Selena menyiapkan koper, menata pakaian dan barang-barangnya yang berharga. Apa Selena punya barang berharga? Tentu punya. Seperti saat ini, ia sedang memegang foto keluarga.
"Ibu. Bapak. Aku bakal nikah sama Raka."
Selena memaksakan senyumnya.
"Aku udah tanda tangan kontrak nikah sama Raka. Raka bakal ngasih fasilitas untuk aku. Aku nggak salah pilih, kan, Pak, Bu?"
Selena menatap foto dirinya bersama kedua orang tuanya, di mana ia berdiri di samping kanan ayahnya yang duduk, sementara ibu berdiri di kiri ayah.
Selena segera memasukkan pigura kecil foto tersebut ke dalam koper. Matanya menelusuri setiap inci di kosnya, setelah memastikan tak ada yang tertinggal, barulah Selena keluar dari kos.
Ia mengunci pintu kos, sebelum akhirnya benar-benar pergi. Tak lupa, ia pergi ke rumah Ibu Kos dan Jane untuk pamitan.
"Kamu mau pindah? Ke mana?!"
Selena bingung harus menjawab apa. Tadi Ibu Kos juga bertanya hal yang sama, dan ia hanya bisa nyengir.
"Kamu nggak mungkin diusir Bu Kos, kan?"
Selena menggeleng.
"Syukurlah. Terus kenapa pindah?"
"Aku emang harus pindah Jane. Maaf, aku belum bisa cerita ke kamu."
Jane manggut-manggut. Ia tak bisa memaksa temannya ini.
"Oke. Nggak masalah. Yang penting, kita masih temenan, iya, kan?"
"Pasti."
***
"Kita mau ke mana? Ini bukan arah rumah?"
Selena bingung melihat mobil yang melaju ke arah lain.
"Kita akan menemui wedding organizer. Kamu bisa mengatakan pernikahan seperti apa yang kamu mau."
Selena mengangguk. Ia pasrah.
Mobil tiba di depan restoran mewah. Selena mengikuti Naomi turun dari mobil. Lalu melangkah masuk.
Pintu restoran otomatis terbuka begitu keduanya berdiri di depan. Naomi mengedarkan pandangan mencari seseorang. Setelah menemukan perempuan yang melambaikan tangan, ia mengajak Selena menemuinya.
"Halo, saya Naomi. Dan ini Selena."
Naomi dan Selena menjabat tangan perempuan di depan mereka.
"Nona Selena? Cantik sekali," puji perempuan tersebut.
Selena tersenyum mendengar pujian tersebut. Ketiganya langsung duduk untuk berdiskusi.
"Saya sudah menyiapkan beberapa dekorasi pernikahan untuk Tuan Raka dan Nona Selena. Nona, silakan lihat."
Perempuan yang memakai name tag bertuliskan Tamara itu menyerahkan tablet pada Selena. Selena melihat gambar dekorasi yang sangat mewah.
"Anda bisa menggesernya untuk melihat dekorasi yang lain, Nona."
Selena mengangguk. Matanya berbinar setiap kali melihat desain yang terpampang. Begitu indah. Apakah pernikahannya akan megah seperti di negeri dongeng?
Mengingat dekorasi yang mewah, Selena berpikir tentang Raka.
"Bagaimana dengan Raka? Apa dia sudah memilih?"
Selena bertanya pada Naomi yang tampak sibuk dengan ponselnya.
"Tuan menyerahkan semuanya pada Anda, Nona. Jadi, silakan Nona memilih sesuai keinginan Anda."
Selena kembali fokus dengan tablet di depannya.
"Jika Nona Selena ingin request, kami bisa menyiapkannya."
Selena langsung menggeleng.
"Tidak perlu, aku akan memilih yang sudah Anda pilihkan."
"Baik, Nona."
***
Setelah memilih dekorasi interior, kattering, undangan, kini Selena berada di butik. Ia ditemani Naomi memilih dress untuk pernikahannya.
"Astaga. Benarkah ini harga bajunya?" gumam Selena tak percaya.
Selena melotot melihat harga gaun pernikahan yang begitu fantatis.
"Gaun juga aku yang memilih?" tanya Selena pada Naomi.
"Ya, Nona. Silakan memilih apa pun yang Anda mau. Jika Anda tidak suka, bisa minta untuk dibuatkan sesuai keinginan."
"Jika semuanya aku yang memilih, bagaimana dengan Raka? Bukankah dia harus andil dalam mempersiapkan pernikahan ini?"
Naomi terkejut dengan pertanyaan Selena. Terkesan tegas, berbeda dari biasanya yang tak pernah membantah.
"Tuan ingin pernikahan nanti adalah pernikahan yang Anda impikan seumur hidup. Itulah kenapa Tuan membiarkan Nona memilih."
Selena diam. Untuk apa Raka sebaik itu padanya? Bukankah dia hanya membutuhkan istri? Mengapa begitu memperhatikan keinginannya?
"Nona tidak perlu khawatir. Meski semuanya Nona yang memilih, ada satu hal yang Tuan pilih sendiri."
"Apa itu?"
"Cincin pernikahan Nona dan Tuan."
***
Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena. Ia akan menikah di usia yang terbilang masih muda, dua puluh satu tahun. Masih kuliah juga.
Ia tak menyangka, jika pernikahan akan terjadi begitu cepat. Rasanya seminggu yang lalu ia mempersiapkan semuanya. Berdiskusi ini itu dengan orang-orang yang nenyiapkan pernikahan. Dan hari ini ia menikah.
"Nona Selena, mari."
Selena mengangguk. Naomi menemani Selena, membawanya ke ruang akad. Ketika pintu dibuka, sudah ada Raka yang berdiri di sana. Tampil tampan dan gagah dengan jas putihnya.
Raka tak mengedipkan mata mana kala Naomi membawa Selena masuk. Gadis itu tampak cantik dengan gaun putihnya. Rambunya yang terurai semakin menunjukkan pesonanya.
Naomi meletakkan telapak tangan Selena pada Raka. Raka menarik pelan tangan Selena, membantunya duduk. Barulah ia duduk di samping Selena. Mengucap ikrar pernikahan.
***
Selena resmi menyandang Nyonya Raka. Suaminya adalah Raka Biantara. Setelah berganti gaun, ia dan Raka melakukan resepsi. Resepsi dihadiri oleh kolega-kolega kerja Raka.
"Haruskah aku ikut?"
"Kamu istriku."
Selena kalah telak. Raka benar. Selena adalah istrinya. Sudah seharusnya ia menemani Raka menemui kolega bisnisnya.
"Baiklah. Ayo."
Selena mmeluk lengan Raka erat. Tak bisa dipungkiri, ia merasa gugup. Ini pertama kalinya ia bertemu orang-orang penting.
***
Selena memasak untuk sarapan pagi ini, meski Raka sudah pergi ke kantor. Selama ini ia jarang sarapan karena menghemat, berhubung di rumah Raka ada begitu banyak bahan makanan, kenapa tidak ia masak? Lagi pula bisa mubazir jika bahan makanan itu membusuk.Rupanya seperti ini tipe ideal Raka. Gadis cantik dengan kebiasaan ibu rumah tangga. Berbeda dengan perempuan di sekeliling Raka. Hm … menarik, batin Naomi mengamati Selena dari meja makan.Selena mulai mencicipi masakannya."Hm …."Ia tersenyum puas dengan hasil masakannya. Rasanya enak di lidah. Segera selena menyajikan makanan buatannya ke meja makan."Aku akan membantumu."Naomi berdiri.
Selena masih tak percaya. Bagaimana ia dibayar Raka karena telah menggodanya pagi tadi. Jika dikatakan menggoda, memang benar, ia menggoda Raka supaya pria itu tidak tergoda wanita lain selain dirinya. Jadi, Selena tetap mempertahankan posisinya sebagai istri Raka.Selena tersenyum kecut. Ia tak menyangka jika akan dibayar semudah ini. Meski begitu, ada hati kecil Selena yang tak terima dengan perlakuan Raka. Ia seperti wanita bayaran."Hahhh ...."Menikah tanpa dasar cinta, apa yang Selena harapkan. Sejak awal dirinya sudah seperti wanita bayaran. Menikah hanya karena fasilitas mewah yang akan diberikan."Nyonya Selena. Lebih baik saya saja yang masak," ucap Bi Rohimah, asisten rumah tangga bagian masak."Tidak, Bi. Saya saja. Saya istri Tuan Raka. Jadi, biarkan saya yang menyiapkan semuanya.""Tapi, Nyonya...."Selena menoleh dan berkata, "Bagaimana jika aku butuh sesuatu, Bibi membantuku mengambilkannya?"Bi Rohimah te
Selena tiba di kantor bersama Naomi. Penampilannya yang berbeda dari kemarin membuatnya menjadi pusat perhatian. Rambutnya yang dulu diikat, kini terurai cantik sepunggung. Anting-anting panjang menambah kesan cantik elegan. Dress sepanjang lutut yang menunjukan lekuk tubuhnya membuat kaum adam di kantor melongo.Selena tampil elegan, tak kalah dengan Naomi yang dikenal sebagai sekretaris cantik sang CEO. Bagaimana ia melangkah sudah terlihat luwes, padahal high heel yang dipakai Selena setinggi sebelas sentimeter.Keluar dari lift, Selena menuju ruangan Raka."Aku ada urusan dengan manager keuangan, kamu duluan menemui Raka."Selena mengangguk. Naomi berbelok ke ruangan yag dituju. Selena tetap lurus ke arah ruang Raka."Selamat siang, Bu," sapa Maya pada istri bosnya itu."Siang," sahut Selena dengam senyuman.Ia langsung membuka pintu ruangan tanpa ketuk pintu. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Jessie dengan posisi seper
Selena mengamati Raka yang sedang melakukan evaluasi bulanan di setiap bidang perusahaan. Pria itu tampak menguasai setiap bidang dan mempunya strategi untuk mengembangkan bidang yang sedang dibahas.Sepanjang peengamatannya pada Raka, tak bisa Selena pungkiri. Raka memang tampan, di usianya yang sudah 25 tahun ia terlihat gagah dan karimastik. Sebagai pria, ia mendekati kata sempurma. Secara fisik, psikis, dan juga kekayaan. Raka sangat mapan."Pantas saja, Naomi bilang banyak wanita yang ingin menjadi istri Raka," gerutu batin Naomi.Naomi mengepalkan tangan. Ia tak menyangka. Jika suaminya akan dikelilingi banyak wanita seperti ini. Mau tidak mau, ia harus lebih unggul daripada mereka. Ia harus mempertahankan posisinya sebagai istri sah Raka.Raka melirik Selena. Ia melihatnya bingung ketika mengamati istrinya itu mengerucutkan bibir, seperti sedang kesal."Apakah ada pertanyaan?" tanya Raka pada manager yang hadir.***Setelah rap
Selena dan Raka memasuki kamar utama."Tunggu, bajuku!"Selena membalikkan tubuhnya ketika Raka menutup pintu kamar mereka."Bajumu? Dilemari.""Lemari?"Selena mengedarkan pandangannya, tapi tak menemukan satu bentuk benda yang disebut lemari. Ia hanya menemukan meja rias di sebelah kirinya. Dan sofa beserta meja di sebelah kanan.Raka mendekati Selena."Lemari tidak ada di sini.""Lalu?"Raka menggenggam tangan Selena. Membawa gadis itu ke pintu yang dekat dengan sofa. Menembus ruangan sebelah yang berisi berbagai macam lemari putih dan lemari kaca."Semua pakaianmu ada di lemari putih. Naomi sudah menyiapkan semuanya."Selena mendekati lemari putih dan membukanya. Betapa takjubnya ia ketika dress berbagai warna tergantung rapi. Selena membuka lemari di sebelahnya. Ada linger yang pendek. Ia segera menutupnya, tak ingin Raka melihatnya."Kamu tak perlu menyembunyikannya. Aku sudah melihatnya.
Selena menyiapkan koper, menata pakaian dan barang-barangnya yang berharga. Apa Selena punya barang berharga? Tentu punya. Seperti saat ini, ia sedang memegang foto keluarga."Ibu. Bapak. Aku bakal nikah sama Raka."Selena memaksakan senyumnya."Aku udah tanda tangan kontrak nikah sama Raka. Raka bakal ngasih fasilitas untuk aku. Aku nggak salah pilih, kan, Pak, Bu?"Selena menatap foto dirinya bersama kedua orang tuanya, di mana ia berdiri di samping kanan ayahnya yang duduk, sementara ibu berdiri di kiri ayah.Selena segera memasukkan pigura kecil foto tersebut ke dalam koper. Matanya menelusuri setiap inci di kosnya, setelah memastikan tak ada yang tertinggal, barulah Selena keluar dari kos.Ia mengunci pintu kos, sebelum akhirnya benar-benar pergi. Tak lupa, ia pergi ke rumah Ibu Kos dan Jane untuk pamitan."Kamu mau pindah? Ke mana?!"Selena bingung harus menjawab apa. Tadi Ibu Kos juga bertanya hal yang sama, dan ia