Share

Bab 5

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-07 11:18:38

"Apa menurutmu baiknya kuberitahu mertua?"

"Jangan, Ning. Itu hanya akan memperkeruh keadaan. Semua ada waktunya, kita tidak boleh bertindak ceroboh. Sekarang aku tanya, kamu tahu, tidak akun F******k Ainun?"

Aku memutar otak mencoba mengingat-ingat. Nihil, tidak ada hasil. Akan tetapi, tidak sampai di situ karena Melinda memintaku buka aplikasi berlogo F itu dan mencari pertemanan.

Ternyata benar berteman. Bukan hanya aku, Mas Agung pun adalah teman yang sama dengannya. Sedikit aneh, tetapi mungkin wajar karena tetanggaan.

"Coba kepoin akun Ainun!" perintah Melinda.

Aku langsung menurut dan membaca bio terlebih dahulu. Tidak ada yang menimbulkan kecurigaan karena hanya nama Mas Haiqal Anwar yang tertera di sana.

Layar beranda aku geser ke atas untuk melihat status paling bawah. Ada beberapa berita viral yang di-share. Namun, mata tertuju pada sebuah foto.

"Ainun sudah punya anak?" gumamku.

Melinda merampas benda pipih itu. Sayang sekali wajah anaknya ditutupi dengan stiker. Namanya Fatir Haiqal Anwar.

Sekarang tangan Melinda yang men-scroll beranda, sementara aku mengamati dengan menajamkan pandangan. Masih tidak ada hal mencurigakan, aku jadi jenuh dibuatnya.

"Ningsih!"

"Apa?"

"Lihat deh!" Ponsel diarahkan Melinda tepat di depan wajahku. Sebuah status dari Ainun tepat satu minggu yang lalu.

"Aku dan anak kita selalu merindukan belaian kamu, Mas. Kapan kita bisa jalan-jalan bareng lagi? Setiap malam aku berpikir bagaimana cara agar selalu ada dalam dekapanmu." Aku membaca status itu dengan dada bergemuruh hebat.

Ada satu komentar yang tidak mendapat balasan. Akun itu adalah milik Mas Agung. Hanya ada dua kata berulang, tetapi berhasil menohok hati.

'Cie-cie!'. Seperti itu komentarnya, Ainun pun menanggapi dengan ikon peduli.

"Aku rasa status itu tidak tertuju ada Mas Haiqal, Lin."

"Pintar! Kita sepemikiran dan aku yakin itu untuk Mas Agung. Lihat saja komentarnya, sekalipun tidak dibalas tetap saja ada tanggapan. Kita tidak tahu, bisa saja berlanjut di inbox untuk menyembuyikan kedok mereka."

"Tapi ada kata 'anak kita', Lin. Gak mungkin banget kalau mereka sudah punya anak." Lisan berucap demikian, tetapi hati yakin kalau memang status itu ditujukan pada Mas Agung.

"Tidak ada yang tidak mungkin, Ning. Bagaimana pun, kita harus bergerak cepat. Entah siapa perempuan yang menghuni hati suamimu, apakah istri atau selingkuhannya?"

Mataku mengerjap beberapa kali tidak percaya dengan fakta yang ada. Bayangan masa lalu ketika Mas Agung meminang kembali mengusik pikiran.

Kala itu dia datang ke rumah dengan sangat berani meminta restu kepada bapak padahal sudah kukatakan untuk menunggu beberapa saat. Kejadian itu membuatku yakin kalau Mas Agung sosok bertanggung jawab pada perempuan.

Tidak ada pacaran yang melibatkan kami pada zina, semua berjalan mulus. Pada hari pernikahan aku menangis bahagia karena akhirnya ada lelaki yang akan menjadi sandaran saat hati menyimpan luka.

Pada akhirnya, bahu tempat bersandar itu telah berpaling pada perempuan lain. Tidak ada lagi sosok Mas Agung yang menenangkan hati kala gundah karena sejatinya dia sendiri yang menggores luka yang sangat dalam di hati kecilku.

"Kamu harus kuat, kita pasti menang!" hibur Melinda.

"Bagaimana dengan harta ketika kami cerai, Lin? Biasanya para istri akan memiskinkan suaminya lebih dulu." Aku tertarik meniru gaya mereka.

"Itu tidak penting, kamu berhak bahagia dengan caramu. Tuhan bisa memiskinkan Mas Agung jika Dia sudah berkehendak. Satu hal yang harus kita utamakan selain membongkar kedok mereka adalah bagaimana cara agar kamu dan anak di kandunganmu selalu sehat." Melinda menghapus jejak pada pipi.

***

Berbagai channel Televisi telah aku tonton karena jenuh menunggu Mas Agung pulang. Rasanya detik waktu bergerak sangat lambat, apalagi sudah satu jam lalu Melinda pulang.

Dia tidak mau ketahuan Mas Agung kalau sering main ke sini, jangan sampai bisa membaca gerak-gerik kami. Aku bersandar pada tembok sambil menikmati cemilan sebelum akhirnya mendengar deru mobil memasuki halaman rumah.

Aku segera berdiri, kaki pun mengayun cepat ke depan. Begitu pintu utama terbuka, aku terkejut dengan pemandangan barusan. Ainun ikut pulang dengan Mas Agung. Mereka saling melambai seolah enggan berpisah.

"Mas?"

Mas Agung terkejut. "Ningsih? Kenapa kamu di sini?"

"Harusnya aku yang bertanya, Mas, kenapa kamu bisa pulang sama Ainun?"

"Itu ... anu ...."

"Apa, Mas?" Suaraku bergetar karena emosi yang memuncak.

"Tadi mas melihat Ainun di jalan sendirian, jadi karena kita tetangga maka aku menawari tumpangan. Soal tadi, kamu jangan salah paham, Ainun sedang bahagia karena ... anu, Dek."

Aku mencium gelagat aneh sekarang. Mas Agung terlihat memutar otak. Bibirnya bergerak, tetapi tidak mengeluarkan suara. Dia pasti bingung mau menjawab apa.

"Karena ada voucher gratis ongkir di akun market place-nya. Iya, voucher." Mas Agung tersenyum kikuk sambil menggaruk kepala.

Teringat pesan Melinda agar aku bisa menguasai diri, jadi Mas Agung diloloskan kali ini. Tepat pada waktunya, semua akan berubah. Ketika kebohongan terkuak, suamiku tercinta itu akan merasakan malu yang luar biasa.

"Oh, gitu. Ya sudah, masuk, Mas. Kamu harus mandi karena bau keringat!"

Mas Agung mengangguk. Aku sengaja melakukan itu agar bisa mengecek Ainun siapa yang menghuni hati Mas Agung sekarang.

Sesampainya di kamar, dia meletakkan tas di tempat tidur, lalu masuk kamar mandir dengan handuk bertengger di bahunya.

Begitu pintu kamar mandi tertutup dan aku mendengar percikan air, tas itu kuraih dan membuka resletingnya. Ponsel Mas Agung tersimpan rapi di sana dan itu berhasil menciptakan senyum di bibirku.

"Mati kamu, Mas!" gumamku pelan.

Setelah masuk setelan dan memasang sidik jari lagi, aku kembali membuka akun What$app tanpa lupa mengaktifkan data seluler.

Beberapa pesan dari Ainun masuk, tetapi aku tidak berniat membukanya. Fokusku saat ini adalah mengecek foto profil. Betapa terkejutnya hati ketika melihat foto itu. Benar, dia Ainun istri Mas Haiqal.

Pesan darinya kubaca dari luar, dia mengirim pesan mengingatkan untuk video call malam nanti. Aku tidak habis pikir bagaimana seorang istri mengkhianati suaminya.

"Dek, ambilin sampo. Stoknya habis!" teriak Mas Agung dari dalam kamar mandi.

"Iya, Mas. Bentar!" sahutku sambil menghapus sidik jari kedua, lalu memasukkan ponsel itu ke tempat semula.

Perselingkuhan Mas Agung sudah semakin jelas bahkan katanya punya anak dari status Facebo0k yang aku lihat tadi. Baiklah, kita akan melihat sejauh mana mereka berhasil menyimpan bau busuk itu dalam ketiaknya.

"Dek, lama amat!" protes Mas Agung.

Aku pun membuka laci nakas dan mengambil sebotol sampo. Kaki melangkah cepat mendekati pintu kamar mandi. Sesampainya di sana, aku menendang pintu itu kasar. "Nih, samponya!" teriakku ketika melihat wajah Mas Agung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
Ayuk Ningsih kumpullin buktinya dan permalukan mereka berdua Ningsih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menguak Kebohongan Suamiku   Bab 30

    Itu suara ayah mertua. Untung saja Mas Darwis sudah duduk di sisiku. Mereka serentak menjawab salam bersamaan dengan ibu mertua yang keluar membawa Fatir. "Anak siapa itu, mirip sekali sama Agung?" Pertanyaan ayah meyakinkan diri ini kalau dia belum pernah bertemu Fatir atau sekadar mengetahui perselingkuhan anaknya. Memang sejak awal menjadi menantu di rumah ini, ayah bilang sudah menganggap aku sebagai putri sendiri. Terbukti, dia selalu melarangku melakukan pekerjaan rumah dengan dalih seorang putri terkadang harus dimanjakan. Namun, aku hanya menanggapi dengan senyum, lalu membantu ibu di dapur. "Ningsih, datang kenapa gak bilang-bilang? Agung bilang kamu ngidamnya itu tidak mau melihat muka suami, makanya mama sama mas kamu datang. Sekarang sudah rindu?" Ayah mertua bertanya dengan nada menggoda. Sepertinya memang belum tahu keadaan yang sebenarnya. Senyum lelaki berperut besar itu merekah sempurna apalagi setelah melihat perutku. Dia berdoa agar anak ini sehat wal afiat. "M

  • Menguak Kebohongan Suamiku   Bab 29

    "Bukan urusan aku?!" Melinda tersenyum sinis. "Sejak sebelum kamu menikahi Ningsih, dia memang sahabat aku. Jadi, urusan dia, urusan aku juga!""Mema–""Bayar duit aku kalau kamu masih punya muka!" kataku ketus.Sekarang bukan masanya menghargai suami yang telah menipu dan menghancurkan masa depan kita. Persetan pula dengan rasa cinta, semuanya sudah lenyap.Aku berusaha kuat bukan karena tidak ingin dikata perempuan lemah dan bodoh, tetapi memang ingin menguak kebenaran. Tidak mungkin kita terus mengagungkan cinta pada lelaki penipu."Beri aku waktu, Ning. Selama ini kan kamu juga menikmati gaji aku," lirih Mas Agung.Aku heran kenapa dia bisa memelankan suara sekaligus merubah ekspresi padahal tadi angkuh sekali. Suara hati menolak tegas untuk mengasihaninya."Aku menikmati uangmu, kamu menikmati tubuhku. Ini bukan tentang pelacuran, tetapi nafkah! Kamu pikir nafkah batin cuma perkara hubungan badan? Hati istri juga harus dipikirin, Mas. Lah gimana kamu mau mikirin istri kalau terny

  • Menguak Kebohongan Suamiku   Bab 28

    Ditemani Mas Darwis dan Melinda, aku benar-benar meluncur ke rumah ibu mertua sementara mama menjaga rumah sekaligus mencari tahu info tentang Ainun.Aku sengaja duduk di belakang bersama Melinda agar dia tidak canggung-canggung amat. Dalam perjalanan, kami menonton video di beberapa aplikasi."Viral!" pekik Melinda ketika aku baru saja menoleh ke jendela samping kiri."Apa yang viral?"Melinda tidak menjawab karena bibirnya melengkungkan senyum yang merekah indah. Aku lihat itu postingan Bu Yuyun di Facebo0k waktu di rumah Pak RT tadi.Ada ribuan komentar, ribuan laik bahkan ratusan orang yang share tanpa izin. Beragam kalimat umpatan dan sumpah serapah tertuju pada Ainun dan Mas Agung."Mereka memang pantas mendapatkan itu, Lin," kataku kemudian.Bahkan kalau bisa lebih dari itu. Mas Agung telah berani menghancurkan masa depanku. Sekolah yang aku perjuangkan selama bertahun-tahun terasa sia-sia. Namun, tidak mengapa karena pasti ada hikmah di balik semua ini.Aku harus kuat demi ana

  • Menguak Kebohongan Suamiku   Bab 27

    "Kamu menikahi aku dengan pura-pura menjadi laki-laki baik padahal itu semua untuk menutupi aib kamu. Berulang kali aku memergokimu teleponan sama Ainun dan kamu pikir aku gak merekam dan mengambil fotomu, Mas?!" Aku membuang napas perlahan. "Semua bukti ada di ponselku!""Tenang, Bu," kata Pak RT. Kali ini sepertinya dia lebih simpatik sama aku."Berhari-hari aku menyimpan sesak sendirian, Mas. Aku terluka, batinku tersiksa dalam keadaan hamil begini. Kamu itu suami pezina dan tidak pantas punya muka!" teriakku lagi sambil memukul kepalanya."Astagfirullah, ternyata Fatir itu bukan anaknya Haiqal!" tukas Bu Ana.Aku berdiri dari kursi, lalu menunjuk wajah Ainun dan Mas Agung bergantian. "Kalian pikir aku ini bodoh apa?! Setiap Ainun datang ke rumah minta nebeng, aku tahu kalau itu cuma modus. Makanya aku berusaha bersabar. Kalian brengsek!" pekikku.Bu RT langsung membawaku dalam pelukannya meminta agar bisa sedikit tenang apalagi sedang mengandung. Kalau saja tidak berdosa, sudah la

  • Menguak Kebohongan Suamiku   Bab 26

    Di rumah Pak RT tidak begitu ramai, hanya ada istrinya juga semua orang yang ada di rumah. Jantung sedikit berdegup lebih cepat ketika melirik pada Ainun yang menajamkan pandangan serupa elang yang mencari mangsa.Aku tidak takut padanya, hanya enggan mencari ribut. Sejak dulu aku benci perdebatan dan juga masalah, tetapi sekarang masalah datang dengan kapasitas yang sangat besar.Sampai aku tidak bisa lari. Sampai aku tidak bisa mengelak. Sampai aku sering merasa kalah."Jadi benar kalau Ningsih selingkuh dengan Haiqal, sementara Agung dengan Ainun?" tanya Pak RT. Dia menatap penuh intimidasi."Ya enggaklah, Pak. Yang bener itu Ningsih berusaha ngerebut suami aku," jawab Ainun dengan tawa meremehkan.Tatapannya yang seperti sedang mengejek semakin membangkitkan rasa semangat dan keberanianku untuk mempermalukan mereka di sini. Biar saja viral karena aku tahu, Bu Yuyun sedang menyalakan kamera."Bohong!" elakku tegas."Tunjukkan bukti-bukti. Kalian tidak bisa menuduh atau mengelak tan

  • Menguak Kebohongan Suamiku   Bab 25

    "Menduakan apa? Aku gak ngerti, Gung, kenapa kamu datang dengan muka sepucat itu seperti habis dikejar setan aja!" cebik Mas Darwis. "Eh?" Mas Agung tersentak. Keringat di pelipisnya semakin banyak. Bibir itu gemetar, tetapi berusaha dia tutupi dengan melipatnya kuat-kuat. Aku tertawa pelan melihat reaksi Mas Agung. Dia pasti mengira aku sudah cerita semuanya pada masku. Ya memang belum sih, tetapi tetap saja dia sudah tahu karena mendapat inbox itu. Namun, melihat adegan ini membuatku ragu kalau pemilik akun itu adalah Mas Agung. Tidak mungkin dia sebodoh itu sampai ketar-ketir padahal sudah memberi tahu Mas Darwis. Tersangka selanjutnya adalah Ainun. Ah, entahlah. Bisa jadi perempuan itu sengaja menyewa seseorang untuk memata-matai kami sampai akhirnya bercerai karena diadu domba. "Tadi kamu bilang apa, Mas? Berpaling pada Mas Haiqal?" Aku tersenyum miring. "Sejak kapan aku suka sama suami orang? Aku juga masih punya harga diri." "Memang kamu suka sama Haiqal, kan?" Mas Agung m

  • Menguak Kebohongan Suamiku   Bab 24

    "Gak ada bukti?" tanya Melinda dengan tatapan mengejek. "Kalau aku tunjukkan bukti, kamu bakal percaya gak?""Sudah, sudah. Tante percaya sama kamu, Melinda. Bagaimana pun selama ini kamu lah yang menjadi tempat Ningsih berkeluh kesah," sela mama.Mas Darwis yang hendak bicara lagi mendapat cubitan kecil. Aku ingin terbahak, tetapi sungkan juga. Sekalipun kami adalah saudara kandung, entah kenapa aku merasa segan padanya.Ponsel Mas Agung berdering, dia langsung menjauh ketika panggilan itu terhubung. Sementara kami hanya bisa saling diam tanpa kata, mama mengimbangi dengan menyuguhkan roti yang dibeli di perjalanan tadi."Ma, aku pergi sebentar ada urusan mendadak!" pamit Mas Agung tanpa sopan santun.Dia bahkan menghilang sebelum mendapat anggukan dari mertuanya. Aku tersenyum miring mendapati hinaan seperti ini. Siapa lagi yang bisa membuatnya buru-buru seperti itu kalau bukan Ainun.Mas Darwis langsung menghujaniku dengan banyak pertanyaan. Tentang bagaimana bisa aku selingkuh dal

  • Menguak Kebohongan Suamiku   Bab 23

    Sesampainya di rumah diantar Melinda, aku terkejut dengan keberadaan Mas Agung di ambang pintu. Dia terlihat marah sekali.Melinda pun tidak jadi pamit dan ingin mampir sebentar, dia khawatir aku disakiti suami seperti kemarin-kemarin apalagi sedang fisik lemah karena mengandung."Ada apa, Mas?""Kenapa Melinda pamit?!" ketusnya."Mas, kita masuk dulu. Gak enak didengar tetangga!" perintahku sambil mendorong tubuhnya ke belakang.Untung saja saat ini dia menurut atau aku akan kecoplosan duluan jika dipermalukan di depan rumah sementara ada tetangga yang suka menguping pembicaraan orang lain until dijadikan bahan gosip."Mas, biar aku yang jelaskan. Aku singgah ke sini jujur karena khawatir kamu memukul Ningsih lagi. Apa kamu lupa kalau kekerasan dalam rumah tangga itu ada jerat hukum sendiri?""Heh, Lin! Mau aku pukul si Ningsih ini, mau aku tendang dia atau habisi nyawanya, itu bukan urusan kamu! Dia istriku dan aku pantas mendidiknya!"Melinda geram mendapat respon demikian. "Jelas

  • Menguak Kebohongan Suamiku   Bab 22

    Setelah menunggu selama tiga minggu beriring deraian air mata karana terus menerus dimarahi Mas Agung, akhirnya hasil tes DNA sudah ada di tangan Mas Haiqal. Selama ini aku pura-pura mengalah dan lugu sesuai perintah Melinda apalagi setiap bertemu Mas Haiqal untuk membicarakan rencana selanjutnya, pasti akun fake itu mengambil gambar kami. Pertengkaran pun kerap terjadi ketika aku hilang kesabaran menghadapi Mas Agung yang selalu membahas perselingkuhan dengan suami tetangga. Sore itu tepat tiga hari lalu, aku hampir dipukul pakai sapu kalau saja Mas Haiqal tidak datang menolong. "Sekali lagi kamu ketemu sama Haiqal, aku laporin perselingkuhan ini ke orangtua kamu!" ancam Mas Agung saat itu dengan mata merah penuh amarah. "Jangan, Mas. Aku ndak selingkuh sama Mas Haiqal, cuma temenen doang." "Berani kamu ngelawan?!" bentaknya. Cih, aku tertawa dalam hati melihat Mas Agung marah karena istrinya sering bertemu lelaki lain. Bahkan gajinya pun disimpan sendiri, kebutuhan dapur hanya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status