Share

Episode 5

"Lin May, kenapa aku bahkan tidak tahu jika saat ini ada perjamuan?" tanya Ran Xieya. Dia sembari menoleh pada Lin May. Senyumnya jadi hambar karena tidak tahu mengenai perjamuan Permaisuri yang ternyata sedang hamil.

Lin May mengelus pundak Ran Xieya. "Lin May paham, ingatan Tuan Putri memang payah," hibur Lin May.

"Aiya ... kau seperti mengolokku," sahut Ran Xieya sembari meringis pelan.

Lin May menggeleng. "Itu katamu sendiri, Yang Mulia," ungkap Lin May.

Ah benar juga, batin Ran Xieya. Dia pun terkekeh pada Lin May. "Ayo kita keluar dari aula ini, jujur saja aku benci tatapan mereka padaku," bisik Ran Xieya sembari beranjak berdiri.

"Mari kita kembali ke kamarmu, Yang Mulia," sahut Lin May.

Beberapa langkah lagi kedua gadis ini akan tiba di depan pintu kamar Ran Xieya. Gadis itu sudah mengeluh lapar. “Kenapa kamarku sangat jauh dari aula itu? aku merasa mengelilingi lapangan stadium,” ucap Ran Xieya mengeluh.

Biarpun Lin May tak terlalu mengerti dengan ucapan Ran Xieya tetapi dia tetap memilih untuk memaklumi tuannya ini. “Sabarlah tuan puteri sebentar lagi kita sampai," sahut Lin May.

Bruk! Keduanya sama-sama tersentak kaget ketika tubuh mengenaskan seorang pelayan terlempar tepat di depan mereka. Tubuh Pelayan malang itu menghantam pilar salah satu istana ketika Ran Xieya dan Lin May baru saja hendak berjalan melintasi koridor istana ini.

Lin May membelalakkan kedua matanya. "Siluman Serigala!" teriak Lin May. Gadis itu bergetar ketakutan ketika menatap sosok Siluman Serigala sudah menghadang Ran Xieya dan Lin May.

Ran Xieya langsung menelaah situasi di sekitarnya. Dia melihat serakan tubuh beberapa pelayan dan pengawal yang tergeletak di sepanjang koridor Istana. Ran Xieya sudah menduga jika mahluk serigala buas itu sudah lebih dulu menghabisi orang-orang yang kebetulan melintas. Jika melarikan diri, serigala itu malah akan memakan korban lainnya tapi jika melawan apakah tubuh lemah Ran Xieya ini sanggup? batin Ran Xieya.

“Bagaimana mereka bisa menembus perisai pelindung istana?” gumam Lin May.

Sosok serigala buas yang menyeramkan itu mulai melangkah mendekati mereka. "Argh," erang Serigala. Mahluk itu membuka mulutnya yang menampaki gigi dengan dengan ceceran cairan merah yang menetes di sepanjang lantai kayu akasia ini.

"Yang Mulia, larilah!" jerit Lin May sembari menghadang Ran Xieya. Lin May berdiri di depan Ran Xieya dengan tubuhnya yang bergetar ketakutan.

Ran Xieya tersenyum miring. Dia tak akan menjadikan Lin May sebagai tameng hidupnya. Ran Xieya melihat Serigala yang melesat cepat hendak menerkam mereka. Gawat, jika saja ada benda yang bisa menahannya, batin Ran Xieya. Anehnya tangan kanan Ran Xieya malah meraih tusuk rambutnya sendiri.

Trang!

Lin May yang semula hanya bisa menunduk ketakutan sembari menutup kedua matanya. Kilatan benda yang tajam menyilaukan kedua mata Lin May. Dia sendiri merasa heran sampai detik ini tubuhnya masih baik-baik saja. Lin May dengan seluruh keberanian yang sedikit terkumpul membuka kedua kelopak matanya. Dia pun terkejut mendapati Ran Xieya yang menangkis kedua tangan berkuku tajam milik sosok siluman serigala itu dengan sebuah pedang.

"Cepat pergi dari sini!" perintah Ran Xieya. Kedua tangannya dengan kokoh menahan serangan Serigala dengan pedangnya. "Jangan banyak tanya lagi, aku tak tahu darimana datangnya pedang ini," ucap Ran Xieya. Ran Xieya mendorong siluman serigala itu hingga berhasil terpental walaupun tak jauh.

Kedua alis Ran Xieya mengkerut satu dia tampak sedang berpikir keras saat ini. Apa titik kelemahannya? batin Ran Xieya.

“May cepatlah menjauh dari sini!” teriak Ran Xieya.

“Tapi bagaimana denganmu Yang Mulia?" tanya Lin May.

Ran Xieya mendecak kesal. Saat ini dia tengah serius berada ditengah-tengah pertarungan sengit. “Kau hanya menyusahkan pergerakanku, aku tak bisa menyerang dan melindungimu sekaligus.” Ran Xieya berucap sembari mengayunkan pedangnya lagi ketika Serigala itu hendak menyerangnya.

Tch, tubuh ini tak sekuat tubuhku, batin Ran Xieya.

Ran Xieya menatap Lin May pun mengangguk. Dia pun segera berlari menjauh dari area pertarungan Ran Xieya. Kini hanya Ran Xieya yang meladeni Serigala buas itu. "Ayolah, akan kuladeni dirimu," ucap Ran Xieya tersenyum remeh.

“Gggrrrrhh ... bunuh! bunuh penghina!” bentak Serigala Buas yang mengeluarkan erangan suara manusia.

Ran Xieya mendengar ucapan parau sosok siluman serigala itu. “Jangan katakan jika itu Tabib?" terka Ran Xieya. Tangan kanannya bersiap-siap menggengam gagang pedang giok itu dengan erat. Ketika sebuah cakaran nyaris mengenainya. Ran Xieya memilih untuk melesat menghindari serangan itu. Dirinya memiliki kelincahan yang baik dengan mudah menghindari tiap serangan serigala itu.

“Xieya!” teriak Permaisuri.

Ran Xieya menoleh kearah permaisuri yang tiba bersama rombongan pelayannya serta beberapa pengawal. Dia berdiri dibelakang Ran Xieya bersama Lin May. Tatapan Ran Xieya memicing.

“Kenapa kau malah memanggil bala bantuan!” bentak Ran Xieya. Kali ini dia harus repot menghabisi Serigala agar tidak mencelakai Permaisuri. Ini sama sekali tak membantu, batin Ran Xieya.

“Awas tuan puteri!” jerit Lin May.

Ran Xieya segera menangkis tangan serigala itu dengan pedangnya. Seluruh tenaganya dikerahkan ke kaki kanannya untuk menendang tubuh serigala itu hingga terpental dengan jauh. Ran Xieya memicingkan kedua iris magentanya. Aura gelap semakin tebal di sekitar Istana. Ran Xieya bisa melihat beberapa serigala mulai tampak memanjati gerbang pagar yang ada di sekitar istana.

Ran Xieya mendecih kesal. “Ck, kalian lindungi Permaisuri!” perintah Ran Xieya pada para pengawal.

Ran Xieya mau tak mau membasmi beberapa Serigala yang mulai mendekati Permaisuri. Tubuhnya yang lemah dikerahkan dengan seluruh tenaga untuk menyerang serigala yang menyerang Permaisuri. Rambut hitam panjangnya yang tergerai dengan bebas turut bergerak kesana dan kemari mengikuti sang pemilik yang bertarung dengan tekun. Dia sudah mengayunkan pedang gioknya untuk menebas serigala-serigala yang mencoba menyerangnya. Pada akhirnya Ran Xieya berhasil menghabisi seluruh Siluman Serigala itu.

"Tingal satu lagi, astaga ... aku kelelahan, tubuh ini benar-benar buruk untuk bertarung," ucap Ran Xieya. Gadis itu berdiri dengan napas menderu serta tubuhnya bertahan dengan pedang giok yang ditancapkan di tanah.

Ran Xieya beralih menatap satu Serigala yang masih bertahan. Saat Ran Xieya mau menarik pedangnya Serigala sudah lebih dulu melesat hendak menerkam Ran Xieya.

"Gawat, tidak akan sempat," gumam Ran Xieya. Ran Xieya tak bisa menghindar. Kebetulan saat ini ia berdiri di depan Permaisuri. Jika itu dilakukannya maka Permaisuri yang ada dibelakangnya akan terluka. Dia pun tak memiliki tenaga lagi untuk menangkis serangan serigala itu.

Trang!

Kedua iris magenta Ran Xieya melihat kilatan pedang biru laut yang menyala. Sebuah pedang melayang dengan cepat menembus dada serigala itu. Percikan cairan mengenai sebagian wajah Ran Xieya yang cantik. Ran Xieya menoleh untuk menatap orang yang sudah menolongnya.

Angin malam yang bergemilir dengan lembut mengayunkan setiap kelopak wisteria untuk gugur. Ran Xieya mengarahkan pandangannya menatap seorang pemuda yang berdiri dengan anggun di atas atap salah satu bangunan istana. Pria dengan tiga garis biru didahinya itu menyala dengan terang seperti pedangnya. Paras tampannya menatap Ran Xieya dengan datar. “Lamban.” Pria itu menggerakkan bibirnya.

Samar-samar Ran Xieya bisa mendengar ucapan dingin dari pemuda itu. Ran Xieya hanya bisa mengepalkan tangannya sembari memanggil nama pemuda itu dengan jengkel. “Hei, kau! kemari wajah papan! Irit ekspresi!” teriak Ran Xieya.

Sang pemuda dingin itu langsung melesat pergi meninggalkan Ran Xieya yang masih berteriak dengan kesal. Dia tidak berkata sepatah kata pun.

"Bisanya hanya kabur, dasar Wajah Papan Datar," omel Ran Xieya.

“Xieya!” teriak Permaisuri yang langsung berlari untuk menghamburkan pelukan padanya. “Apa kau baik-baik saja? apa ada yang luka?” tanya Permaisuri meraba-raba seluruh tubuh Xieya dengan tatapan yang khawatir.

Ran Xieya langsung meraih tangan Permaisuri. Dia pun menggeleng dengan singkat. “Xieya baik-baik saja," ucap Ran Xieya.

Sang permaisuri pun kembali meraih tubuh gadisnya ke dalam dekapannya. Dia membanjiri kecupan diseluruh permukaan wajah Ran Xieya. "Oh, anakku Xieya," ucap Permaisuri haru.

"Ibu ... kalau begitu sekarang aku antar ke kamar ya, ini sudah malam sebaiknya Ibu istirahat,"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status