Share

6

Author: Quinby
last update Last Updated: 2024-05-30 16:11:48

"Dari mana saja kau dia hari tidak pulang, Hm? Menurutmu apakah wajar seperti wanita bersuami pergi dari rumah berhari-hari tanpa mengabari suaminya sendiri?" Cecar Nathan hingga membuat Gladis menghela nafasnya kasar

"Ada apa ini?" Tiba-tiba nyonya Naira datang dengan menenteng beberapa Paper bag di tangannya.

"Mom, kenapa mom sudah pulang?" Tanya Nathan seraya melihat ke arah jam tangan mewah yang bertengger kokoh di lengan kanannya. "Ini baru jam 10 pagi, tapi tumben sekali mommy sudah pulang. Memangnya apa ada yang ketinggalan?" Imbuhnya lagi

PLAK

Bukannya menjawab pertanyaan putranya, nyonya Naira malah menganyunkan satu buah tamparan keras ke arah pipi sang putra.

Sontak Nathan langsung memegangi pipinya yang terasa kebas. Sejak kemarin ia terus mendapatkan tamparan keras dari mommy dan Daddynya dengan alasan yang sulit ia terima. "Ada apa Mom, kenapa mommy memukulku?" Ucap Nathan dengan suara yang meninggi.

"Kau tanya ada apa? Dimana saja kau hah? Seharusnya kau yang menjemput istrimu! Sesibuk apa kau hingga tidak mau menanyakan kabar istrimu sendiri? Kenapa kau malah menyuruh asisten pribadimu yang menjaga istrimu di rumah sakit hah?" Sepeti kesetanan, nyonya Naira mencecar semua pertanyaan itu pada sang putra hingga mendesak Nathan untuk berjalan mundur.

"A--Apa? AHhhhhh itu mom, ma---maaf aku kemarin mabuk mom, jadi aku-------" ucapan Nathan terputus karena Gladis memotong kata-katanya.

"Tidak apa-apa Mom, kak Nathan kan kemarin sudah menjengukku, mungkin saja ia sedang banyak pikiran soal kantor, aku tidak mau membuatnya lelah jika harus menjemput juga! lagi pula Ia sudah menyuruh asisten Yuda untuk menjemputmu kan." Ucap Gladis memberi alasan.

"Benarkah? Kalian tidak sedang menipu mommy kan?" Tanya nyonya Naira penuh selidik. Agaknya nyonya Naira masih sedikit curiga dan belum sepenuhnya percaya dengan apa yang di katakan oleh menantunya itu.

Sikap Nathan yang begitu tegang saat ini membuatnya sangat sulit untuk percaya begitu saja, pasalnya yang ia tau saat ini gadis licik yang sudah di usir dari keluarganya itu tengah kembali ke Indonesia. Tentu saja hal itu menjadi ancaman hubungan Putranya dengan sang menantu, kali ini nyonya Naira tidak bisa percaya begitu saja dan akan meminta ke pada sang suami untuk mengawasi putranya.

"Baiklah, kali ini mommy percaya pada kalian, namun jika sampai kalian berbohong maka mommy tidak akan segan-segan menghukum mu!!" Setelah mengatakan itu nyonya Naira memutuskan untuk masuk kedalam ,namun lebih dulu ia tidak lupa menitipkan paper bag berisi baju dan makanan Menantunya ke pada asisten rumah tangganya yang ada di sana.

Setelah kepergian Nyonya Naira, Nathan sontak langsung menghela nafasnya dengan sangat kasar. Ia lega karena sang mommy tidak mencurigai dirinya, sepertinya Gladis tidak mengatakan apapun soal kejadian malam itu kepada Mommynya hingga wanita paruh baya itu tidak membahasnya tadi.

Nathan melangkah untuk keluar dari rumahnya, hari ini ia harus meeting ke pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota. Apalagi Ia juga sudah berjanji akan bertemu clara di sana setelah acara Meeting Nya selesai nanti. Namun tiba-tiba Nathan memutuskan berhenti di samping tubuh Gladisa seraya menatap ke arahnya. "Dengar, jangan kau pikir aku tersentuh dengan bantuanmu tadi nona. Sungguh aku bahkan semakin jijik dengan sifatmu yang bermuka dua itu!" Setelah puas menghina istrinya sendiri, Nathan memutuskan untuk melanjutkan langkahnya keluar menuju mobil mewahnya meninggalkan Gladisa berdiri sendiri dengan termenung.

Tanpa sadar Air mata Gladis menetes membasahi pipinya yang mulai chubby, Apa yang harus ia lakukan setelah ini? mengingat seiring usia kandungannya bertambah, maka perutnya akan semakin besar dan akan sulit untuk menyembunyikannya dari sang suami dan keluarganya. "Mungkinkan ini Akhirnya aku harus menyerah?" Ucapnya lirih seraya mengusap air matanya dengan kasar.

******

Hingga sampai malam harinya pun, ketika makan malam bersama, Nathan belum juga kembali ke rumahnya. Padahal Ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya, hingga pada akhirnya membuat Tuan Aiden Collins menyudahi makan malamnya meskipun makanan di atas piringnya belum benar-benar habis. "Dimana suamimu?" Tanyanya pada Gladis yang nampak malas-malasan menikmati makan malamnya.

mendapatkan pertanyaan seperti itu dari mertuanya, tentu saja membuat Gladis bingung harus memberikan jawaban apa? mengingat ia sendiri tidak tau di mana keberadaan suaminya itu sekarang.

Melihat wajah panik menantunya, agaknya Nyonya Naira menghela nafasnya perlahan, sepetinya dugaannya benar ada yang tidak beres dalam hubungan Putra dan menantunya itu saat ini. mengingat sejak kemarin Nathan seperti tidak betah berada di rumah, dan lebih anehnya lagi, tadi pagi tak sengaja ia seperti melihat ada gurat ketegangan di antar keduanya saat kepulangan Gladis dari rumah sakit

Setelah sukses lolos dari begitu banyak pertanyaan yang di ajukan oleh mertuanya, Kini Gladis berangkat menuju kantor di antar oleh sopir keluarga Collins. sepertinya kedua mertuanya masih belum bisa tenang jika mengijinkan dirinya untuk mengendarai mobil sendiri.

Mobil ber-cat putih dengan merk ternama itu kini sudah sampai di Perusahan Fashion Milik Collins.Drc namun sepertinya Gladis belum juga sadar akan hal itu. sejak tadi ia diam tak bergeming dengan tubuh yang bersandar di kepala kursi mobil bagian belakang, dengan sorot mata mengarah keluar Jendela.

Sang sopir yang merasa ada yang aneh, akhirnya memutuskan untuk menegur Nona mudanya itu karena dari arah belakang sudah ada beberapa mobil yang mengantri untuk bergantian menurunkan penumpang.

EHEm

"Maaf nona, Kita sudah sampai." Ucapnya seraya menatap Gladis dari kaca spion tengah.

Gladis yang kaget, sontak bertingkah seperti orang linglung baru sadar dari lamunan panjangnya. "Eh iya pak, maaf, Saking menikmati suasana." kilahnya seraya menyampirkan rambutnya ke belakang telinga. Ketara sekali jika ia sedang berbohong namun pak Endang sama sekali tidak berniat untuk ikut campur dengan urusan atasannya itu. "Saya masuk dulu ya pak!" imbuh Gladys yang sudah membuka pintu untuk turun dari mobil.

Pak Endang tersenyum seraya mengangguk mengiyakan, Setelah itu ia langsung tancap gas pergi kembali menuju kediaman Collins setelah selesai tugasnya mengantar sang Nona muda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengharap Cinta Sepupuku    147

    Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala

  • Mengharap Cinta Sepupuku    144

    Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku

  • Mengharap Cinta Sepupuku    143

    Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru

  • Mengharap Cinta Sepupuku    142

    Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa

  • Mengharap Cinta Sepupuku    141

    Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k

  • Mengharap Cinta Sepupuku    140

    "Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status