Share

Bagas memutuskan jalinan cintanya dengan Shania

Satu tahun kemudian. 

Meskipun hubungan mereka sering tidak akur, entah bagaimana mereka tidak bisa berpisah satu sama lain. Bagas mencintai Shania, meskipun ia terus menyakiti wanitanya. Shania tidak menyangka hubungannya dengan Bagas akan seperti ini, jauh dari apa yang dibayangkan olehnya. 

"Kenapa sih aku ngeliat orang pacaran, ceweknya diperlakukan seperti ratu? Beda sama aku, kok gak ngerasa jadi ratu, ya?" celetuk Shania pada Astrid, yang kebetulan melanjutkan pendidikan di Universitas yang sama. Yaitu Universitas Pendidikan Indonesia, mereka bercita-cita menjadi seorang guru. 

"Masa, sih, bukannya Bagas sayang banget sama kamu?" jawab Astrid, heran. 

"Iya, aku gak habis pikir, Bagas masih aja sering ke rumah Silmi, bahkan mengorbankan aku," kata Shania, sedih. 

"Lalu?" tanya Astrid. 

"Satu sisi aku cape, sisi lain aku masih sayang sama dia," jawab Shania. 

"Aku ngerti banget Shan, sabar, ya," kata Astrid, menghibur. 

"Iya, kurang sabar apa lagi coba? Aku pacaran sama dia udah tiga tahun, Trid. Aku rasa hubungan kita kayak dipaksain gitu, entahlah," terang Shania, kesal. 

"Iya, aku juga heran merhatiin kalian berdua. Bentar-bentar akur, bentar-bentar berantem lagi. Aku aja cape nontonin kisah kalian, benci tapi rindu," celetuk Astrid, sambil tertawa. 

"Aku juga heran sama cowok itu, sampe segitunya bela-belain keluarga cewek itu, aku males nyebut nama mantannya si Bagas itu," kata Shania, emosi. 

"Tapi Bagas masih sering ngajak ketemu, kan?" tanya Astrid. 

"Ya masih, tiap hari sabtu sore dia ke rumah, ya sekedar ketemu dan ngobrol-ngobrol," jawab Shania. 

"Ya elah, udah kali gak usah cemburuan juga, mungkin emang si Bagas ngehargain dan ngehormatin mamanya si Silmi itu, bukan masih suka ke Silmi," ucap Astrid, menenangkan. 

"Iya, sih, apa aku keterlaluan, ya? Curiga sama dia, cemburuan juga padahal mungkin dia emang ngehargain mamanya si cewek itu," kata Shania. 

[Assalamualaikum, Tuan putri. Lagi ngapain? Dimana?] chat dari Bagas kepada Shania. 

[Waalaikumsalam, Pangeranku. Aku ini lagi di kampus.] jawab mahasiswi UPI yang sedang bersama temannya, sambil tersenyum. 

"Uluh-uluh so sweet banget, katanya sebel kok masih mesra begitu," goda Astrid pada Shania. 

"Iih, kamu, ya? jawab Shania malu-malu.

Seorang wanita memiliki perasaan yang mudah luluh hanya dengan kata-kata indah, padahal hatinya sering terluka. Tak jauh beda dengan Shania, sering terbuai dengan kata-kata mesra dari kekasihnya. Rasa sakitnya tidak membuat ia menyerah, cinta membuatnya buta. 

[Aku mau ngajak kamu jalan-jalan, kabari kalo udah mau pulang, ya. Kita mampir ke cafe.] pesan Bagas. 

[Emh, kok mendadak? Tumben banget.]

[Ada yang mau aku omongin.]

[Oke, kalo, gitu.]

Setelah selesei kuliah, Shania menunggu Bagas untuk menjemputnya, akan tetapi Bagas tak jua datang. Ia coba untuk menelepon kelaki itu, tapi tak ada jawaban. Akhirnya pulang dengan kecewa. 

"Kenapa Bagas gak bisa di telepon? Chatnya juga belum dibaca, online terakhirnya jam 10, waktu aku di kampus. Ini sudah hampir Maghrib." batin Shania, khawatir. 

Shania tidak tenang, khawatir Terjadi sesuatu pada Bagas. berkali-kali melihat ponselnya, tak jua ada tanda-tanda bahwa chat telah dibaca. Tak ada kontak yang bisa ia hubungi untuk menanyakan keadaan Bagas. 

* * *

Keesokan harinya Shania bangun dari tidurnya yang hanya dua jam saja, masih belum ada kabar dari Bagas, chat yang kemarin masih centang abu-abu. Shania semalam tak bisa tidur, bukan tidak ngantuk, akan tetapi merasa aneh dengan Bagas, tidak seperti biasanya. 

Setelah ia membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara ponsel nya berdering. Terlihat nama Bagas di sana, bergegas ia menjawabnya. 

"Assalamualaikum Bagas, kemana aja , sih? Aku dari kemarin nungguin kamu di kampus, chat aku gak dibaca, ditelepon gak aktif, sebenarnya ada apa?" berondong Shania pada Bagas disambungan telepon genggamnya. 

" Waalaikumsalam, maaf kemarin aku gak bisa buka HP sama sekali. Aku bingung menjelaskannya sama kamu." jawab Bagas sambil terisak. 

"Ada apa, Bagas? Kamu nangis, ya?] 

" Maafin aku, kayaknya dari awal kita emang gak cocok, aku mau kita putus.]

"Serius?" tanya Shania heran. 

"Iya, aku serius. Sebetulnya kemarin aku ke rumah Silmi ngisi acara tunangan Silmi. Gak tau kenapa aku merasa sakit sekali melihat dia jadi milik orang lain." Bagas semakin terisak. 

"Oh, iya aku ngerti, ternyata kamu beneran masih cinta sama dia, kan?" 

"Oke, kalo gitu, terima kasih buat semuanya, ya. Maaf kalo aku banyak salah selama jadi pacar kamu, aku tidak pernah menyesal pernah dekat dengan kamu."

"Iya, sama-sama aku juga minta maaf. Makasih, ya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Entah kenapa, dengan keputusan ini Shania justru merasa lebih tenang, meskipun harus kehilangan orang ia cintai. Namun, selama menjalin hubungan bersama Bagas ia jarang merasakan kebahagiaan. Mencoba bertahan dalam hubungan yang tidak sehat, membuatnya selalu merasa sedih. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status