Share

Menikah Atau Disewa?
Menikah Atau Disewa?
Penulis: Yenika Koesrini

1. Ingin Punya Anak

"Saga, umur Ibu semakin tua. Kamu anak satu-satunya Ibu," tutur wanita yang tahun ini genap berusia lima puluh lima tahun. "Kamu udah sepuluh tahun nikah, tapi kok ya Dela gak hamil- hamil. Malah sibuk kerja terus," keluh wanita yang terlihat cantik walau muka sudah banyak titik kerut.

 

"Dela memang gila kerja, Bu." Saga mencoba membela istri tercintanya.

 

"Ya, tapi buat apa?" Ibunya Saga menukas gemas, "kita banting tulang itu buat nyenengin anak. Lah istrimu lucu. Gila kerja sampai rela harus tanda tangan kontrak menunda kehamilan sampai bertahun-tahun. Buat apa?" Wanita berkhimar biru muda mendesah kecewa. "Lagian duit dari kamu memang tidak cukup?" Matanya menatap tajam sang putra.

 

"Menjadi model sudah menjadi impian Dela dari kecil, Bu." Lagi-lagi Saga membela sang istri. Saga memang sangat mencintai istrinya. Apa pun keinginannya sebisa mungkin Saga penuhi. Salah satunya yaitu menunda kehamilan.

 

"Bosen ibu dengernya. Kalo gak pengen punya anak, kenapa mau dinikahin oleh kamu?" Suara ibu Saga mulai meninggi.

 

"Ya, karena kami saling mencintai, Bu." Saga tetap membalas kalem.

 

"Ga." Wanita bernama Ida itu memegang pundak putranya, "Ibu sudah tua. Sudah sakit-sakitan. Sebelum ibu menyusul ayahmu, tolonglah berikan cucu untuk ibu," mohonnya memelas. Kelopak yang sudah berkerut itu tampak menggenang air mata.

 

Saga mendesah resah. Jujur dirinya pun sudah mendambakan kehadiran sang penerus. Namun, Dela masih belum bersedia memiliki anak.

 

Saga dan Dela menjadi sepasang kekasih sejak zaman SMP. Tamat SMA mereka memutuskan untuk menikah muda. Tepat di saat mereka berusia sembilan belas tahun.

 

Keduanya sepakat menunda kehamilan. Apalagi karier Dela di dunia model mulai menapaki jalan. Sementara Saga sendiri juga sibuk kuliah. 

 

Enam tahun lamanya mereka menyembunyikan identitas pernikahan. Manager Dela yang mengharuskannya. Saga sendiri juga tidak masalah. Karena mereka tetap bisa bertemu walau tidak sebebas pasangan lainnya.

 

Kini hubungan Saga dan Dela sudah go publik. Dela juga kerap membawa sang suami ke acara-acara penting. Namun, hingga kini dirinya tetap mendatangani kontrak yang melarangnya hamil.

 

Saga pulang dari rumah ibunya dengan perasaan hampa. Pikirannya terus terpaku pada permintaan wanita tersayangnya itu. Lelaki itu mengatur napas.

 

Sudah dua tahun ini tekanan darah ibunya kerap naik jika berpikir keras. Saga tidak mau keadaan ibunya memburuk jika terus memikirkan cucu. Saga ingin mewujudkan mimpi ibunya. Tapi, bagaimana jika Dela sang istri masih belum bersedia.

 

Rumah kosong ketika Saga tiba di rumah. Ini sudah bukan hal baru lagi. Istrinya yang super sibuk sering pulang larut malam. Saga sudah terbiasa mengurus dirinya sendiri. ART mereka berkerja hanya sampai sore saja.

 

Namun, malam ini berbeda. Baru satu jam menunggu, Dela sudah pulang. Seperti biasa, wanita itu hanya mengecup suaminya sekilas. Setelah itu jika ada waktu luang, Dela menggunakannya untuk berolahraga.

 

"Del, kita perlu bicara," ujar Saga ketika mendapati istrinya sedang menggelar matras. Dela tengah bersiap untuk melakukan yoga.

 

"Ibu rengek minta cucu lagi nih," lapor Saga ikut duduk bersila di lantai.

 

"Bukannya itu biasa," sahut Dela cuek.  Dia memejam sambil mengangkat satu kakinya ke atas.

 

"Iya, tapi kali ini ibu sampai nangis mintanya, Del. Mohon-mohon gitu."

 

"Lha terus?" Kini Dela mengganti kaki sebelah kirinya yang dia angkat.  

 

"Aku mau punya anak."

 

"Oke ... nanti kalo ada waktu luang kita ke panti. Tinggal pilih mau anak cewek atau cowok," balas Dela tenang.

 

"Aku mau anak dari darah dagingku sendiri, Del," tegas Saga sedikit lantang.

 

Dela membuka mata mendengar nada tinggi dari suaminya. "Ga, aku baru saja tanda tangan kontrak dengan perusahaan parfum yang--"

 

"Kamu tidak perlu membatalkan kontrak itu," potong Saga cepat.

 

"Lantas?" Dela mengernyit bingung.

 

"Aku akan mencari wanita yang bersedia menyewakan rahimnya."

 

"Ga, kamu gila?" Dela melotot.

 

"Gak ada cara lain," balas Saga pelan, "wanita itu hanya kunikahi selama satu tahun saja dan secara siri."

 

"Gak! Gak! Gak!" Dela menampik keras, "apa jaminannya kalo kamu gak ada perasaan dengan dia?" 

 

"Di dunia ini gak ada wanita yang kucintai selain kamu." Saga lekas merengkuh sang istri, "setelah nanti wanita itu melahirkan, dia akan kuceraikan. Dan kita berdua yang akan merawatnya."

 

Dela bergeming.

 

"Jika kamu tidak setuju, maka batalkan semua kontrak konyolmu itu!" Saga mengancam tegas.

 

Dela mendengkus kasar. "Terserah kamu deh," putusnya pasrah. "Kamu sudah ada calonnya? Atau mau aku carikan?" Dela menatap suaminya dengan serius.

 

"Sudah ada. Nanti kapan-kapan aku kenalin," jawab Saga kalem, "cuma dia mau apa enggak."

 

Dela mengendikan bahu. "Terserah saja deh, asal kamu dan ibumu bahagia. Dan yang pasti aku masih tetap bisa mempertahankan bentuk tubuhku," ujarnya santai. Wanita itu kembali meneruskan aktivitasnya.

 

Hati Saga agak berdenyut mendengarnya. Sang istri memilih mempunyai tubuh bagus dari pada punya anak. Namun, bukankah itu sudah menjadi konsekwensinya menikahi Dela. 

 

*

 

Pagi hari sebelum berangkat ke kantor, Saga mampir dulu di sebuah warung bubur ayam favoritnya. Waktu pagi seperti ini tempat tersebut memang lumayan ramai. Apalagi ini merupakan warung bubur ayam yang sudah terkenal.

 

"Pagi, Mas Saga." Seorang gadis manis menyapanya ramah. Semangkok bubur ayam dan segelas teh manis diletakkan di depan Saga. 

 

"Jangan pergi dulu, Nay! Aku pengen ngobrol nih sama kamu," cegahnya sambil menebar pesona dengan senyuman.

 

"Bentar ya, Mas. Masih sibuk."

 

Saga tidak mencegah lagi. Dibiarkannya gadis itu berlalu. Dia sendiri mulai menikmati bubur ayam pesanannya. Setengah jam berlalu, gadis itu mendekat dengan wajah semringah. Suasana warung sudah mulai sepi.

 

"Ada apa nih? Tumben mau ngajak ngobrol, emang gak kerja?" cecar gadis itu ceria.

 

Saga mengulum senyum. Baginya gadis di hadapannya ini selalu menebar aura positif. Senyum ramah dan pembawaannya yang ceria membuat Saga senang berkunjung ke warung ini. Mereka sudah akrab sebagai pelanggan dan penjual selama lima tahun terakhir. 

 

"Iya nih, aku lagi ada masalah," aku Saga kemudian. "Dan solusinya ada di kamu."

 

"Oh ya? Apa?" Gadis itu menyahut takjub.

 

"Ibuku nyuruh aku lekas memberinya cucu--"

 

"Tunggu-tunggu!" Gadis yang bernama Nayra itu menukas, "nyuruh punya cucu kok solusinya di aku?" tanya dia heran.

 

"Ya, karena istriku masih belum mau punya anak. Makanya aku ngajak kamu--"

 

"Gila!" Nayra menyentak.

 

"Aku akan bayar kamu mahal, Nay."

 

Nayra yang sudah melangkah, balik badan lagi. "Saya bukan wanita murahan yang--"

 

"Aku tahu kamu sering butuh duit." Saga menyela, "lagian ini halal karena kamu aku nikahi. Ya ... walau cuma sampai satu tahun saja."

 

Nayra bergeming. "Cari wanita lain!" tegasnya sebelum akhirnya benar-benar pergi dengan menahan gondok.

 

Saga sendiri tersenyum. "Aku pasti bisa menaklukkanmu," tekadnya bulat.

 

Next

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status