"Diam dan jangan banyak bicara, awas jika kakak berani bicara pada semua orang yang ada di sini maka aku tidak akan segan-segan menyakiti Mommy!" Ancamnya dengan tersenyum Smirk. "Buat asisten pribadimu ini diam selagi aku mengatur semuanya!" imbuhnya lagi.
Gladisa sontak semakin membeku mendengar ancaman itu, apalagi melalui belakang tubuh Clara ia melihat dengan jelas ada seseorang yang sangat ia kenal juga berjalan ke arah mereka. Sepertinya Pria itu belum sadar jika di sana ada Gladisa dan juga Tiara yang tengah terperangah tak percaya. Setelah beberapa langkah semakin dekat, barulah Nathaniel sadar jika yang berada di depannya adalah sosok yang selama ini ia benci, sosok yang tengah berpelukan dengan wanita yang sangat ia cintai. "Gladis" Gumamnya lirih. Sedangkan Asisten Yuda terlihat biasa saja saat berdiri di belakang Atasannya itu, menurutnya cepat atau lambat Nona Gladis harus tau seberapa besar kedua orang yang selama ini ia cintai itu di belakangnya. Di tengah kebingungan Gladisa. Tiara pun melangkah maju untuk menyadarkan atasannya itu agar segera bertindak melakukan sesuatu apa saja yang bisa mempertahankan harga dirinya saat ini. "Mau apa kau?" Kini Clara melepaskan pelukannya dari tubuh Gladisa, namun tatapan matanya seakan ingin membunuh Tiara yang mencoba untuk memprovokasi makanya. "Kau lakukan atau aku yang melakukannya sendiri??" Ucapnya dengan berbisik di samping telinga Gladisa. "Mundur Ra, jangan ikut campur!" pinta Gladisa yang sedang menahan tangis. "Tapi nona, saya--" Sontak Gladis menyela ucapan Tiara yang pastinya ingin membantah ucapannya, namun ia tak ada pilihan lain, ia tidak mau jika Mommynya menjadi korban keegoisan kedua putrinya yang berebut satu orang pria hanya untuk menjadi pemenang. Padahal sejak awal dia sendiri tau jika Clara lah yang menjadi pemenang di hati Suaminya. Karena merasa ada yang tidak beres, tentu saja membuat anggota Mua yang akan bekerja sama dengan kakak beradik itu, otomatis memberanikan diri untuk bertanya. "Hei, ada apa ini? Kenapa semua orang jadi tegang?" Seketika itu pula Gladis langsung menghapus Air matanya yang hampir menetes. pergerakan Wanita cantik itu terbaca jelas di mata Asisten Yuda dan juga Tiara yang menahan geram. sontak keduanya pun saling pandang dengan tatapan misterius. "Tolong jangan terlalu tegang, silahkan duduk!" pinta sang Mua yang memang saat ini menjadi tuan rumahnya, Karena pekerjaannya kaki ini yang mengundang Gladis sebagai Designer baju, serta Clara sebagai seorang calon pengantin wanita yang akan memakai jasa mereka. Setelah semua orang terlihat sudah duduk dengan pikiran masing-masing. Sang Mua yang berjenis kelamin laki-laki kemayu itu kini tengah membuka kliping yang sudah ia siapkan agar di lihat oleh Clara dan calon suaminya. "Apa ini sudah siap semua?" tanyanya pada Ivan, nama sang Mua. "Sudah, tinggal anda setujui saja desain baju yang baru Nona Gladis buatkan untuk anda itu nona!" Ucapnya dengan penuh percaya diri . "Baguslah, aku ingin semuanya berjalan lancar dan begitu istimewa di hari bahagia kami nanti. Ya kan sayang.?" Ucap Klara, lalu memeluk lengan Nathan yang saat ini duduk di sampingnya Deg. Betapa terkejutnya Gladisa saat baru mengetahui fakta jika sang suami akan menikahi adik kandungnya sendiri, tapi bagaimana bisa mereka melakukan itu semua, sementara masih ada dirinya yang menjadi istri sah seorang Nathaniel Collins Haditama. Sementara itu, Tiara sangat menyadari perubahan sikap Gladis yang mulai menegang, gadis itu memegangi tengan Gladisa untuk menenangkan hatinya. Mau bagaimana pun ia tidak berani berbuat macam-macam karena dia takut akan berakibat buruk pada kariernya nanti. Gladis nampak menatap Tiara, lalu mengangguk lemah. Sepertinya Wanita itu sudah mulai merasa kurang sehat hingga memberi kode kepada Mua Ivan untuk pergi terlebih dahulu. "Ahhh, maaf sepertinya kami harus segera pergi, karena nona Gladis sedang tidak enak badan hari ini. Kami harus memeriksakan kesehatannya setelah ini!!" Pamit Tiara, lalu membantu Gladis untuk berdiri dan membawanya segera pergi. Ia juga ingin meminta penjelasan pada Atasannya itu sebenarnya apa yang sudah terjadi? Bagaimana bisa tuan Nathan ingin menikah lagi? Apalagi menikahnya dengan adik kandung nona Gladisa sendiri. Sepeninggal Gladis dan Tiara, Nathan tentu saja mudah memahami situasi dengan cepat. Karena takut Gladisa salah paham, ia harus segera menjelaskan semua ini padanya sebelum seluruh keluarga mereka tau apa yang sudah terjadi. bahkan sebenarnya ia sendiri tidak tau jika Clara membuat acara pertemuan seperti itu tanpa ijin darinya. terlebih, ini menyangkut sebuah acara pernikahan. "Yud, kita pergi sekarang!" Ucapnya, lalu bangkit dari duduknya untuk keluar. Namun siapa sangka Clara lebih cepat menahan Tangannya hingga membuat Nathan terpaksa menghentikan langkahnya, seraya menoleh ke arah wanita yang di cintanya itu. "Mau kemana? Kau baru saja datang, kita bicara dulu dengan Ivan!" Pintanya tanpa membalas tatapan Sang pria.Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk