แชร์

Pencarian

ผู้เขียน: Dian Ha
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-09-08 09:45:54

Selena menggeser ke atas layar ponselnya. Ia membaca lowongan kerja yang terpampang di website. Tak ada yang menarik untuknya, terlebih gaji yang ditawarkan kecil. Tak akan mencukupi tagihannya.

Setelah bolak-balik membaca website yang memberi info lowongan kerja, akhirnya Selena menutup ponselnya. Ia menghela napas untuk menenangkan pikirannya. Di saat seperti ini, ia harus berpikir positif.

"Lena. Kenapa?" tanya Sherly, teman satu siftnya hari ini, di mini market tempat ia bekerja paruh waktu.

"Hah? Emang aku kenapa?" tanya Selena balik.

"Lesu gitu, lagi mikiran apa?"

Selena tersenyum.

"Nggak mikirin apa-apa kok."

"Beneran?"

Selena mengangguk. Tak mungkin ia menceritakan keluhannya saat ini pada Sherly. Ia tahu betul bagaimana kondisi gadis di depannya. 

"Ya udah, aku cek barang-barang dulu, ya."

Selena kembali mengangguk. Membiarkan temannya itu mengecek barang-barang di rak. 

Pintu mini market terbuka. Selena segera menyapa, "Selamat siang. Selamat datang di mini market Alfa Betha." Tak lupa Selena menyatukan kedua tangannya dan memberikan senyum terbaiknya, meski diabaikan. Memang sudah tugasnya bersikap ramah.

***

Pukul 19.00 WIB, giliran Selena istirahat. Kali ini ia memakan mie instan yang tidak dimasak. Ia tekan bungkusan itu hingga mie tersebut remuk di dalam kemasannya. Lalu ia buka satu sisinya, diambilnya bumbu dalam mie. Ia taburi mie yang sudah remuk tersebut dengan bumbu, tanpa memakai minyak. Setelah itu ia cemili.

Bungkusan mie ia letakkan di pangkuannya, tangan kanan ia gunakan untuk memasukkan mie ke dalam mulut. Tangan kiri ia gunakan untuk menggeser layar, mencari lowongan pekerjaan.

"Hahhh ...."

Sepertinya hari-hari berikutnya, Selena akan sering mengembuskan napas.

Setelah mencari lewat media sosial f******k, masih saja ia tak menemukan pekerjaan yang cocok.

"Lena? Kamu makan apa?"

Sherly tampak shock dengan mie instan mentah yang dicemili Selena. Selena hanya nyengir dan mencoba memberi alasan.

"Aku lagi malas makan, Sher. Makanya nyemil."

"Astaga! Kalau mau nyemil, nggak mie mentah juga kali, Len. Kan ada snack, banyak tuh di rak."

"Males, ah. Enakan mie."

Sherly menggeleng dengan tingkah temannya ini.

"Katanya aja calon dokter, makanannya malah nggak sehat."

"Jangan gitu dong, Sher. Jurusan kuliahku nggak ada hubungannya sama cemilanku," protes Selena tak terima.

Sherly memutar bola matanya malas.

***

Usai bekerja paruh waktu di mini market hingga jam sembilan malam, Selena memutuskan untuk jalan-jalan sebentar, menyusuri kota Jakarta. Ini pertama kalinya ia berjalan santai seperti ini di malam hari, di kota metropolitan.

Selama ini Selena sibuk dengan tugas kuliahnya, mana sempat ia jalan-jalan santai, apalagi hangout bareng teman-temannya. Ia dan teman-teman kampusnya berada di level yang berbeda. Ia tidak akan sanggup menyamai barang-barang branded mereka.

"Aku harus gimana?" tanyanya bingung.

Sudah seharian ini ia mencari solusi untuk tagihan yang datang bersamaan, tapi tak juga ketemu.

"Lena? Itu kamu?!" 

Suara seorang wanita yang tak asing itu mendekatinya. Remang-remang lampu jalanan membuat Selena sulit mengenalinya. Hingga wanita itu berdiri di depannya.

"Eh, Jane. Kukira siapa. Kamu ngapain malam-malam begini?"

Jane memperlihatkan tas selempang yang dikenakannya.

"Kerja," jawabnya singkat.

Selena mengerutkan kening, kerjaan apa hingga Jane keluar malam.

"Kamu sendiri?"

"Ini lagi jalan-jalan santai."

Jane terkekeh mendengar jawaban Selena. Selena mengangkat satu alisnya seakan bertanya, apa yang aneh?

"Tumben jalan-jalan. Biasanya ngurung diri, bertelur di kos."

"Kamu pikir aku ayam?"

Selena mengerucutkan bibirnya, tidak salah juga temannya ini menganggapnya bertelur di kos. Ia sendiri memang jarang, bahkan tidak pernah keluar kos kecuali untuk kuliah dan kerja.

"Ya udah, deh. Aku berangjat kerja dulu, ya."

"Eh, Jane."

Selena memanggil Jane yang berniat membalikkan tubuh. Jane pun kembali menatap Selena.

"Ya?"

"Kamu, ada kerjaan nggak buat aku?"

Jane mengangkat satu alisnya. Setahu Jane, Selena bekerja paruh waktu di mini market. Mengapa tiba-tiba gadis ini bertanya kerjaan padanya?

"Aku lagi butuh kerjaan. Buat tambahan biaya kuliah," lanjut Selena jujur.

"Kamu yakin nanya kerjaan ke aku?"

Selena mengangguk. Jane mengamati gadis polos di depannya. Menurutnya Selena gadis yang menarik jika sedikit diberi polesan. Selena memang tidak tinggi seperti dirinya, tapi cukup bagus dengan postur tubuhnya yang proposional. 

Gadis ini juga cantik dengan rambut panjang lurus sepinggang. Matanya yang bulat membuatnya tampak berbeda. Poin pentingnya adalah bibir Selena yang terlihat seksi jika diberi sedikit lipstik merah.

Merasa diamati begitu lekat dari atas hingga bawah membuat Selena risi.

"Kamu ngapain lihat aku kayak gitu?"

Selena ikut mengamati dirinya.

"Nggak," jawab Jane singkat.

"Jadi, kamu bisa bantu aku? Aku butuh uang tambahan, Jane."

Selena menunduk. Ia terpaksa jujur pada Jane, karena tidak tahu harus mengadu pada siapa. Dari semua orang yang dikenalnya, Janelah yang tidak pernah mengeluh soal uang. Padahal wanita di depannya ini kos di tempat murah yang sama dengannya.

"Oke."

Selena mendongak. 

"Kamu serius? Ada kerjaan buat aku?!"

***

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Menggoda Suami Sendiri   Istri CEO

    Selena memasak untuk sarapan pagi ini, meski Raka sudah pergi ke kantor. Selama ini ia jarang sarapan karena menghemat, berhubung di rumah Raka ada begitu banyak bahan makanan, kenapa tidak ia masak? Lagi pula bisa mubazir jika bahan makanan itu membusuk.Rupanya seperti ini tipe ideal Raka. Gadis cantik dengan kebiasaan ibu rumah tangga. Berbeda dengan perempuan di sekeliling Raka. Hm … menarik, batin Naomi mengamati Selena dari meja makan.Selena mulai mencicipi masakannya."Hm …."Ia tersenyum puas dengan hasil masakannya. Rasanya enak di lidah. Segera selena menyajikan makanan buatannya ke meja makan."Aku akan membantumu."Naomi berdiri.

  • Menggoda Suami Sendiri   Malam Pertama Pasutri

    Selena masih tak percaya. Bagaimana ia dibayar Raka karena telah menggodanya pagi tadi. Jika dikatakan menggoda, memang benar, ia menggoda Raka supaya pria itu tidak tergoda wanita lain selain dirinya. Jadi, Selena tetap mempertahankan posisinya sebagai istri Raka.Selena tersenyum kecut. Ia tak menyangka jika akan dibayar semudah ini. Meski begitu, ada hati kecil Selena yang tak terima dengan perlakuan Raka. Ia seperti wanita bayaran."Hahhh ...."Menikah tanpa dasar cinta, apa yang Selena harapkan. Sejak awal dirinya sudah seperti wanita bayaran. Menikah hanya karena fasilitas mewah yang akan diberikan."Nyonya Selena. Lebih baik saya saja yang masak," ucap Bi Rohimah, asisten rumah tangga bagian masak."Tidak, Bi. Saya saja. Saya istri Tuan Raka. Jadi, biarkan saya yang menyiapkan semuanya.""Tapi, Nyonya...."Selena menoleh dan berkata, "Bagaimana jika aku butuh sesuatu, Bibi membantuku mengambilkannya?"Bi Rohimah te

  • Menggoda Suami Sendiri   Wanita Penggoda

    Selena tiba di kantor bersama Naomi. Penampilannya yang berbeda dari kemarin membuatnya menjadi pusat perhatian. Rambutnya yang dulu diikat, kini terurai cantik sepunggung. Anting-anting panjang menambah kesan cantik elegan. Dress sepanjang lutut yang menunjukan lekuk tubuhnya membuat kaum adam di kantor melongo.Selena tampil elegan, tak kalah dengan Naomi yang dikenal sebagai sekretaris cantik sang CEO. Bagaimana ia melangkah sudah terlihat luwes, padahal high heel yang dipakai Selena setinggi sebelas sentimeter.Keluar dari lift, Selena menuju ruangan Raka."Aku ada urusan dengan manager keuangan, kamu duluan menemui Raka."Selena mengangguk. Naomi berbelok ke ruangan yag dituju. Selena tetap lurus ke arah ruang Raka."Selamat siang, Bu," sapa Maya pada istri bosnya itu."Siang," sahut Selena dengam senyuman.Ia langsung membuka pintu ruangan tanpa ketuk pintu. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Jessie dengan posisi seper

  • Menggoda Suami Sendiri   Wanita di Sekeliling Raka

    Selena mengamati Raka yang sedang melakukan evaluasi bulanan di setiap bidang perusahaan. Pria itu tampak menguasai setiap bidang dan mempunya strategi untuk mengembangkan bidang yang sedang dibahas.Sepanjang peengamatannya pada Raka, tak bisa Selena pungkiri. Raka memang tampan, di usianya yang sudah 25 tahun ia terlihat gagah dan karimastik. Sebagai pria, ia mendekati kata sempurma. Secara fisik, psikis, dan juga kekayaan. Raka sangat mapan."Pantas saja, Naomi bilang banyak wanita yang ingin menjadi istri Raka," gerutu batin Naomi.Naomi mengepalkan tangan. Ia tak menyangka. Jika suaminya akan dikelilingi banyak wanita seperti ini. Mau tidak mau, ia harus lebih unggul daripada mereka. Ia harus mempertahankan posisinya sebagai istri sah Raka.Raka melirik Selena. Ia melihatnya bingung ketika mengamati istrinya itu mengerucutkan bibir, seperti sedang kesal."Apakah ada pertanyaan?" tanya Raka pada manager yang hadir.***Setelah rap

  • Menggoda Suami Sendiri   Malam Pertama

    Selena dan Raka memasuki kamar utama."Tunggu, bajuku!"Selena membalikkan tubuhnya ketika Raka menutup pintu kamar mereka."Bajumu? Dilemari.""Lemari?"Selena mengedarkan pandangannya, tapi tak menemukan satu bentuk benda yang disebut lemari. Ia hanya menemukan meja rias di sebelah kirinya. Dan sofa beserta meja di sebelah kanan.Raka mendekati Selena."Lemari tidak ada di sini.""Lalu?"Raka menggenggam tangan Selena. Membawa gadis itu ke pintu yang dekat dengan sofa. Menembus ruangan sebelah yang berisi berbagai macam lemari putih dan lemari kaca."Semua pakaianmu ada di lemari putih. Naomi sudah menyiapkan semuanya."Selena mendekati lemari putih dan membukanya. Betapa takjubnya ia ketika dress berbagai warna tergantung rapi. Selena membuka lemari di sebelahnya. Ada linger yang pendek. Ia segera menutupnya, tak ingin Raka melihatnya."Kamu tak perlu menyembunyikannya. Aku sudah melihatnya.

  • Menggoda Suami Sendiri   Nikah Kilat

    Selena menyiapkan koper, menata pakaian dan barang-barangnya yang berharga. Apa Selena punya barang berharga? Tentu punya. Seperti saat ini, ia sedang memegang foto keluarga."Ibu. Bapak. Aku bakal nikah sama Raka."Selena memaksakan senyumnya."Aku udah tanda tangan kontrak nikah sama Raka. Raka bakal ngasih fasilitas untuk aku. Aku nggak salah pilih, kan, Pak, Bu?"Selena menatap foto dirinya bersama kedua orang tuanya, di mana ia berdiri di samping kanan ayahnya yang duduk, sementara ibu berdiri di kiri ayah.Selena segera memasukkan pigura kecil foto tersebut ke dalam koper. Matanya menelusuri setiap inci di kosnya, setelah memastikan tak ada yang tertinggal, barulah Selena keluar dari kos.Ia mengunci pintu kos, sebelum akhirnya benar-benar pergi. Tak lupa, ia pergi ke rumah Ibu Kos dan Jane untuk pamitan."Kamu mau pindah? Ke mana?!"Selena bingung harus menjawab apa. Tadi Ibu Kos juga bertanya hal yang sama, dan ia

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status