Share

7

Penulis: Quinby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-31 15:49:06

"Nona" Sebuah suara membuyarkan konsentrasi Gladisa saat mengerjakan laporannya, Ia mengangkat palanya dan melihat jika Asisten pribadinya yang bernama Tiara yang memanggil namanya.

"Hei, selamat pagi, kau sudah datang rupanya."

Gladis melepas kacamata macanya dan kini menyapa balik Tiara.

Namun bukannya menjawab, Tiara malah menatap atasannya itu dengan khawatir.

"Nona, apa anda baik-baik saja? Kenapa wajah anda pucat, apa anda sakit?

Mendengar pertanyaan asisten pribadinya itu, sejenak Gladis merasa ragu sebelum menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak apa-apa, hanya saja mungkin aku kurang tidur kemarin malam." Kilahnya.

"Benarkah?" Namun Tiara tak serta Merta langsung percaya dengan jawaban yang di berikan Gladis. "Tapi wajah anda benar-benar sangat pucat Nona, apa perlu aku belikan obat atau mungkin kita ke dokter saja??" Tanyanya seraya berjalan mendekat ke arah meja kerja Gladis.

Wanita itu menggeleng seraya tersenyum lembut. "Aku benar-benar tidak apa-apa Ra. Apa agendaku hari ini?"

Gladis langsung mengubah topik pembicaraan dengan membahas pekerjaan, hingga membuat Tiara tidak punya pilihan untuk memberikan dokumen yang memang ia bawa masuk ke ruang kerja wanita itu.

Gladis menerimanya dengan laporan itu dengan mata yang fokus ke pada dokumen itu dan tangan yang terus membuka lembar demi lembar kertas yang berisi data rahasia perusahaan milik keluarganya.

Tiara yang masih berdiri di depan meja kerja Gladis masih menatap atasannya itu dengan khawatir. "Nona, bagaimana kalau anda pulang saja untuk istirahat, dan biarkan saya yang melakukan presentasi hari ini!"

Gladis kembali menggelengkan kepalanya. "Tidak usah Tiara, aku bisa melakukannya sendiri. Terimakasih atas perhatianmu ya!" Ucapnya dengan tulus. Kini wanita itu nampak tersenyum dengan metap wajah asisten pribadinya itu seraya menyatukan kedua tangannya di atas meja.

Bukan tanpa alasan Gladis menolak tawaran Tiara tadi. Ia merasa jika saat ini ia hanya kurang enak badan saja mungkin karena selepas sakit demam dan pengaruh dari kehamilannya yang sejak awal ingin ia sembunyikan.

"Ammmm, begini saja, bolehkan aku minta tolong ambilkan aku segelas air putih hangat Ra!! Sepertinya hanya itu yang aku butuhkan saat ini." Pinta Gladis yang langsung di sambut anggukan oleh Wanita itu dengan langsung berjalan keluar menuju pantry khusus petinggi perusahaan.

Selepas kepergian Tiara dari ruang kerjanya, Gladis langsung membereskan berkas-berkas dokumen pekerjaannya untuk ia bawa ke perusahaan milik suaminya. Namun sebelum itu ia akan melakukan meeting lebih dulu bersama Kliennya di lestoran yang terletak di dalam sebuah mall ya ada di pusat kota.

Tok tok tok

"Masuk!"

Pintu terbuka dan muncul-lah Tiara dari sana. "Nona, ini air putih hangatnya!" Ucap gadis itu dengan meletakan Satu gelas Air di atas meja. "Silahkan di minum dulu Nona, mumpung masih hangat." Imbuhnya.

Hati Gladis menghangat dengan perhatian yang di berikan asisten pribadinya itu, meskipun hanya berstatus sebagai bawahan Gladis, Tiara cukup kompeten dalam menghandle segala pekerjaannya. Bahkan gadis itu selalu perhatian terhadap kondisi Gladisa, contohnya saat ini. Dengan senang hati Gladisa meminum Air hangat itu beberapa teguk, ia cukup luas karena tubuhnya yang tadi sempat terasa kurang enak, kini merasa lebih baik.

"Bagaimana Nona, apa sudah mendingan?" tanya gadis itu sekali lagi guna memastikan.

Gladis tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, dia bahkan sudah bersiap untuk keluar dari ruangannya menuju Tempat meeting hari ini bersama

Kliennya. "Ayo kita pergi sekarang Ra! Tidak enak jika klien kita harus menunggu lama di sana." Ajaknya seraya melangkah keluar dari ruangannya , dengan membawa berkas-berkas yang tadi di berikan Tiara padanya.

"Biar saya bantu nona!" Tiara langsung menyambar beberapa mab yang di bawa Gladisa. Dan wanita itu tidak menolak sehingga dengan mudah Tiara mengambil alih berkas itu dari tangannya.

*******

Sesampainya di pusat perbelanjaan itu, Gladis dan tiap langsung menuju ke lestoran yang mereka janjikan untuk bertemu dengan Seorang klien yang meminta jasa perusahaan mereka untuk membuat sebuah gaun pengantin.

"Ah itu dia" Ucap Tiara dengan menunjuk seseorang yang tengah melambaikan tangannya ke pada mereka. Seorang wanita yang duduk di antara beberapa orang lainnya yang sepertinya juga tengah menunggu mereka untuk meeting hari ini.

"Selamat siang Nona Gladisa!" Ucap wanita sekitar seusianya itu dengan kepala yang sedikit Menunduk hormat.

Gladisa tersenyum ke arahnya. Kini ia dan Tiara duduk bersama tiga orang yang lainnya untuk membahas agenda hari ini. Ternyata klien yang kali ini memakai jasa mereka adalah dari jasa organizer pernikahan, mereka ingin memesan gaun untuk pengantin yang khusus meminta gaun dari butik milik Gladisa.

"Bagaimana, apa anda setuju dengan desainnya?" Tanya Tiara penuh percaya diri. Ia yakin klien mereka Kali ini akan suka dengan desain gaun pernikahan itu, mengingat itu adalah desain asli buatan Nona Gladisa sendiri.

"Wah ini sangat bagus nona," puji klien baru mereka itu. "Baiklah, saya akan tunjukan ini pada klien kami yang katanya juga akan sampai sebentar lagi!" Tuturnya seraya menutup desain yang baru saja di lihatnya itu

Namun dari kejauhan ia tidak sengaja melihat sosok perempuan berbaju putih tengah berjalan ke arah mereka, dan itu calon klien mereka. "Ah, itu dia datang juga." Ucapnya seraya menunjuk ke arah pintu masuk, di ikuti oleh Gladisa dan juga Tiara yang langsung terbelalak lebar.

Sekujur tubuh Gladisa sontak membeku, Clara berjalan dengan anggunnya menuju ke arah mereka yang duduk di bangku paling sudut lestoran itu. Sebelum Gladisa bereaksi apa-apa tiba-tiba Clara datang memeluk dirinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mengharap Cinta Sepupuku    147

    Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala

  • Mengharap Cinta Sepupuku    144

    Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku

  • Mengharap Cinta Sepupuku    143

    Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru

  • Mengharap Cinta Sepupuku    142

    Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa

  • Mengharap Cinta Sepupuku    141

    Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k

  • Mengharap Cinta Sepupuku    140

    "Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status