Sepanjang jalan, mata pria itu tak henti menatap keluar jendela. Pemandangan sawah dan hamparan kebun karet terlihat saling kejar, ketika kereta api yang ditumpangi Pandu melintas. Pandu memejamkan mata. Ia berharap, makin jauh dari Alina akan membuatnya makin mudah untuk melupakan sang mantan istri yang sebentar lagi akan menikah. Rasa cintanya begitu besar pada Alina. Namun, cinta itu terhalang tembok yang tinggi. Pandu tak ingin merusak hubungan Alina dengan Fusena, apalagi menghalangi kedekatan keduanya. Hanya saja, hati Pandu belum siap kehilangan Alina untuk selamanya.Jika tak ingat malu, ingin rasanya ia mengungkapkan keinginannya untuk rujuk. Namun, melihat senyum Alina dan kebahagiaan putrinya bersama calon ayah tiri, ia menjadi tak tega. Lagi pula, bukankah itu kebodohan Pandu sendiri yang melepas Alina, bahkan mengusir wanita itu?Tiba di stasiun, kedatangan Pandu disambut seorang pria paruh baya. Dia adalah Ustaz Fahri yang merupakan teman Ustaz Ahmad. Pria itulah yang me
Detak high heels Rosa terdengar, ketika beradu lantai. Ia berjalan menyusuri hunian yang sekarang tampak berbeda. “Aku enggak menyangka, ternyata Mas Pandu mengganti semuanya,” ujarnya tertawa sumbang.“Ada perlu apa kamu ke sini?” tanya Alina pada Rosa yang dari tadi sibuk menelisik setiap inci rumahnya.“Aku ingin bertemu dengan Mas Pandu.”Alina terkekeh. Ia tahu ini hanya akal-akalan Rosa saja untuk bisa menginjakkan kaki di rumah ini. “Kamu salah tempat, Mas Pandu enggak ada di sini.”“Benarkah? Bukankah ini rumahnya?”“Kalau kamu ingin bicara dengan Mas Pandu, kenapa enggak menghubunginya?” Alina balik bertanya.Rosa tercekat. Ia memang tak pernah lagi menghubungi Pandu semenjak mereka bercerai. “Jika enggak ada urusan, kamu boleh pergi.”Rosa membuka kacamatanya, kemudian berjalan mendekati Alina. “Aku enggak menyangka, kalau papa Shanum enggak tinggal di sini.” Wanita itu duduk di sofa, kemudian meletakkan tas branded-nya di atas meja. Sebuah senyum kemenangan tercipta, ketik
Dada pria itu naik turun menahan kemarahan. Telunjuknya mengarah pada wajah Rosa. “Jangan bohong, dulu kamu mengancamku akan menyebarkan video itu, jika aku enggak memberimu sejumlah uang. Aku sudah turuti keinginanmu, Ros, bahkan kamu sudah berjanji untuk menghapusnya, tetapi kamu ingkar!”Rosa menangis bersamaan rasa takut menghadapi kemarahan Himawan. Ia kembali mengingat video lama itu. Perasaannya mengatakan, bahwa video itu telah ia hapus karena takut ketahuan oleh Pandu. Namun, kenapa video itu muncul kembali?“Sudah kubilang, bukan aku!”Plak! Sebuah tamparan kembali melayang di pipi Rosa. Wanita itu meringis, cairan merah mengalir di sudut bibir. Himawan tak percaya dengan pengakuan Rosa. Ia hafal betul bagaimana sifat licik wanita itu. Bahkan, Himawan merasa dibodohi. Dulu, Rosa menjajakan tubuhnya pada Himawan. Rosa pula yang merekam video mereka dengan alasan sebagai kenang-kenangan dan koleksi pribadi. Namun, ternyata wanita itu menjebaknya dan memeras Himawan berkali-ka
Pandu beristigfar di dalam hati. Tubuhnya gemetar melihat aksi liar Rosa dari benda pipih di tangannya. Walaupun Rosa belum memberikan klarifikasi, Pandu yakin, pemeran wanita dalam video yang berdurasi enam belas menit itu adalah Rosa. “Ya, Allah, wanita macam apa yang aku nikahi dulu? Ternyata aku dibutakan oleh nafsu, hingga membuang jodoh terbaik yang engkau berikan. Ampuni aku, ya Allah.”Tetesan air mata kembali jatuh di pipi. Ia pikir, hanya kepada Daniel, Rosa memberikan kehormatannya. Namun ternyata Pandu salah, wanita itu berkencan dengan banyak pria dan sengaja membangkitkan hasrat mereka dengan pose dan permainan liarnya yang menjijikkan. Pandu mengela napas lemah. Di satu sisi ia bersyukur karena kelakuan Rosa terkuak ketika mereka telah berpisah, tetapi di sisi lain ia merasa kasihan pada wanita itu. Rosa memiliki keluarga yang tak harmonis. Kedua orang tuanya bercerai ketika ia masih remaja. Masing-masing sudah menikah dan tak ada yang peduli dengan Rosa, hingga wanita
“Sini, aku traktir.” Bryan menarik tangan Zea menuju kasir. Setelah menyelesaikan pembayaran, pria itu mengajak Zea memasuki restoran yang menyajikan masakah khas daerah. Mereka memilih duduk di lesehan yang berada di pojok restoran. Bryan mendekati pelayan dan mulai memesan, sedangkan Zea fokus pada buku yang ia beli. “Rajin belajar, ya, biar lulus menjadi mahasiswi kedokteran.”“Zea akan berusaha, semoga Allah berkehendak.”“Aamiin. aku dukung kamu Zee.”“Kalau kamu bagaimana?”“Aku bercita-cita jadi pengusaha, Zee. Karena itu, aku akan memilih jurusan Manajemen Bisnis atau Teknologi Informasi, supaya bisa menciptakan lapangan pekerjaan, banyak duit, biar bisa sedekah, kemudian nikahi kamu.”Zea terkekeh dan memukul lengan Bryan dengan buku yang dipegangnya. Bryan tersenyum melihat gadis itu kembali ceria. Beberapa kali ia mengeluarkan gombalan, supaya Zea kembali bahagia. Percakapan mereka terhenti, ketika menu pesanan tiba. Zea menatap heran dengan makanan yang dihidangkan. “Ini?
Video panas Rosa dan Himawan begitu cepat beredar di tengah masyarakat. Banyak netizen yang penasaran dengan aksi keduanya, mengingat mereka adalah tokoh publik yang sering muncul di layar kaca. Walaupun keduanya menampik video tersebut, tetapi tak sedikit masyarakat yang percaya bahwa pemerannya adalah Rosa dan Himawan.Beredarnya video syur berdurasi enam belas menit itu tak hanya membuat geger masyarakat, tetapi juga lembaga pemerintah. Bagaimana tidak, orang yang terlibat dalam video tak senonoh itu adalah pejabat tinggi pemerintahan. Banyak pihak dan lembaga yang namanya ikut terseret dan tercemar. Partai politik pengusung Himawan pun menjadi murka. Kepercayaan publik akan partai bersih menjadi sirna, meskipun belum jelas bahwa Himawan pelaku utama.Keresahan masyarakat ini membuat pihak kepolisian bertindak. Pemanggilan pelaku utama untuk pemeriksaan telah dilayangkan kepada Rosa dan Himawan. Pihak pertama yang diundang adalah Himawan, selisih satu hari dengan Rosa. Keduanya se
Rosa terbangun, ketika suara ribut dari ruang tamu terdengar. Wanita itu memakai piama, kemudian melangkah keluar. Dahinya mengernyit, ketika Meri—asisten rumah tangganya—berdebat dengan seorang wanita yang tak ia kenal. “Ada apa?” tanya Rosa yang berdiri di ujung tangga lantai dua. Seorang wanita dewasa tersenyum sinis menatap Rosa. Ia berjalan menaiki anak tangga mendekati wanita itu. “Kamu Rosalina?” tanyanya menatap Rosa dari atas sampai bawah.“Anda siapa, ada perlu apa malam-malam datang ke sini?” tanya Rosa tanpa menjawab pertanyaan wanita cantik yang tubuh dan wajahnya tampak terawat.Dengan gerak cepat, wanita itu mendekati Rosa. “Aku Sekar, istri dari Himawan.”Seketika Rosa kaget, tetapi ia mencoba mengatasi diri untuk tak menampakkan rasa takut pada wanita itu. “Apa tujuan Anda ke sini?” Dada Sekar naik turun menahan kemarahan. “Apa kamu berselingkuh dengan suamiku?” Rosa tersenyum sinis. “Sudah aku katakan di media, bahwa aku dan suamimu enggak saling kenal. Itu hanya
“Putri Bapak sakit.”Seketika tubuh Pandu mendadak tegang mendengar berita yang disampaikan Istaz Fahri. Sibuk menata hatinya yang rapuh, hingga Pandu lalai akan tugasnya sebagai seorang ayah yang harus memberikan kasih sayang pada putrinya. Pandu takut sesuatu yang buruk terjadi pada Zea. “Pulanglah, putri Bapak butuh Bapak,” ungkap Ustaz Fahri. Pandu bergegas mengemasi barang-barangnya. Ia tak bisa menunggu lama, bahkan pria itu segera memesan tiket pesawat agar bisa cepat sampai ke rumah. Ustaz Fahri mengantar Pandu ke bandara dengan menggunakan minibus pondok. Sepanjang jalan, Pandu tak tenang. Tangisan Zea ketika mereka berpisah kembali menyentuh hatinya.“Astagfirullah.” Pandu beristigfar. “Saya terlalu egois memikirkan hati yang lemah, hingga saya lupa jika ada hati yang harus saya jaga,” ungkap Pandu dengan mata berkaca-kaca.Ustaz Fahri menepuk pundak Pandu. “Insyaallah, tobat Bapak diterima Allah. Air mata yang jatuh saat memohon ampunan Allah akan mampu memadamkan api ner