Home / Romansa / Menggoda Sang Paman / Nabila mulai menggoda

Share

Nabila mulai menggoda

Author: Centong ajaib
last update Last Updated: 2025-06-11 23:57:41

Sudah lima hari sejak malam itu. Sejak malam di mana Govan duduk di samping Nabila dengan degup jantung tak menentu, seolah mendadak menjadi pria paling lemah di muka bumi. Sejak bahu mungil itu menyentuhnya tanpa sungkan, sejak aroma vanila itu menelusup begitu halus dan menghantui mimpi-mimpinya.

Dan sejak malam itu juga, pakaian Nabila tampak semakin santai di rumah.

Pagi ini, saat Govan turun ke ruang makan, ia mendapati gadis itu sudah duduk sambil menyeruput susu dingin dari gelas tinggi. Rambutnya masih basah habis mandi. Ia mengenakan tanktop putih dengan celana super pendek warna abu, yang nyaris tak cukup menutupi setengah pahanya.

Govan mendadak lupa ingin ambil kopi.

“Nabila…” gumamnya, suara berat dan parau.

“Pagi, Om!” Gadis itu menoleh sambil tersenyum polos. 

 <

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menggoda Sang Paman   Kamu ngerti kan

    Govan terdiam. Jawaban itu menyayat. Ia memang menjaga jarak dengan nabila akhir-akhir ini, apalagi dirinya sudah punya pacar.“Om juga bisa kasih itu. Tapi bukan... Bukan begitu caranya, Bil.” Tapi ia tetap mencoba mengendalikan dirinya.“Caranya gimana?” bisik Nabila, menggoda. “Om peluk aku tiap malam?”“NABILAA!!” Govan berseru setengah panik, lalu bangkit dari sofa, menjauh dengan ekspresi frustasi. Ia berjalan mondar-mandir sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. “Astaga... ini anak kenapa makin hari makin gila?”Nabila tertawa puas melihat pamannya kalang kabut. Ia berdiri, melangkah pelan ke arahnya, lalu berdiri di belakang punggung Govan. Suaranya menurun lembut. “Om cemburu, ya?”Govan memutar badan cepat. “Cemburu? Enggak. Ini bukan tentang cemburu. In

  • Menggoda Sang Paman   Sugar daddy?

    Matahari sore menyelinap lembut dari sela gorden, membiaskan cahaya keemasan di dinding ruang tamu. Govan duduk di sofa, mengenakan kaus polos dan celana santai, tangannya menggenggam tablet yang menampilkan laporan keuangan kantor. Pandangannya kabur, pikirannya masih terganggu oleh pertemuan dengan Wisnu dan... Nabila. Terutama Nabila.Belakangan ini, gadis itu makin sering muncul di hadapannya dengan sikap manja yang... berbahaya. Kadang ia bertanya apakah itu hanya sifat polos remaja yang tumbuh di tengah pubertas, atau... memang disengaja. Tapi semakin ia mencoba menolak, semakin pula Nabila mendekat, dengan segala cara yang membuat batas moralnya mulai retak.Langkah kaki ringan terdengar menuruni tangga. Govan mengangkat kepala. Nabila muncul dari arah dapur, mengenakan dress rumahan selutut berwarna biru lembut, tali tipis menggantung di bahunya. Rambutnya dikuncir setengah, membiarkan sebagian helai jatuh

  • Menggoda Sang Paman   Nabila mulai menggoda

    Sudah lima hari sejak malam itu. Sejak malam di mana Govan duduk di samping Nabila dengan degup jantung tak menentu, seolah mendadak menjadi pria paling lemah di muka bumi. Sejak bahu mungil itu menyentuhnya tanpa sungkan, sejak aroma vanila itu menelusup begitu halus dan menghantui mimpi-mimpinya.Dan sejak malam itu juga, pakaian Nabila tampak semakin santai di rumah.Pagi ini, saat Govan turun ke ruang makan, ia mendapati gadis itu sudah duduk sambil menyeruput susu dingin dari gelas tinggi. Rambutnya masih basah habis mandi. Ia mengenakan tanktop putih dengan celana super pendek warna abu, yang nyaris tak cukup menutupi setengah pahanya.Govan mendadak lupa ingin ambil kopi.“Nabila…” gumamnya, suara berat dan parau.“Pagi, Om!” Gadis itu menoleh sambil tersenyum polos.

  • Menggoda Sang Paman   Waduh! baju pendek?

    Malam itu Govan pulang lebih larut dari biasanya. Usai makan malam dengan Wisnu, pikirannya dipenuhi bayang-bayang peringatan tajam si Wisnu. Ia menyadari sepenuhnya bahwa dirinya berada di persimpangan yang rumit. Hati yang belum sepenuhnya lepas dari Nabila, dan tanggung jawab emosional terhadap Laras.Mobilnya meluncur perlahan ke pelataran rumah. Lampu ruang tamu masih menyala. Govan menghela napas panjang, melepaskan dasi dan membuka dua kancing teratas kemejanya. Tubuhnya lelah, tapi kepalanya lebih penat.Saat membuka pintu, aroma tumisan tercium samar. Ia menautkan alis. Tumisan? Malam-malam begini? Langkahnya menuju dapur, dan saat itulah ia terdiam.Nabila berdiri membelakangi arah kedatangannya, mengenakan kaus tipis lengan pendek dan celana pendek longgar yang lebih menyerupai hotpants. Kakinya jenjang, kulitnya terang dan halus, kontras dengan keramik dapur berwarna krem. Rambutnya diikat tinggi, menampilkan

  • Menggoda Sang Paman   Awasi saja sesukamu

    Langit malam mulai memudar di balik bayang lampu kota. Govan menurunkan kecepatan mobilnya ketika melewati tikungan terakhir menuju kediaman Laras. Perjalanan setelah makan malam itu hening tapi nyaman, jauh berbeda dari pertemuan pertama mereka beberapa hari lalu yang penuh canggung dan formalitas pura-pura sebagai pasangan."Thanks ya, untuk makan malamnya," ucap Laras sambil membuka seatbelt."Sama-sama. Aku kira bakal lebih tegang... tapi ternyata seru juga." Govan mengangguk kecil."Ya udah, kamu hati-hati di jalan. Aku masuk dulu ya." Laras membuka pintu mobil.Sebelum menutup pintu, ia menoleh. "Sampai ketemu esok.""Iya," jawab Govan penuh senyuman.Setelah Laras masuk ke rumahnya, Govan menarik napas panjang. Kembali melaju kedalam rumahnya.***Keesokan Harinya

  • Menggoda Sang Paman   Diner Perdana

    Senja menyapu langit Jakarta dengan semburat jingga keemasan saat Govan berdiri di depan cermin besar kamarnya. Ia mengenakan kemeja putih bersih dengan jas abu muda yang disetrika rapi, rambutnya ditata lebih rapi dari biasanya, dan jam tangan kulit melingkar sempurna di pergelangan tangan kirinya. Ia memeriksa penampilannya sekali lagi sambil menarik napas panjang.Malam ini, ia akan pergi makan malam bersama Laras, setelah beberapa minggu mereka jadian, akhirnya mereka menemukan waktu yang pas untuk kencan pertama mereka setelah resmi menjadi pasangan.Dari ambang pintu, Nabila berdiri diam memperhatikan. Matanya menangkap bayangan pria yang sejak tadi bergaya di depan cermin.“Om mau ke mana, rapi gitu?” tanya Nabila, suaranya terdengar tenang meski hatinya bergejolak.Govan menoleh, tersenyum lembut. “Diner bareng Laras.”“Kok rapi b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status