“Tuan David? Ponsel Matt bersama Anda?”
“Ya. Ponsel Matt bersamaku. Ia melupakannya kemarin.” Alasan yang terdengar aneh bagi Maura. Bagaimana mungkin Matt seceroboh itu, lupa tidak membawa ponselnya.
“Bagaimana aku bisa menghubungi Matt, Tuan?”
Pertanyaan Maura membuat air muka Dave berubah. Matanya berkilat memancarkan rasa tidak suka. Gejolak cemburu menghantam hati Dave. Ya, Dave cemburu dengan kedekatan Maura dan Matt. Namun, lagi-lagi, otak Dave menyangkalnya. Kata-kata yang diucapkannya pada Maura kembali bergaung gaduh di kepala.
“Jika Matt sudah datang biar dia menghubungimu.”
“Baik, Tuan David. Terima kasih.”
Maura mengerjapkan mata perlahan. Dipandanginya langit-langit kamar yang terasa asing. Dihimpunnya ingatan tentang apa yang telah dilaluinya hari ini. Setelah sepenuhnya ingat, termasuk tentang keberadaannya kini, Maura menggeliat beberapa kali. Digerakkannya kedua telapak kakinya, mencoba menghilangkan lelah yang bersarang di kaki bagian bawah. Kemudian Maura bangun dan kembali melakukan senam ringan. Kali ini fokus gerakannya pada bahu dan punggungnya yang terasa ada hambatan kala digerakkan.Jam dinding menunjuk angka enam dan tiga. Dari luar jendela semburat jingga tampak samar mewarnai langit yang masih berwarna biru. Maura mencoba menghitung berapa lama ia tertidur. Buku-bukunya yang berada dalam kardus telah ia pindahkan semuanya ke rak buku. Ruangan kosong dalam rak ia gunakan untuk menyimpan beberapa suvenir, sertifikat, dan alat tulis serta laptop. Tak ketinggalan foto keluarga dalam bingkai warn
Tok… TokMaura mengetuk dua kali pintu kamar Dave, namun tak ada jawaban dari dalam. Maura teringat pesan Dave tadi malam bahwa ia diizinkan masuk ke kamar Dave untuk membangunkannya di pagi hari. Maura membuka pintu dengan perlahan. Dilihatnya dari cermin yang dipasang di depan pintu kamar mandi, Dave masih tidur. Separuh badannya masih terbenam dalam selimut. Maura sejenak berpikir, apa yang harus dilakukannya lebih dulu, membuka tirai jendela atau langsung membangunkan Dave. Maura berjalan menuju jendela yang masih tertutup tirai. Sedikit disibaknya tirai untuk melihat keluar jendela. Matahari belum terbit karena ini masih pukul enam. Pandnagan Maura beralih ke Dave yang tidur telentang. Sebenarnya Maura tidak tega membangunkan Dave, tapi Dave memintanya untuk membangunkannya pukul enam karena ia ingin ke kantor lebih awal. Perlahan, Maura melepaskan tirai yang disibaknya sehingga membuat tirai i
Deru mobil terdengar memasuki halaman. Maura dan Bibi Tilda yang berada di dapur mencoba mencari tahu dengan melongok lewat jendela. Ternyata Matt yang datang. Namun Matt hanya seorang diri.“Kau tidak mendampingi Tuan, Matt?” tanya Bibi Tilda. Matt menggeleng. Wajahnya sedikit ditekuk. Entah siapa yang menyebabkannya demikian.Matt mengambil gelas lalu mengisinya dengan air dingin dari dispenser. Maura menghentikan kegiatannya demi mengamati gerak-gerik Matt. Matt meneguk air dalam gelas dengan terburu-buru seolah sudah berhari-hari ia tidak minum.“Haus?” Maura menatap Matt heran. Matt hanya mengangguk. Ditekannya lagi tuas air dingin pada dispenser.“Ada apa, Matt?” Maura masih penasaran. Matt masih bungkam. Ia terlalu asyik dengan
Deru mobil terdengar memasuki halaman. Maura dan Bibi Tilda yang berada di dapur mencoba mencari tahu dengan melongok lewat jendela. Ternyata Matt yang datang. Namun Matt hanya seorang diri.“Kau tidak mendampingi Tuan, Matt?” tanya Bibi Tilda. Matt menggeleng. Wajahnya sedikit ditekuk. Entah siapa yang menyebabkannya demikian.Matt mengambil gelas lalu mengisinya dengan air dingin dari dispenser. Maura menghentikan kegiatannya demi mengamati gerak-gerik Matt. Matt meneguk air dalam gelas dengan terburu-buru seolah sudah berhari-hari ia tidak minum.“Haus?” Maura menatap Matt heran. Matt hanya mengangguk. Ditekannya lagi tuas air dingin pada dispenser.“Ada apa, Matt?” Maura masih penasaran. Matt masih bungkam. Ia terlalu asyik dengan
"Kamu...!" Maura mendelik marah. Dave hanya tersenyum menanggapinya. Maura bergegas keluar dari ruangan Dave.Bisa-bisa aku jadi gila bila terlalu lama bersama Dave. Batin Maura.Sementara Dave tampak enggan mengalihkan pandangannya dari sosok Maura. Sampai akhirnya bayangan Maura hilang di balik pintu yang tertutup. Diraihnya ponsel yang berada di sisi kirinya. Telunjuk kanannya dengan lincah bergerak di atas layar. Dave lalu menempelkan ponsel ke telinga kiri. Tidak perlu menunggu lama, terdengar suara menjawab panggilan Dave."Matt, aku ingin ke universitas." Dave memberi tahu Matt."Aku akan pergi sendiri." Sambungnya. Matt hanya menjawab dengan "siap" beberap
Maura tahu jika Tim dan Kim muncul, artinya Dave menginginkan penampilan sempurna untuknya. Namun, Maura juga takut jika ternyata ia harus membayar semuanya sendiri, seperti kala itu.“Tim, tidak bisakah aku memakai gaunku yang dulu saja?”Tim tidak menjawab. Ia tetap sibuk menjelajahi deretan gaun yang tergantung pada hanger. Kim yang mendengar perkataan Maura, tersenyum.“Tenanglah…. Yuk, kita make up dulu.”Kim mendudukkan Maura di kursi yang menghadap cermin besar dibingkai lampu yang berbaris rapi di sekelilingnya.&ldq
Maura dan Dave sama-sama membisu selama perjalanan pulang. Sesekali Maura melihat ke luar jendela mobil. Sementara Dave melajukan mobil dengan kencang. Jalanan yang cukup lengang membuat Dave tidak akan dihujani suara klakson oleh pengendara lain.“Maura….”“Hmm….” Maura menoleh ke arah Dave.“Ada apa?” lanjutnya.“Lapar?” Dave mengatakan apa pun yang terlintas dalam pikirannya.“Tidak.” Jawab Maura singkat.“Mungkin segelas jus di café?”“Tidak, Dave. Aku hanya ingin segera istirahat.” Maura menyandarkan kepalanya ke sandaran
Maura merasa telah mengambil keputusan tepat, yaitu dengan meninggalkan Dave tanpa menjawab pertanyaannya. Masih jelas diingatnya pertanyaan yang dilontarkan Dave padanya. Terdengar seperti Dave sedang mengemis cinta pada Maura. Untuk sesaat Maura merasa melambung karena dugaannya. Namun, akhirnya ia kembali tersadar. Kecurigaan mulai menghampirinya lagi. Sungguh itu bertolak belakang dengan sikap dingin dan arogan yang sering Dave tunjukkan.Jangan-jangan itu hanya gurauan Dave. Maura menerbitkan keraguan dalam hatinya.Bisa juga Dave ingin mengetesku. Imbuh Maura lagi. Maura berusaha untuk tidak spekulatif tentang perasaannya pada Dave, maupun perasaan Dave padanya. Dave adalah sosok yang tidak bisa ditebak. Dav