Share

3. Beban Nayra

last update Huling Na-update: 2021-10-06 12:49:08

Nayra menggeliat. Semalaman dia tidak tidur. Pikirannya kacau. Bagaimana bisa dia mendapat banyak uang dalam waktu yang cukup singkat.

Tidur yang kurang tentu membuat Nayra malas untuk bangun. Gadis itu merenung kembali. Mencari jalan keluar untuk semua masalahnya.

Pusing karena tidak menemukan solusi, Nayra mendesah. Namun, hari semakin siang. Akhirnya Nayra mengabaikanmalas. Gadis itu beranjak dari ranjang. Kakinya mengayun ke kamar mandi. Walau pusing Nayra harus bekerja.

Nayra sudah berpikir semalaman. Dia akan mencoba meminjam uang pada Bapak Abdul. Walau sedikit sangsi karena hutangnya pada pria baik itu juga belum lunas.

Beberapa bulan lalu tekanan darah tinggi nenek meningkat. Wanita sepuh itu harus dilarikan ke rumah sakit. Nayra terpaksa meminjam uang pada Bapak Abdul untuk membayar biaya rumah sakit nenek selama seminggu.

Beruntung Bapak Abdul orang yang baik. Lelaki itu tidak pernah menagih. Tidak pula memotong gaji bulanannya Nayra. Namun, mengajukan syarat agar Nayra mau menikah dengan Azriel putranya.

Nayra telah selesai mandi. Gadis manis itu tetap menjalankan ibadah dua rakaat. Selain melaksanakan kewajiban, dia juga berpasrah diri pada Sang Pencipta.

Usai beribadah Nayra menghampiri nenek. Wanita sepuh itu tengah sarapan seorang diri. Hanya ada nasi putih dan tempe goreng di meja kayu tua itu. Nayra sama sekali tidak berselera.

"Davi mana, Nek?" Nayra bertanya usai meneguk teh tawar yang nenek buat untuknya.

"Dari tadi belum keluar kamar." Bibir tua itu menjawab seraya mengunyah makanannya.

"Ya ... sudah aku berangkat ya." Nayra meraih tangan keriput itu untuk disalim.

"Gak sarapan?" tanya Nenek perhatian.

Nayra hanya menggeleng. Langkahnya masih lesu saat meninggalkan rumah. Ketika dia tengah mengikat sepatunya, seseorang sudah berdiri di hadapannya.

Nayra mendongak. "Ibu Lia?" Dia menyapa santun. Sedikit gugup karena pemilik rumah ini menatapnya malas.

"Cepat kosongkan rumah ini, lusa penyewa baru rumah ini akan datang," usir Ibu Lia tanpa basa-basi. Dirinya juga berkacak pinggang. Sama sekali tidak bersahabat.

"Ma-maksud Bu Lia, apa?" Bibir Nayra terkaget mendengar pengusiran itu.

"Kamu itu langganan telat bayar sewa rumah, Nay. Saya males tiap bulan nagih," jawab Bu Lia sedikit mengomel. "Lebih baik saya sewakan rumah ini pada orang yang niat bayar," lanjutnya ketus.

"Saya juga niat bayar, Bu," sahut Nayra serius, "kasih saya waktu." Nayra berjanji sembari mengatupkan kedua tangannya.

"Saya bosen mendengarnya, Nayra." Suara Bu Lia mulai meninggi.

"Bu Lia, tolong jangan usir kami," mohon Nayra dengan memelas. Dia memegang tangan wanita berambut blonde di gulung itu. "Saya janji akan segera bayar." Kembali dia berjanji dengan sungguh-sungguh.

Bu Lia mengibas tangan Nayra dengan kasar. "Jangan merayu lagi!" Matanya membulat. "Pokoknya jangan sampai saya suruh anak buah saya untuk menyeret kalian dari rumah ini!" ancamnya tanpa ampun.

Usai meluncurkan ancaman, Ibu Lia melenggang pergi. Kakinya melangkah panjang-panjang. Dirinya sama sekali tidak memedulikan panggilan dari Nayra.

Mata Nayra merebak ketika panggilannya tidak digubris Bu Lia. Namun, ia gegas mengusap air matanya yang mulai menitik tatkala melihat nenek dan adiknya terpaku di pintu.

"Aku berangkat ya." Nayra pamit lagi.

Dia mengacak lembut pucuk rambut sang adik. Walau kerap dibuat dongkol. Namun, rasa sayang pada adik semata wayangnya itu tidak pernah surut. Apa pun yang terjadi Nayra akan selalu menjadi tempat peraduan bagi Davi.

Nayra mempercepat langkah. Harus sampai di tempat kerja lebih awal dari teman-temannya. Nayra tidak ingin teman-teman tahu kalau dia akan meminjam uang pada Bapak Abdul.

Sialnya dia telat bangun tadi. Semalaman berpikir keras membuat Nayra baru bisa terpejam selepas subuh. Baru tiga jam terlelap dia harus lekas bangun.

Nayra datang terlambat. Rumah makan tempat dia kerja sudah ramai. Di pintu masuk, dirinya berpapasan dengan Saga.

"Nayra?" sapa Saga dengan tatapan lekat. Lelaki itu menelisik mata merah Nayra.

Nayra sendiri tidak peduli. Gadis itu melangkah tergesa ke dalam. Dirinya cepat memakai seragam rumah makan ini.

Dengan cekatan Nayra melayani tamu yang datang. Kesibukan membuat beban pikirannya sedikit teralihkan. Ketika suasana mulai sepi, Nayra memberanikan diri menghadap Bapak Abdul.

"Nay." Nayra menoleh. Andi rekan kerjanya mendekat dengan wajah pucat. "Kamu mau menemui Pak Abdul?" tebak bapak muda itu.

"Iya."

"Mau pinjam uang?"

Wajah Nayra memerah menahan malu. Dia memang terkenal paling suka meminjam uang pada si bos.

"Nay, istriku hari ini harus dioperasi caecar, aku butuh banyak duit," tutur Andi memberi tahu. "Jadi aku mohon, biar aku dulu yang menghadap Pak Abdul ya?" pintanya bersungguh-sungguh.

Nayra mengangguk. Dia membiarkan Andi memasuki ruangan Bapak Abdul. Dirinya mengalah dengan menunggu.

Setengah jam menunggu, Andi keluar. Pria itu mengangguk pada Nayra. Senyum tipis terbit dari bibir Andi. Nayra menduga pasti Andi mendapat pinjaman dari Bapak Abdul.

Selepas kepergian Andi, Nayra menarik napas panjang. Dirinya sedang menata hati. Semoga permohonannya tidak ditolak oleh Bapak Abdul.

"Masuk!" suruh Bapak Abdul begitu Nayra mengetuk pintu.

Nayra mengelus dadanya pelan. Setelah memantapkan hati dia masuk.  Gadis itu melempar senyum manis untuk sang bos.

"Eh, Nay." Bapak Abdul hanya sekilas melirik. Matanya fokus pada catatan dan kalkulator. "Ada apa?" tanya Bapak Abdul ketika Nayra tidak juga berbicara.

"Eum ... Maaf, Pak, anu ... saya ... saya mau kasbon lagi," tutur Nayra terbata.

Bapak Abdul yang tengah memeriksa catatan berhenti. Dia menatap gadis yang kian hari mengurus itu.

"Kasbon bulan lalu juga belum dibayar."

"Maaf, Pak, tapi saya sangat butuh pinjaman," mohon Nayra menghiba, "saya bisa diusir jika tidak bayar sewa rumah."

Bapak Abdul membetulkan letak posisi kaca matanya. "Andi baru saja kasbon dengan jumlah yang banyak."

"Ya saya tahu, Pak."

"Makanya saya gak bisa minjamin kamu," tukas Pak Abdul tegas.

"Tapi, saya sangat butuh." Sekali lagi Nayra berusaha membujuk.

"Maaf." Pria itu menggeleng. "Sana kerja lagi!" Tangan Pak Abdul menunjuk pintu.

Bahu Nayra menurun mendengar pengusiran itu. Dirinya keluar dengan langkah lesu. Hatinya kian gundah gulana.

Nayra tidak bersemangat bekerja. Pikirannya terus melayang ke rumah. Bagaimana caranya dia menyelamatkan Davi dan juga sang nenek. Alhasil Nayra jadi banyak melamun. Untung Pak Abdul baik. Sehingga gadis itu tidak kena tegur.

Selepas magrib, Saga bertandang ke tempat kerja Nayra. Namun, lelaki tidak datang sendiri. Dia membawa teman serta anak buahnya.

Saat Nayra datang untuk melayani, Saga datar saja. Hanya menyapa sekilas. Lalu kembali sibuk dengan teman-temannya.

Di ujung sana mata Nayra memperhatikan lelaki berwajah kalem itu. Permintaan gila Saga beberapa hari lalu terngiang lagi.

"Haruskah kupenuhi permintaan Mas Saga?"

Galau dan bimbang membuat Nayra memukul dadanya.

Next.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Samisah Salim
best sangat tk sabar nk tahu cerita seterusnya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Menikah Atau Disewa?   64. Bersatu Memang Indah

    "Nay, kamu masih di situ?" Dela menegur ketika mendapati Nayra terbengong tanpa mau menjawab permintaannya."Eum ... iya, Mbak.""Mau, ya, dateng ke sini? Kasihan Saga dari pagi perutnya belum keisi apa-apa," bujuk Dela serius."Aku izin dulu sama suami ya, Mbak," sahut Nayra sembari melirik ke arah Azriel. Sang suami sendiri mengangkat alis dengan maksud ada apa?"Tapi serius datang lho," ujar Dela setengah memaksa."Insya Allah," balas Nayra kalem, "udah dulu ya, Mbak, aku nerusin makan dulu. Assalamualaikum."Nayra mematikan sambungan telepon begitu Dela menjawab salamnya."Kenapa sih?" Azriel yang penasaran langsung melontarkan pertanyaan."Mas Saga katanya tadi siang pingsan saat presentasi.""Terus?""Mbak Dela bilang dia pengen banget makan bubur ayam buatan aku."

  • Menikah Atau Disewa?   63. Romantisme Nayra-Azriel

    Nayra tengah berkutat dengan wajan dan kompor. Dua jam yang lalu Azriel mengirimkan pesan. Lelaki yang sudah menemani hidupnya selama beberapa bulan ini memintanya untuk membuat spaghetti.Sementara setengah jam yang lalu, Davi sang adik meminta Nayra untuk membuat banyak makanan. Pemuda itu ingin mengenalkan seorang gadis pada kakaknya. Nayra yang antusias tentu sangat senang mendengarnya.Itu berarti Davi sudah bisa move on dari Bela. Dan Bela cukup merasa senang. Karena menurutnya, Bela membawa pengaruh buruk untuk Davi.Nayra ingat sekali, Davi sering meminta uang dalam jumlah yang banyak demi bisa berkencan dengan Bela. Gadis yang katanya paling cantik di kampusnya Davi. Tidak segan-segan Davi menggelapkan uang kuliahnya untuk membelikan Bela sebuah ponsel di hari ulang tahunnya.Puncaknya adalah saat Davi meminjam mobil Ryan saat dating dengan Bela. Davi yang belum mahir berkendara harus menabr

  • Menikah Atau Disewa?   62. Saga Kian Jadi

    Dela menghembus napas mendengar permintaan Saga. Baginya ini terlalu melunjak. Andai sang suami sedang dalam keadaan tidak lemah, dia ingin membentak pria itu keras-keras."Del, aku butuh air teh hangat," pinta Saga kembali mengulang."Harus teh hangat buatan Nayra?" cibir Dela gemas. Dia masih menahan rasa gondoknya."Iya, Del, teh hangat buatan Nayra emang yang paling cocok buat perut aku.""Tapi ini masih pagi banget, Ga," tukas Dela kian keki, "gak ada adab banget kalo tiba-tiba aku suruh Nayra buatin teh untuk kamu. Ingat juga, dia itu istri orang sekarang. Istrinya Azriel. Pemuda yang udah kamu pilih untuk mendampingi hidupnya Nayra." Dela bercerocos panjang saking gemasnya.Saga terdiam mendengar omelan istrinya. "Oke, jika itu memberatkan kalian semua ya sudah ... gak usah saja," putusnya legowo."Ya iyalah kamu harus sadar diri," sela Dela masih senewen, "kalo kam

  • Menikah Atau Disewa?   61. Ngidam Aneh

    "Papa!"Suara cempreng itu terdengar berseru di pintu. Seketika Saga, Adela, dan Nayra menoleh. Tampak berlari si cantik Abrina. Bocah itu menangkap paha Saga. Di belakang sang pengasuh ikut menyusul."Papa," sapa Abrina terlihat semringah.Saga sendiri tidak kalah bahagia. Pria itu gegas membopong Abrina. Dirinya menciumi pipi sang putri dengan gemas. Maklum sudah lebih dari dua minggu keduanya tidak saling bertemu."Bina habis dari mana, Sayang?" tanya Saga lembut. Di sampingnya, Dela ikut mencubit pipi Abrina dengan gemas."Mbak," sahut Abrina seraya menunjuk suster pengasuhnya."Habis dari mini market, Pak. Buat beli susu." Gadis pengasuh itu memberi tahu.Ketika Saga akan berbicara lagi, tiba-tiba perutnya mengeluarkan bunyi. Sepertinya cacing-cacing di dalam sana sedang protes minta jatah makan mereka."Kayaknya Papanya Abrina kelaparan ini," ledek Nayra sedikit menipiskan bibir."Banget, Nay," balas Saga sejujurny

  • Menikah Atau Disewa?   60. Tidak Sadar

    "Pak Saga, nasi gorengnya sudah siap ini," ujar Bik Yati tergopoh-gopoh menghampiri pasangan suami istri itu."Gak, makasih, Bik," tolak Saga pelan.Pria itu bangkit dari duduknya. Ketika Saga hendak mengecup kening Adela, sang istri menahan dadanya."Yakin gak sarapan di rumah?" tanya Adela berusaha membujuk suaminya."Gak, Del, nyium aromanya saja tadi aku udah enek," balas Saga seraya menarik pinggang langsing Dela."Tapi kan Bik Yati sudah selesai masaknya. Udah gak kecium itu bumbu tumisya, Ga," bujuk Adela tidak patah semangat."Tetap saja aroma bumbunya nusuk hidung aku, Del."Adela menghempas napas dengan berat. Dirinya mendepak pelan tubuh sang suami yang sudah menempel padanya."Ya udah, Bik, kamu saja yang temani aku makan pagi," ajak Dela merajuk.Wanita tinggi semampai itu menarik lengan sang asisten rumah tangganya meninggalkan ruang tengah."Del!"Adela tidak menggubris pang

  • Menikah Atau Disewa?   59. Masih Ada Rasa

    Pukul lima pagi, Adela dan Saga baru saja selesai shalat subuh berjamaah. Wanita itu sudah mulai menjalankan perintah Allah. Walau pun masih sering bolong-bolong, setidaknya Dela sudah bersedia menjalankan kewajiban tersebut.Usai sholat berjamaah, Adela membuka lemari. Perempuan itu mengambil kaos serta celana training. Dia ingin jalan santai mengitari kompleks.Sebenarnya Adela sangat menyukai olahraga joging. Namun, entah kenapa akhir-akhir ini dirinya mudah lelah. Baru beberapa meter berlari napas Dela sudah terengah-engah.Usai memakai sneaker, Dela keluar kamar. Sebelum menutup pintu, dia menengok sang suami. Saga tengah tengkurap sembari memeluk guling.Dela mengulum senyum melihat gaya tidur sang suami. Saga sering kali menasihatinya agar jarang tertidur setelah subuh. Selain menghambat rezeki juga bisa menganggu penampilan.Namun, nasihat tinggal nasihat. Saga melupakan semua petu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status