Share

Menggoda Suami Sendiri
Menggoda Suami Sendiri
Penulis: Dian Ha

Tagihan

"Dua puluh juta?!" seru Selena setelah melihat nominal biaya kuliahnya. Ia tak percaya dengan nominal yang tertera di surat edaran elektronik. Berulang kali ia hitung jumlah nol di belakang angka dua yang berderat rapi. Tetaplan sama. Ia tak salah baja.

Selena merasakan kakinya lemas detik itu juga. Ia langsung jongkok dan menundukkan kepala. "Gimana caranya aku bayar biaya kuliah sebanyak itu?"

Gadis berambut panjang sepinggang itu tampak bingung. Uang dari orang tuanya, hasil jual tanah di kampung sudah habis untuk semester tujuh kemarin. Uang itu benar-benar tidak mencukupi semua kebutuhannya. Ia sampai bekerja paruh waktu untuk menutupi biaya hidupnya di Jakarta.

Selena mengembuskan napas panjang. Melepas sedikit beban yang ia rasakan. Lalu berdiri dan menyemangati diri sendiri.

"Masih ada waktu buat nyari uang, aku pasti bisa lulus."

Selena mengangguk, meyakinkan dirinya sendiri sembari mengepalkan tangan. Ia yakin bisa membayar biaya kuliahnya dan lulus dari jurusan akuntansi yang sudah ia tekuni. Pasti ada jalan keluar untuk tagihan biaya kuliahnya.

***

Selena tiba di depan halaman kosnya. Hari ini ia tidak berlama-lama di kampus, karena tugasnya untuk semester tujuh sudah ia selesaikan semua. Jadi, ia bisa pulang lebih cepat dan mengatur strategi mengumpulkan uang untuk membayar tagihan biaya kuliah.

"Syukurlah, nggak perlu capek nunggu kamu, Len."

Ibu kos muncul di rumah sebelah Selena. Selena yang baru memasuki teras langsung menoleh ke arahnya.

"Eh, Ibu. Ibu nunggu saya?"

"Iya, siapa lagi. Kamu kan belum bayar uang bulanan, Len," ceplos Ibu Kos tanpa basa-basi. Ia menutup pintu rumahnya dan ke teras samping rumah di sebelahnya.

Selena yang lupa jika ini awal bulan merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia lupa tanggal. Setiap tanggal satu kan tagihan pembayaran kosnya.

"Kenapa? Lupa?"

Ibu Kos mengeryitkan dahi melihat respon yang diberikan Selena. Selena hanya nyengir, memperlihatkan gigi putih yang tampak rapi dan rata. Ibu Kos menggeleng melihat Selena yang seperti anak kos lainnya.

"Maaf, Bu. Lena beneran lupa. Boleh ditunda, ya, Bu. Nanti, setelah dapat gaji, aku langsung kasih ke Ibu, deh," pinta Selena memohon disertai dua telapak tangannya yang menyatu.

Ibu Kos tampak berpikir. Tangan kirinya ditekuk depan perut. Tangan kanannya ditekuk ke atas, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagu. 

Selena merasa was-was jika ibu kos ini menolak. Ia tahu betul bagaimana bu kos ini tidak bisa diajak kompromi kalau sudah menyangkut soal uang. Sudah banyak anak kos yang keluar karena tidak ada toleransi darinya.

"Ya sudah, khusus buat kamu yang rajin bayar kos tiap bulan, kali ini saya bolehin. Ingat! Nggak buat bulan berikutnya."

Senyum sumringah nampak di wajah manis Selena semringah. Ia merasa sedikit lega dengan kelonggaran yang diberikan.

"Makasih, Bu. Makasih banyak."

Selena menghampiri Ibu kos yang ada di pinggiran teras rumah sebelahnya. Ia menciumi punggung tangan Ibu kosnya dan mengucap terima kasih berulang kali.

"Iya-iya. Ingat, ya. Hanya bulan ini,"kata Ibu Kos memperingatkan lagi.

"Siap, Bu."

Selena memberi hormat. Ibu kos menggeleng dengan anak kosnya satu ini. Ia pun langsung pergi memasuki teras rumah lain dan mengentuk pintu, menagih uang pada penghuni kos lainnya.

Selena menghela napas lega. Untuk kos bulan ini bisa ia tunda beberapa hari, sembari menunggu gajinya cair, tapi tidak untuk tagihan kuliahnya.

Selena langsung masuk rumah, setelah membuka pintu rumahnya yang terkunci. Ia merebahkan tububya di kasur kapuk yang berukuran satu kali dua meter. Pas untuk dirinya seorang.

Selena menatap langit ternit kamarnya yang bewarna putih. Ia berpikir bagaimana mendapatkan uang sebanyak dua puluh juta dalam waktu singkat.

"Mana ada kerja yang gajinya dua puluh juta dalam waktu beberapa hari. Satu bulan aja belum tentu ada."

Selena bangun dan duduk. Membuka laci meja yang ada di samping kasur. Ia mengambil dan melihat buku tabungannya. Nominal terakhirnya masih ada lima juta rupiah.

Selena menjatuhkan punggungnya di kasur lagi. Uang lima juta bisa buat apa? Tagihan kosnya saja satu juta. Tagihan listrik lima ratus ribu. Belum makannya nanti. Padahal, ia sudah cukup hemat dengan makan mie instan. Hal paling membahagiakan untuk Selena ketika di kos adalah saat dirinya sanggup membeli nasi dan telur.

"Hahhh ...."

Selena menghela napas kesekian kalinya untuk hari ini. Beban di pundaknya benar-benar terasa berat. Ingin rasanya ia berteriak untuk melepasnya, tapi apa itu membantu? Yang ada ia dianggap gila dengan orang-orang di sekitarnya.

Perut Selena berbunyi. Reflek ia memegang perutnya yang memang belum ia isi sejak tadi pagi.

"Apa bilang, ya sama Bapak Ibu di kampung?"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status