Share

4. Tekad Saga

Nayra menyusuri jalanan dengan pikiran kosong. Dia benar-benar buntu. Kepulangannya pasti amat dinantikan oleh nenek dan Davi. 

 

Namun, bagaimana bisa pulang jika uang untuk bayar sewa rumah saja belum ia dapatkan. Nayra mendesah. Gadis itu merasa amat bingung. Tidak bisa dibayangkan jika besok dia dan keluarga harus harus angkat kaki dari kontrakan itu.

 

"Terus kami harus pergi ke mana?" keluhnya pada diri sendiri.

 

Beban Nayra terasa menghimpit dada.  Sungguh menyesakan. Otaknya kian dibuat pusing saat memikirkan dari mana mencari uang untuk bayar ganti rugi mobilnya Rian. Apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan uang puluhan juta dalam waktu yang singkat? Sementara gaji dia hanya cukup untuk makan saja.

 

Pikiran Nayra terus berkecamuk. Otaknya melalang buana entah ke mana. Dia tidak berkonsentrasi saat menyusuri jalan. Dirinya juga sembarangan menyeberang. 

 

Hingga gadis itu tidak sadar ada motor yang lewat. Beruntung pengendara motor itu sigap mengendalikan kendaraan. Namun, tetap saja motornya oleng hingga terjatuh.

 

"Woi ... lo mo niat bunuh diri?!" maki lelaki berhelm ijo kesal.

 

Nayra terdiam dengan menunduk dalam. Detak jantungnya berdetak kencang. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.

 

"Nayra?" Dari jendela mobil Saga memanggil. Pria itu lekas turun dari mobilnya. Dirinya berlari menghampiri Nayra. "Kamu gak papa?" tanya Saga peduli.

 

"Kayaknya cewek itu mau bunuh diri, Mas. Untung saya bisa menghindar," lapor si pengendara sambil meringis kesakitan. Pria bertubuh sedang itu tertatih bangkit. Lalu berusaha membangunkan motornya yang terjatuh.

 

Saga mendekati pria berhelm ijo itu. "Maafkan gadis ini ya, Mas," ucapnya tulus. Dirinya merogoh kantong celana. Dari dalam dompet ia mengeluarkan tiga lembar uang berwarna merah. "Ini untuk biaya ke klinik," kata Saga sambil menggenggamkan uang tersebut pada si pria berhelm.

 

"Wahhh ... terima kasih banyak, Mas."

 

"Sama-sama," balas Saga ramah.

 

Pria berhelm itu mengangguk haru. Selanjutnya dia menyalakan mesin motor. Sebelum beranjak dirinya kembali mengangguk sopan pada Saga.

 

Begitu pria berhelm ijo itu berlalu, Saga kembali mendekati Nayra. Gadis itu masih diam termangu. Wajahnya pun masih terlihat pucat.

 

Saga membimbing perlahan Nayra ke dalam mobil. Tidak segan pula Saga memasangkan seat belt untuk Nayra.

 

Saga melajukan mobilnya dengan tenang. Sesekali dia melirik ke arah Nayra. Gadis itu masih bergeming.

 

Saga membuka laci dashboard mobil. Dia mengambil botol kecil berisi air mineral. Lelaki itu mengangsurkan pada Nayra.

 

Nayra menenggak minuman tersebut usai membuka tutup botolnya. "Terima kasih," ucapnya lirih.

 

Saga tersenyum. Dia memandangi gadis yang pernah menyelamatkan nyawanya itu dengan perhatian. Masih ingat betul Saga kejadian enam tahun silam. 

 

Saat itu dirinya dan Dela tengah sarapan bersama di rumah makan tempat Nayra bekerja. Terjadi perselisihan hebat di antara mereka. Usia muda dan ego yang tinggi membuat keduanya tidak ada yang mau mengalah. Masing-masing punya bersikeras dengan prinsipnya sendiri.

 

Puncaknya Dela pergi begitu saja meninggalkan Saga. Tidak terima dengan perlakuan sang istri, Saga mencoba menyusul. Sayang ketika akan menyeberang jalan, dia tidak melihat kiri dan kanan. 

 

Saga tertabrak mobil yang melaju. Untung tidak begitu kencang. Namun, tetap saja dia terluka. Lalu datanglah Nayra sebagai dewi penolong. 

 

Keduanya belum begitu kenal. Namun, Nayra dengan tulus hati merawat Saga. Bahkan perlakuannya lebih manis dari pada Dela sang istri. Sejak saat itu, Saga mulai terkesan dengan sikap baik Nayra.

 

Lamunan Saga buyar saat mendengar tangis Nayra yang pecah. Selama enam tahun berteman, baru kali ini Saga melihat Nayra sekalut ini. Nayra memang sering mengalami masalah. Terutama krisis keuangan. Namun, gadis itu selalu bisa mengatasinya.

 

Mungkin kini dada Nayra sudah tidak mampu lagi menampung segala kegelisahan. Sehingga tanpa malu dia terisak-isak di depan Saga. Gadis itu juga tidak peduli pada lelaki di samping yang memperhatikannya.

 

Saga sendiri diam. Dirinya membiarkan gadis berambut lurus itu meluapkan emosi. Ada sekitar setengah jam, Saga menjalankan mobilnya tanpa tujuan.

 

"Sudah baikan?" Saga bertanya lembut setelah tangis Nayra reda. Walau masih terdengar sisa-sisa sedu-sedannya.

 

Nayra mengangguk lemah. Kini tinggal perutnya yang tidak baik. Keroncongan membuat perutnya berbunyi cukup keras. Saat Saga tersenyum mendengarnya, Nayra hanya tertunduk malu.

 

"Kita cari makanan," usul Saga tanpa menunggu jawaban dari Nayra.

 

Lelaki itu menepikan mobilnya di depan rumah makan cepat saji. Saga memesan dua porsi nasi ayam dan dua botol teh. Dirinya agak mengernyit melihat Nayra melahap makanannya dengan cepat.

 

Nayra memang sangat kelaparan. Dari tadi perutnya hanya terisi segelas air teh tawar buatan nenek. Pikiran yang kacau membuatnya tidak selera makan sepanjang siang. Baru makam ini cacing perutnya menuntut.

 

"Katakan! Apa yang membuat kamu terlihat menyedihkan seperti ini?" Lagi-lagi Saga menunjukkan kepedulian. "Davi bikin ulah lagi?"

 

Tebakan jitu dari Saga membuat Nayra terdiam. Dia mengelap mulutnya dengan tisu yang tersedia. Persahabatan di antara keduanya membuat mereka dekat.

 

"Nay?" tegur Saga sambil menepuk pelan lengan gadis di depannya.

 

"Aku butuh banyak duit buat nolongin Davi, Ga." Tidak ada tempat mengadu lagi, akhirnya Nayra berkata jujur. Jika sedang tidak berada di tempat kerjanya, Nayra akan memanggil Saga tanpa embel-embel Mas.

 

Terbit senyum tipis di bibir Saga. Bukan dia bahagia di atas penderitaan orang. Namun, selain ingin mempunyai anak, sudah sejak lama Saga sangat ingin melindungi Nayra. 

 

"Berapa?" Saga mencondongkan badan. 

 

Nayra mendesah. Gadis itu menggeleng pilu. "Tapi, aku gak mau nikah sama kamu, Ga."

 

"Kenapa?"

 

"Ya, aku gak enak sama Dela."

 

"Dela tidak ada masalah." Saga memberi tahu, "asal kamu tahu saja, Dela mengizinkan aku menikah lagi karena dia lebih mementingkan kontrak konyol dan bentuk tubuh. Bagi Dela anak hanya akan menghambat karier."

 

"Ya, tapi nikah kontrak itu--"

 

"Aku yakin Dela akan setuju banget saat tahu siapa yang aku pilih untuk jadi calon ibu dari anakku," sela Saga meyakinkan.

 

Nayra menarik napas. "Biarkan aku bicara dulu!" Gadis itu menginterupsi, "dengar agama kita melarang pernikahan yang bertujuan pada perceraian, Ga."

 

"Apah?" Saga yang memang ilmu agamanya masih dangkal, sedikit tersentak karenanya.

 

"Ada banyak dampak negatif dari pernikahan kontrak ini, salah satunya adalah bercampurnya nasab," terang Nayra serius, "kamu tahu? Wanita yang telah di mut'ah bisa dinikahi lagi oleh anaknya dan begitu seterusnya."

 

Saga bergeming. Sungguh dia tidak mengerti akan hal ini. Namun, keinginannya untuk lekas punya anak sudah tidak bisa terbendung lagi.

 

"Jika kamu tulus ingin membantu, tolong pinjamkan aku uang tanpa syarat," tutur Nayra terlihat kalem.

 

Hati Saga mencelos. Sungguh dia tergugah melihat kepedihan Nayra. Namun, impian ibunya juga tidak bisa ditunda. Saga takut ibunya pergi sebelum dia memberikan cucu untuknya.

 

"Baiklah ...." Saga narik napas untuk memantapkan hati, "akan kunikahi kamu dengan sebaik-baiknya, tanpa ada kontrak," putusnya bertekad.

 

Nayra ternganga.

 

Next

 

Rame komen next kilat

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Samisah Salim
terasa hati ni mcm nk masuk dlm cerita ni...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status