Share

Wanita di Sekeliling Raka

Selena mengamati Raka yang sedang melakukan evaluasi bulanan di setiap bidang perusahaan. Pria itu tampak menguasai setiap bidang dan mempunya strategi untuk mengembangkan bidang yang sedang dibahas.

Sepanjang peengamatannya pada Raka, tak bisa Selena pungkiri. Raka memang tampan, di usianya yang sudah 25 tahun ia terlihat gagah dan karimastik. Sebagai pria, ia mendekati kata sempurma. Secara fisik, psikis, dan juga kekayaan. Raka sangat mapan.

"Pantas saja, Naomi bilang banyak wanita yang ingin menjadi istri Raka," gerutu batin Naomi.

Naomi mengepalkan tangan. Ia tak menyangka. Jika suaminya akan dikelilingi banyak wanita seperti ini. Mau tidak mau, ia harus lebih unggul daripada mereka. Ia harus mempertahankan posisinya sebagai istri sah Raka.

Raka melirik Selena. Ia melihatnya bingung ketika mengamati istrinya itu mengerucutkan bibir, seperti sedang kesal.

"Apakah ada pertanyaan?" tanya Raka pada manager yang hadir.

***

Setelah rapat selama tiga jam. Raka membawa Selena makan di restoran. Sekalian untuk meeting bersama klien nanti.

"Naomi ke mana?" tanya Selena melihat Naomi yang tidak ada di sekitar mereka.

Naomi selalu mengikutinya dan Raka. Jadi jelas aneh jika wanita itu tidak ada.

"Kamu ingin makan bersama Naomi?"

"Bukan begitu. Naomi selalu mengikuti kita. Aneh jika dia tidak ikut."

"Naomi sekretaris kita. Jadi wajar kalau dia selalu ikut."

"Sekretaris kamu bukan sekretarisku." ucap Selena memperjelas.

"Naomi hanya membantuku di hal-hal kecil. Sekarang dia menjadi sekretarismu. Jika kamu perlu sesuatu, bisa mengatakannya pada Naomi."

"Tunggu. Untuk apa Naomi menjadi sekretarisku? Aku hanya mahasiswa. Tidak perlu sekretaris."

Raka terdiam. Ia mencoba memberi alasan.

"Kamu sedang menyiapkan proposal, skripsi, sebentar lagi wisuda. Kamu bisa meminta bantuan Naomi."

Selena berpikir, sepertinya itu terlalu  berlebihan. Proposal, skripsi, ia bisa melakukannya sendiri. Lagi pula ini tugasnya sebagai mahasiswa.

Pelayan datang membawa pesanan. Mereka pun makan siang bersama tanpa obrolan.

***

Maria mengibaskan rambutnya ke belakang. Tangan kirinya menyangga dagu. Matanya menatap genit pria di depannya.

"Bagaimana Pak Raka? Bisa melanjutkan kerja sama kita?" ucapnya dengan senyum manis.

Selena mengamati klien wanita Raka ini tidak suka. Maria tidak lebih seperti karyawan kantor, yang suka mencari perhatian suaminya.

Raka menutup map dan meletakkannya di meja.

"Akan saya pertimbangkan."

Maria menegapkan tubuhnya. 

"Saya menunggu kabar baik dari Pak Raka.

Maria menarik kerah bajunya hingga dadanya semakin terlihat.

"Pantas saja Naomi bilang aku harus mempertahankan pernikahan. Wanita disekeliling Raka benar-benar ingin menjadi istrinya."

***

Hari ketiga menjadi istri, sudah dua malam tidur di kamar, Selena belum juga menjalankan tugasnya. Ia bahkan tidak tahu jika Raka tidur di kamar yang sama dengannya. Kini, ia turun dari lantai dua sembari mengamati rumah yang tampak sepi.

"Naomi. Di mana Raka?" tanya Selena begitu melihat Naomi lewat.

"Tuan sudah berangkat ke kantor, Nyonya. Ada meeting mendadak."

Selena mengangguk.

"Hari ini aku tidak ada kuliah. Aku ingin pergi ke salon."

"Baik, Nyonya."

"Aku juga ingin membeli beberapa baju."

"Baik, Nyonya."

Selena memicingkan mata.

"Mengapa kamu memanggilku Nyonya? Sementata suamiku kamu panggil Raka?"

Naomi terdiam. Mencoba memberi alasan untuk pertanyaan Selena.

"Saya sudah bekerja bersama Tuan cukup lama. Dan dia ingin dipanggil namamya."

"Jadi, jika kalian berdua, kalian saling memanggil nama?"

Naomi mengangguk membenarkan.

Entah mengapa Selena jadi curiga dengan Naomi. Jika Naomi dan Raka seakrab itu hingga memanggil nama, bukankah itu bisa menjadin ancaman? Naomi bisa merebut posisinya.

"Jika begitu, panggil aku nama saja."

"Tapi ...."

"Jika tidak, aku akan meminta Raka memecatmu."

Selena terkejut. Ia tidak menyangka jika akan diancam hanya karena panggilanan nama.

"Baik ... Selena."

"Juga, bicaralah sewajarnya seperti kamu dengan suamiku. Jangan terlalu kaku begitu."

Naomi bingung, tapi ia tetap mengangguk.

"Aku akan bersiap-siap."

Selena kembali naik ke lantai dua. Ia merutuki dirinya sendiri yang mengancam Naomi. Bagaimana bisa ia mengancam sekretaris kepercayaan Raka? 

Selena menepuk jidatnya sendiri. Merasa bodoh dengan tindakannya pagi ini.

***

Selena keluar dari ruang ganti. Naomi yang menunggunya sembari membaca majalah mendongak, ia tampak terkejut dengan pilihan dress yang dipilih Selena.

"Bagaimana?" tanya Selena pada Naomi dengan melihat cermin.

Naomi tersenyum.

"Cantik. Kamu memiliki selera yang bagus."

Aku ingin mencoba yang lain."

Selena masuk ruang ganti lagi dan mengganti dressnya, yang panjangnya selutut jadi di atas lutut. Kali ini ia lebih berani memakai belahan dada yang lebih terbuka.

Ia kembali keluar dan memperlihatkanya pada Naomi. Naomi tidak dapat berkata-kata. Ia merasa ada yang aneh dengan Selena, hingga gadis itu ingin mengubah penampilannya.

"Naomi. Berapa uang bulanan yang diberikan Raka?"

"Seratus juta."

"Apa! Kau serius?!"

Naomi mengangguk yakin dan berkata, "Jika kamu merasa kurang, aku akan katakan pada Raka."

"Apanya yang kurang, itu lebih dari cukup."

Naomi membayangkan uang seratus juta, tapi segera menepisnya karena tak sanggup membayangkan.

"Hahhh ...."

Naomi menghela napas. Fasilitas yang diberikan Raka benar-benar mewah. Ia tak bisa melepaskannya begitu saja.

"Ayo, kita ke salon."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status