author-banner
Centong ajaib
Centong ajaib
Author

Nobela ni Centong ajaib

Menggoda Sang Paman

Menggoda Sang Paman

Nabila mahasiswa gendut yang menyukai pamannya sendiri, Govan. Dia rela diet demi sang paman. Govan tidak bisa menerima cinta Nabila, namun karena keponakannya itu berubah semakin hot dan terus menggodanya Govan jadi semakin gila mencintai Nabila dalam diam. Bagaimana hubungan mereka selanjutnya.
Basahin
Chapter: Kenapa tiba-tiba gini
“Bil, Om mau bilang sesuatu,” kata Govan tiba-tiba, memecah keheningan.Nabila mengangkat kepalanya dan menatap wajah Govan.“Hm? Apa, Om?”Govan menatap lurus ke arah televisi yang kini menayangkan cuplikan berita ekonomi, tapi jelas pikirannya tak ada di sana. Ia menarik napas perlahan.“Beberapa hari ini, Om perhatikan kamu sering bareng sama Berlian.”Nabila terdiam. Senyumnya perlahan memudar.“Kamu suka dia?” Govan menoleh, matanya menatap lembut tapi serius.Nabila menelan ludah. Tidak menyangka pertanyaan itu keluar dari mulut Govan malam ini, saat suasana terasa begitu tenang.“Om... kenapa tiba-tiba nanyanya gitu?” Nabila mencoba mengelak dengan senyum gugup.“Karena dari cara kamu lihat dia, cara kamu
Huling Na-update: 2025-05-16
Chapter: Pelukan Om
Govan menarik Nabila ke dalam pelukannya. Awalnya lembut, tapi detik demi detik pelukan itu semakin erat, seolah ia sedang berusaha melindungi sesuatu yang rapuh… atau mungkin dirinya sendiri.Wajahnya tenggelam di atas kepala Nabila, menghirup aroma sampo yang samar, bercampur wangi tubuh gadis itu yang segar dan lembut. Tubuh mungil itu berada dalam dekapannya, membuat jantungnya berdegup lebih cepat, tapi juga terasa sesak.Apa ini benar? Apa aku seperti predator saat menatapnya seperti ini?Govan memejamkan mata erat-erat, berusaha mengusir pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya ngeri pada dirinya sendiri. Ia mencengkeram bahu Nabila tanpa sadar, terlalu kuat untuk sebuah pelukan antara paman dan keponakan.Ini terakhir kalinya. Aku gak akan melakukannya lagi. Ini salah. Salah.Aku harus berhenti sekarang juga.Namun tubuhnya enggan melepaskan. Mungkin karena kehangatan itu terlalu nyata, atau
Huling Na-update: 2025-05-15
Chapter: Nah lo! Pedo!
Langit siang tampak cerah, tapi hati Nabila mendung.Ia duduk di taman kampus dengan buku terbuka di pangkuannya, namun matanya kosong menatap rumput. Halaman yang seharusnya ia baca hanya dibolak-balik tanpa dipahami.Angin sepoi mengibaskan helai rambutnya, tapi ia tak peduli. Beberapa mahasiswa lalu lalang, tertawa dan mengobrol, sementara Nabila justru tenggelam dalam pikirannya sendiri.“Aku salah ya...?” gumamnya lirih.Ia memikirkan pamannya, Govan. Sejak kemarin, ekspresi pria itu terlihat lebih berat dari biasanya. Seolah-olah Govan sedang menahan sesuatu yang besar, dan tak ingin membaginya.“Apa aku sudah terlalu sering bikin Om risih?” pikir Nabila, menggigit ujung pulpen.Ia tahu, dirinya beban dan suka mengganggu Govan, tapi semua itu ia lakukan karena ia merasa nyaman. Karena Govan bukan hanya pamanny
Huling Na-update: 2025-05-14
Chapter: Memantau
Sudah beberapa hari berlalu dan Govan merasakan ada yang mengusik pikirannya, sesuatu yang semula hanya samar dan tak penting, kini tumbuh seperti benih liar di tengah dadanya.Akhir-akhir ini Nabila sering keluar rumah, sesekali pamit sekadar beli buku, kadang beralasan ingin ngumpul bareng temen. Namun ketika pulang selalu sama Berlian.Govan tidak pernah bertanya. Tapi matanya selalu menangkap detail cara Nabila tersenyum saat membuka pagar, tawa kecilnya yang renyah terdengar dari teras, dan suara motor Berlian yang mulai terasa terlalu akrab di telinganya.Disuatu pagi itu, ketika matahari baru naik setengah dan langit bersih serta udara terasa segar. Di ruang makan, Govan duduk sendiri dengan koran dan secangkir kopi. Kemejanya sudah rapi, dasi tergantung longgar di leher. Tapi tatapannya kosong. Mengarah ke halaman depan, menembus jendela.Lalu suara yang ia kenal datang lagi, ra
Huling Na-update: 2025-05-12
Chapter: Sleep call
Malam itu...Langit tampak tenang, bulan setengah menggantung malu-malu di balik awan tipis. Di kamar Nabila yang hanya diterangi lampu tidur kekuningan, layar ponsel terus menyala pelan.Sebuah notifikasi pesan dari Berlian masuk.“Masih melek?”Nabila yang sedang membaca buku sambil tiduran langsung tersenyum kecil. Ia meletakkan buku di dada dan mengetik cepat.“Baru mau merem. Kenapa?” Nabila membalas.Detik berikutnya, panggilan masuk dari Berlian muncul di layar.“Dasar…” gumamnya terkekeh kecil. sebelum mengangkat panggilan.“Hallo?” suara Berlian terdengar di seberang, hangat dan santai.“Tumben nelpon.”“Yah... Kangen dengar suara kamu aja,” jawa
Huling Na-update: 2025-05-10
Chapter: Senyum itu untuk siapa?
Di dapur, aroma teh melati perlahan menguar dari cangkir yang baru diseduh. Nabila berdiri memandangi air mendidih yang mengalir ke dalam mug, tapi pikirannya melayang jauh ke belakang… ke momen beberapa menit lalu, tepat di depan pagar rumah.Wajahnya memerah pelan, tak bisa menahan senyum yang perlahan merekah.Flasback.Tangan Berlian mengangkat helm pelan dari kepala Nabila, lalu menepuk-nepuk rambutnya yang berantakan. Gerakannya lembut. Mata mereka sempat bertemu sejenak dalam sorot lampu jalan yang remang.Ada hening singkat. Tapi bukan hening yang kaku melainkan hening yang terasa penuh.“Helmmu gak copot-copot dari tadi. Rambutmu kusut semua,” celetuk Berlian, berusaha mencairkan suasana.“Biarin. Yang penting gak jatuh,” jawab Nabila, menepis tangannya pelan.Tapi kemudian gerakan yang tidak disangka terjadi. Berlian mendekat, jari te
Huling Na-update: 2025-05-09
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status