia tercengang, tadinya ia kira Sarah akan ditampar juga seperti penari sebelumnya tapi ternyata pria itu justru menyukainya. Olivia segera menghampiri pria itu dan membawakan minuman yang paling mahal untuknya, mereka berbincang sebentar untuk melakukan negosiasi.

*****

Di lantai empat, pria itu kini tengah menunggu kedatangan Sarah dengan segelas wine di tangannya. Ia terus terbayang-bayang akan sosok cantik Sarah, juga kelembutan suara Sarah yang seperti melodi indah di telinganya. Lima menit ia menunggu, Sarah akhirnya datang juga ke kamarnya namun pakaiannya kini sudah lengkap tidak seperti di atas stage tadi.

"Tuan Barra?" sapa Sarah.

"Kamu sudah tau namaku?"

"Tentu, mami Olivia yang memberitahukannya." sahut Sarah.

"Dia sungguh lancang," tawanya sinis.

Sarah menghampiri sosok tinggi Barra dan menempelkan tubuhnya hingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan Barra, Sarah merebut wine di tangan Barra dan meminumnya hingga habis tak bersisa.

Barra Arsenio Tristan, pria ini harus menjadi miliknya agar semua tujuannya bisa tercapai. Sarah menyentuh rahang Barra dengan lembut, lalu sentuhannya turun ke dada bidang Barra yang mulai berderu tidak karuan. Untuk pertama kalinya, Barra merasa tidak sabar untuk meniduri seorang wanita. Barra membuka kimono tidurnya di hadapan Sarah dan melemparkannya ke sembarang arah, ternyata Barra tidak memakai sehelai benangpun di balik kimononya itu hingga area intimnya yang sudah menjulang tegak terpampang jelas di depan mata Sarah. Sarah menelan salivanya dengan susah payah, ukuran itu begitu luar biasa bahkan Mario saja tida ada apa-apanya.

"Come on," Barra menarik Sarah ke dalam pelukannya dan mencium bibirnya.

Barra menggiring tubuh Sarah ke atas ranjang tanpa melepaskan ciumannya, lalu membaringkannya seraya melucuti pakaian Sarah. Tubuh mereka kini sudah tidak terbalut sehelai benangpun, dan pergulatan pun di mulai. Sarah benar-benar melayani Barra dengan sepenuh hati hingga Barra nampak puas dengan pelayanannya, namun dalam hati Sarah menangis karena demi merebut kembali hartanya ia harus rela menjadi seorang pelacur.

"Oh baby, you're amazing." racau Barra.

Barra dan Sarah sampai di puncaknya secara bersamaan, peluh membasahi keduanya dan senyum terukir di wajah tampan Barra yang menandakan kalau malam ini Sarah benar-benar berhasil memuaskannya.

Barra kini sudah kembali pada penampilannya yang sebelumnya, ia mengeluarkan sebuah amplop berisi uang tunai untuk Sarah sebagai bayaran karena sudah memuaskannya. Tapi bukan ini yang Sarah inginkan, Sarah juga menginginkan Barra bukan hanya uangnya.

"Apa kita masih bisa bertemu lagi?" tanya Sarah, tubuhnya bergelayut manja di bahu Barra.

"Mungkin, tapi aku hanya datang kesini sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu." sahutnya membuat Sarah kecewa.

"Uhm, baiklah." Sarah melepaskan pelukannya perlahan.

"Kenapa kamu begitu sedih? bukannya masih banyak pria lain di klub ini?"

"Ya memang banyak, tapi aku hanya menginginkan kamu." Sarah menarik wajah Barra ke hadapannya.

Penampilan Sarah yang acak-acakan, juga tubuhnya yang hanya terbalut selimut membuat Barra turn on lagi namun sayang ia harus pergi sekarang untuk perjalanan bisnis.

"Kalau begitu tunggulah kedatanganku," Barra mengecup bibir Sarah lembut.

Sarah kini sendirian di dalam kamar seluas ini dengan tumpukan uang terhampar di depan matanya, meskipun sosok Barra sudah pergi namun aroma tubuhnya masih tertinggal di kamar ini dan juga di tubuhnya.

*****

"Anda cukup lama berada di dalam tuan Barra, apakah ada mainan yang menyita perhatian anda?" tanya Gabriel, asisten pribadi Barra.

Barra hanya tertawa pelan mendengar pertanyaan Gabriel, asistennya ini sudah hapal sekali dengannya kebiasaannya. Bertahun-tahun bekerja untuk Barra, Gabriel sudah hapal sekali kebiasaan buruk dan baik Barra.

"Oh iya, ngomong-ngomong apakah anda berniat untuk menemui nona Luna sebelum pergi ke Thailand tuan?" tanya Gabriel membuat mood Barra seketika memburuk.

"Untuk apa saya menemui wanita itu,"

"Dia menunggu tuan sejak sore tadi, bahkan sampai rela menyiapkan keperluan tuan sebelum berangkat."

"Siapa yang mengizinkan dia menyentuh barang pribadiku?!" sentak Barra.

"Maaf tuan, yang mengizinkannya adalah nyonya besar."

Barra berdecak kesal, ibunya itu selalu ikut campur masalahnya bahkan sampai urusan jodoh. Barra sudah berkali-kali menolak Luna, sampai akhirnya ia pergi dari rumah. Tapi ternyata kepergiannya itu tetap tidak menyurutkan semangat ibunya untuk menjodohkannya dengan Luna, dan lagi wanita itu nampaknya tidak pantang menyerah untuk mendapatkannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 96 (end)

    Pagi hari, Barra pergi lebih dulu ke Amethyst sebelum sarah terbangun. Barra sengaja pergi lebih dulu karena ia tidak ingin melihat Sarah dijemput oleh Julian, namun sebelum pergi Barra sudah menyiapkan sarapan khusus untuk Sarah.Sarah terbangun dengan keheningan yang menyambutnya di pagi hari, semua pelayan sibuk membersihkan rumah dan taman sedangkan penjaga rumah sibuk berjaga didepan. Sarah menyalakan ponselnya yang sejak semalam ia nonaktifkan, puluhan chat dari Julian membombardir ponselnya juga panggilan tidak terjawab. "Aku sudah bangun Julian, maaf aku lelah sekali jadi telat bangun pagi."Jawab Sarah menjelaskan kepada Julian mengapa ia bangun terlambat, namun Julian tetap berbicara omong-kosong terus menerus. "Baiklah, aku akan bersiap sekarang." Sarah memutuskan panggilan teleponnya, lalu bergegas mandi dan berdandan sebelum Julian datang. Lima belas menit kemudian Julian datang dengan sebuket bunga mawar untuk Sarah, Sarah masih berada di kamarnya dan mungkin baru aka

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 95

    Sarah merenung menatap ke langit-langit kamarnya, ia terus memikirkan dua pria yang sangat mengharapkannya. Sarah belum bisa memutuskan untuk memilih siapa, karena ia juga tidak tau bagaimana perasaannya untuk kedua pria itu. Sarah sebenarnya punya rencana lain setelah pernikahan Claudia nanti, tapi jika seperti ini adanya mungkin Sarah akan lebih memilih untuk menjalankan rencananya sekarang.Sarah mengambil ponselnya, lalu menghubungi mereka dan memintanya untuk bertemu di sebuah cafe terkenal di kota ini. Mereka langsung bergerak cepat ke tempat yang Sarah sebutkan, tidak lupa juga membawa bunga untuk diberikan kepada Sarah."Loh, kenapa si pirang ada disini?!" tunjuk Barra di wajah Julian. "Sarah, kenapa dia datang juga? aku kira hanya kita berdua yang akan bertemu disini." "Aku sengaja meminta kalian datang kesini karena ada satu hal yang harus aku bicarakan dengan kalian," Barra dan Julian serentak mengambil kursi yang berhadapan langsung dengan Sarah, sekarang yang mereka ri

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 94

    Sarah menatap sengit ke arah dua pria dewasa yang bertingkah kekanakan di depannya, mereka selalu membuat ulah sepanjang acara lamaran Claudia. Sampai akhirnya mereka bertengkar dan memecahkan patung es yang ada di tempat meja minuman, alasannya pun sepele hanya karena mereka berebut mengambilkan minum untuk Sarah. "Jadi kalian mau terus bertengkar seperti ini?"" tanya Sarah. "Bukan aku yang memulai pertengkaran Sarah, tapi si pirang ini yang memulai duluan!" "Hei bro, anda yang selalu menghalangi saya saat saya ingin mendekati Sarah." "Iya jelas aku melarangmu mendekati Sarah karena dia itu masih istriku, kamu harus pahami itu!" "Oh tapi seingatku kamu sudah menggugat cerai Sarah, jadi kamu sebentar lagi hanya akan menjadi masa lalu Sarah.""Stop! aku pusing mendengar pertengkaran kalian, jika kalian pikir aku akan memilih kalian kalian salah besar. Aku hanya ingin sendiri, tidak denganmu Barra atau denganmu Julian." bentak Sarah yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya. Sara

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 93

    Hari lamaran Gabriel dan Claudia pun tiba, semua dekorasi impian Claudia sudah seratus persen rampung. Kini tinggal saatnya mereka menunggu keluarga dari pihak Gabriel datang, tidak banyak yang mereka undang untuk acara lamaran ini. Hanya kerabat, kolega dan teman dekat saja yang di undang. Claudia nampak cantik dengan gaun rancangan Arista, wajah cantiknya hanya di make up sederhana karena Claudia tidak menyukai make up yang terlalu tebal. Setelah Claudia, kini gantian Sarah yang didandani, mereka nampak mirip meskipun bukan saudara kandung. Barra menunggu para wanita kesayangannya keluar dari ruang tempat mereka berdandan, setiap kali ada yang keluar ia langsung berdiri tegap untuk menyambutnya. Tapi sayang yang keluar sejak tadi bukan wanita yang ia tunggu, entah apa yang mereka lakukan di dalam sampai berjam-jam. Barra sangat penasaran, tapi ia tidak diperbolehkan masuk untuk melihat aktifitas mereka. Pintu kamar terbuka perlahan, Claudia keluar dengan diiringi oleh Arista dan

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 92

    "Mau apa kamu datang kesini?" tanya Barra sengit. "Ada yang harus aku lakukan," senyumnya lalu masuk menghampiri Claudia dan memberikan bunga untuknya. Claudia agak bingung saat menerima bunga dari Julian, tapi setelah Sarah menjelaskannya Claudia baru bisa menerima bunga itu dan bersikap ramah terhadapnya. Belum sempat Sarah menerima bunga miliknya, tiba-tiba bunga tersebut malah direbut oleh Barra dan dibuang ke tempat sampah. "Jangan pernah memberikan bunga murahan kepada istriku, dia alergi terhadap barang murahan." Julian tertawa pelan, "Istrimu? apa aku tidak salah dengar? ah tapi kamu ada benarnya juga, Sarah memang alergi terhdap barang murahan." Julian menatap Barra dengan tatapan merendahkan, membuat Barra semakin emosi dibuatnya. Sebelum terjadi keributan yang semakin parah, Sarah segera membawa Julian pergi dari rumah Arista. Lagipula semakin cepat ia pergi, semakin cepat ia kembali lagi ke rumah ini dan bisa beristirahat lebih awal agar bisa mempersiapkan diri untuk a

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 91

    Setelah beberapa hari dirawat keadaan Barra kini sudah lebih membaik dan diperbolehkan pulang juga kembali beraktifitas seperti biasa, hanya saja ia harus tetap meminum obat dari dokter kejiwaan karena efek dari obat yang Sheila berikan masih sering ia rasakan. Kepulangan Barra bertepatan dengan hari persiapan lamaran Claudia besok, meskipun acara lamaran tersebut hanya di adakan di rumah Arista namun Arista tetap membuat acara tersebut semeriah mungkin. Apalagi ini kali pertama ia merasakan salah satu anaknya di lamar seseorang, saat Barra menikah kemarin ia bahkan tidak berkontribusi apapun karena saat itu hubunganya dengan Sarah belum baik. Arista ingin sekali menebus kesalahannya tapi semua tidak mungkin lagi bisa ia tebus, karena sebentar lagi Sarah mungkin akan menjadi mantan menantunya. Claudia membantu Arista menyiapkan apapun yang dibutuhkan besok, terutama gaun untuknya dan beberapa gaun untuk kerabat juga yang paling spesial untuk Sarah. Arista menatap putrinya penuh ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status