Share

1. Dunia Kalila

Author: royaleyesmile
last update Last Updated: 2025-06-23 11:59:27

Angin berembus menyapu kulit putih bersih itu di tengah balutan ceremonial sakral. Mata-mata memandang takjub dan penuh haru. Setitik air mata bergiliran jatuh ke bumi, menandakan betapa banyaknya manusia yang ikut bersuka cita. Bunga-bunga bertaburan dari langit menambah kesan bahagia di antara mereka. Senyuman saling bersambut antara satu dan yang lainnya. Tidak hanya para pengantin yang lega melihat akad berjalan dengan lancar, tetapi juga para tamu undangan. Terutama para orang tua.

Hanya saja Kalila menatap mertuanya dengan gugup, berubah tajam, dan kemudian senyumnya pudar. Mertuanya tidak menyukainya. Dari awal memang tidak menyetujui pernikahannya. Mertuanya menyambut tatapannya. Mata itu menajam dan semakin tajam hingga Kalila mundur ke belakang.

“Hah ….” Kalila terbangun dari tidurnya. Mimpi itu terasa begitu nyata. Dia mengusap wajahnya yang pias. Kepalanya terasa pusing karena dia baru tidur selama tiga jam. Pagi ini dia harus bersiap-siap untuk ke kampus. Professor pasti sudah menunggu proposalnya.

“Lo tumben dateng jam segini.” Evania—teman satu jurusannya itu kebetulan berada di depan fakultas dan duduk di taman. Buku Feminist Thought di tangannya sudah menjawab pertanyaan Kalila. Wanita itu pasti sedang berkontemplasi untuk membuat proposal yang bagus.

“Biasa. Gue gabut.” Evania memakan es krim di tangannya.

“Gabut atau mau riset apalagi?” Kalila menaikkan alisnya. Eva tertawa hingga Kalila juga ikut terbawa suasana.

“Riset gue nggak sebagus punya lo kalik. Teori yang gue pakai nggak seunik elo deh.” Eva menjawab dengan rendah hati.

“Punya gue juga nggak sebagus itu kok. Udah ah mending temenin gue ke ruang dosen.”

Mereka lalu berjalan ke ruang dosen. Kalila meletakkan proposalnya di dalam loker dosennya. Biasanya dosen akan membaca tulisannya terlebih dahulu sebelum memberikan revisi. Revisian bisa diambil ketika dosen telah memberikan coret-coretan di proposalnya. Setiap dosen memang memiliki teknik masing-masing dalam membimbing mahasiswanya.

Setelah meletakkan proposalnya, Kalila dan Evania masuk ke kelas untuk mengikuti mata kuliah yang masih berjalan di semester ini. Kelas masih sepi, hanya sedikit orang yang baru datang sehingga mereka masih memiliki waktu untuk berbincang-bincang.

“Gimana lamaran orang itu? Mau lo ambil jadinya?” Eva akhirnya membawa topik yang dari tadi dia tahan-tahan. Padahal mulutnya sudah gatal sejak kemarin.

“Ambil,” jawabnya singkat.

Kalila mendudukan pantatnya di kursi. Dia menutup matanya. Mimpi pagi tadi masih menganggu dirinya. Dia tidak ingin membayangkan betapa menyebalkannya mama Johan. Sebenarnya dia tidak ada hak untuk membenci mama Johan apalagi mereka belum pernah ketemu. Akan tetapi, dia memang memiliki ketakutan tersendiri dengan urusan ‘mertua’, baginya orang tua dari pasangan itu susah untuk dipahami. Apalagi melihat Kalila yang sedikit lebih tomboy daripada wanita biasanya.

“Kesambet apa lo?” tanya Evania dengan penasaran.

“Ada pokoknya. Gue males bahasnya. Lagi nggak pengan bahas untuk sekarang.”

Kalila lalu membuka buku teori fantasi yang kini sedang digelutinya. Hanya buku-buku berat seperti itu yang berhasil untuk mengalahkan pikirannya. Eva pun memilih diam jika mood wanita itu sedang tidak baik-baik saja.

Sebelum pulang dari kampus, Kalila menyempatkan diri terlebih dahulu untuk ke perpustakaan dan meminjam buku. Setelahnya dia kembali mengendarai sepeda gunungnya untuk kembali ke kosan.

Dia menyalakan panci listrik untuk merebus air hangat. Setelah itu dia memasukkan chocolatos matcha kesukaannya bersamaan dengan air panas yang sudah mendidih. Sesekali dia akan melihat pemandangan di luar jendela yang menampilkan Kota Jogja. Ada gedung-gedung tinggi, apartemen, dan beberapa jalanan bisa dia lihat dari kamar kosnya di lantai empat.

“Kapan hidup membosankan ini akan berakhir?” gumam Kalila sambil menyesap minumannya.

Cukup lama dia termenung hanya untuk menikmati waktu seperti ini sebelum menulis novelnya kembali. Dia tidak punya banyak waktu untuk meresapi betapa indahnya kehidupan ini. Baginya, belajar dan bekerja menjadi satu-satunya tujuan dalam hidup ini. Pernikahan tidak pernah masuk dalam daftar perjalanan hidupnya. Hanya saja hidup tidak hanya tentang dirinya tetapi juga tentang orang lain.

Ponselnya tiba-tiba berdering. Dia lalu mengangkat telepon itu tanpa melihat peneleponnya.

“Halo,” sapa suara laki-laki di seberang sana. Kalila menjauhkan ponselnya. Dia tidak pernah mendengar suara ini sebelumnya. “Kalila?”

“Ya?” Kalila menyeruput matcha. Dia lalu mendudukkan dirinya di sofa baca yang terletak di depan kaca balkon. “Siapa?”

“Johan.” Nama itu berhasil menulikan telinga Kalila. Dia lalu menatap layar ponselnya kembali. Dia baru menyadari foto yang ada di profil tersebut. Kalila lalu memperbesar fotonya.

Shit,” ucap Kalila secara refleks. Dia kaget dengan penelepon itu, sangat tiba-tiba. “Dapat nomor gue dari mana?” tanya Kalila dengan tidak sabar.

“Emang lo pernah ganti nomor? Nomor gue udah dihapus pasti.” Pria itu tertawa dengan terpaksa.

“Nggak penting. Ngapain lo telepon?” Kalila mengalihkan pembicaraan. Jantungnya terasa tidak aman. Dia tidak suka cara Johan yang tiba-tiba menghubunginya seperti ini. Selama ini hidup Kalila sudah tenang dan damai. Selama ini dia sudah berusaha melupakan Johan dengan baik. Dia tidak mau berhubungan lagi dengan pria itu tapi Kalila lupa bahwa kemarin dia telah menyetujui lamaran Johan.

“Gue lagi di Jogja. Bisa ketemu? Gue tunggu di Tempo Gelato.” Sambungan telepon itu langsung terputus seketika.

Kalila menatap teleponnya dengan tidak percaya. Setahu dia pria itu sibuk. Bagaimana bisa sudah sampai di Jogja? Apalagi Johan tidak memberinya kesempatan untuk menolak. Ini bukan permintaan tetapi perintah.

Kalila malas memakai make up-nya kembali. Sejak pulang dia sudah menghapusnya, tapi dia pikir kenapa dia harus terlihat cantik di depan Johan? Seharusnya tidak perlu. Toh mereka hanya bertemu di Tempo Gelato saja. Kalila lalu mengambil sunscreennya, dia tidak mau gosong karena Kota Jogja saat sore hari pun tetap panas.

Kalila hendak menggunakan sepeda, hanya saja tempat itu lumayan jauh dari kosan. Dia akhirnya memilih mengeluarkan motor kesayangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   32. Perpisahan

    Johan segera mengemudikan mobilnya dengan cepat. Dia mengingat semua yang pernah Kalila lewati untuk mencintainya. Kalila memang dari dulu tidak pernah berpaling darinya, Kalila selalu menunggunya. Sejauh apa pun pria itu pergi, Kalila masih berada di tempat yang sama. Untuk menunggunya. Sekarang biarkan Johan yang melakukan untuk Kalila.Napas Johan terengah-tengah begitu melihat Kalila berada di ruang tunggu sebelum masuk ke dalam gate keberangkatan. Kalila terlihat menatap layar iPadnya dengan fokus. Dia mengintip sebentar di iPad itu. Betapa terkejutnya Johan ketika melihat wajahnya berubah menjadi karakter lucu yang ceria. Dia jadi mengingat apa yang dikatakan oleh Raina semalam.Raina: Kalila itu bisa dibilang obses banget sama lo, Kal. Cuman dia nggak pernah nunjukin aja. Dia melakukan banyak hal buat ketemu lo lagi. Dia pengennya ketika dia bertemu sama lo, dia juga sudah menemukan kehidupannya sendiri. Dia bilang sama gue kalau Kalila memang belum nemuin orang lain yang sebai

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   31. Komunikasi Searah

    Kalila mendapatkan pesan dari Johan setelah pria itu pulang dari rumahnya. Pesan itu tidak dia balas. Beberapa hari setelahnya, Johan menjadi sering mengiriminya pesan tapi Kalila tidak pernah membalasnya. Dia sedang sibuk mengurus hal-hal yang diperlukan nantinya saat di Lampung. Dia tidak sempat untuk membalas Johan. Alhasil pria itu seperti berdialog sendiri. Malam hari setelah semuanya selesai, Kalila baru mengcek pesannya.Pesan yang dikirimkan Johan sangat banyak. Kalila tersenyum melihat chat yang terkadang lucu. Dia juga ikut sedih ketika Johan memelas untuk mendapatkan jawabannya. Kalila juga kembali mengingat masa lalu yang pernah terjadi di antara mereka. Pesan yang dikirimkan Johan itu membawa nostalgia bagi dirinya.Johan Minggu, 20 Juli 2025. Pukul 18.00Kal, gue udah nyampe ya di apartemen.Sent a photo [apartemen Johan]Sepi banget rasanya nggak ada lo :”((Senin, 21 Juli 2025Pukul 08.00Kal, hari ini gue kerjaGue udah sampai nih di kantorPukul 12.00Gue makan sia

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   30. Jika Dia Tidak Bisa, Biar Aku yang Melakukannya

    Sesampainya di apartemen. Johan mengirimkan pesan kepada Kalila, dia juga mengirimkan foto apartemen untuk membuktikan kepulangannya. Akhirnya ruang obrolan itu berubah lebih hidup. Bukan hanya berisi log panggilan dengan Kalila saja. Ya meskipun wanita itu hanya membaca pesan yang dia kirimkan, tapi tidak masalah. Dia bisa mencoba seperti yang Kalila lakukan dulu. Jika Kalila tidak bisa melakukannya sekarang, maka sekarang giliran dia yang bertanggung jawab untuk itu.Sama seperti delapan tahun yang lalu ketika Kalila yang mendekatinya. Sekarang biarkan dia yang mendekat ke arah Kalila. Memang dia belum menyukai Kalila tapi perasaan tidak nyaman saat Kalila memakai pakaian terbuka di pernikahan Raina kemarin sangat mengganggunya. Dia masih ingat betapa gencarnya Kalila mendekatinya semasa SMA dulu, gadis itu masih terlihat polos karena tidak mengenal make up dan pakaian yang tidak senonoh. Saat itu Kalila tidak terlihat cantik tapi dia memiliki kelakuan yang lucu.***“Kal, tunggu Ka

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   29. When Will You Love Me?

    Kalila kembali ke dalam kamar tidurnya. Dia melihat Johan telah berbaring dan tidur di sana. Kalila berdiri di depan Johan. Dia berjongkok untuk menatap wajah pria kesayangannya selama ini. Selama hampir delapan tahun dia menyukai Johan dan sampai sekarang dia belum menemukan bagaimana cara agar pria itu bisa menyukainya.Kalila mengulurkan tangannya untuk menyentuh hidung runcing Johan. Sejak SMA dia sangat ingin melakukan ini. Dia juga ingin menyentuh rambut lebat pria itu.“Lo tahu, Jo. Gue dari dulu pengen banget nyentuh rambut lo yang tebal ini, alis lo yang tebal, dan rahang lo yang tegas. Tapi sebenarnya gue suka semua bagian dari wajah lo.” Kalila secara berurutan memegang wajah Johan.Kesedihan kembali menyelimuti Kalila. Dia menyadari perasaannya yang bertepuk sebelah tangan dari dulu. Sekarang dia tidak berani untuk melakukan itu lagi. Dia kecewa tapi memang benar apa yang dikatakan oleh mamanya. Dia harus mengalah untuk ini.“Gimana caranya biar lo suka sama gue, Jo?” liri

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   28. Cinta Itu Fondasi Awal

    “Kenapa kita selalu berputar-putar sih, Kal?” tanya Johan. Pria itu duduk di ranjang sisi kanan dan duduk merenung. Kalila juga melakukan hal yang sama, dia duduk di sisi kiri dan mengamati balkon kamarnya.“Kayaknya kita emang nggak pernah cocok sih, Jo,” ucap Kalila dengan pasrah. Dia tidak tahu harus mengatakan apa untuk hubungan yang tidak jelas mereka ini.Sejak awal Kalila memang menyukai Johan, tapi dari dulu sampai sekarang memang Johan tidak pernah menyukainya. Pria itu tidak mau mencoba.“Penting banget buat kaum kalian ya nanyain kita cinta apa enggak?”Kalila sudah tidak bisa menahan amarah. Dia berdiri dan menatap Johan dari tempatnya. “Cinta itu fondasi awal buat saling memahami hubungan satu sama lain, Johan. Kalau lo nggak paham cinta itu kayak gimana pentingnya. Contohnya itu kayak kalau kalau lo mau gambar atau bangun rumah, lo butuh fondasi awal buat mendirikan bangunan kan? Sama, cinta juga kayak gitu.” Kalila menarik napasnya.“Lo dari kemarin mau mulai dari awal

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   27. I Don’t Want to Share You with Anyone

    Acara pernikahan Raina tidak jauh berbeda dengan pernikahan Wening dan Kalila. Orang-orang yang diundang hanya itu-itu saja. Bedanya sekarang mereka memiliki status yang berbeda. Saat menghadiri pernikahan Wening, Kalila dan Johan berstatus sebagai single. Kemudian mereka datang di pernikahan Raina dengan status suami dan istri.Wening dan yang lain tidak bisa menyembunyikan ekspresi. Mereka sangat menantikan waktu untuk mengejek pasangan itu.“Wahhh akhirnya bisa ceng-cengin pengantin baru juga.” Wening yang memulai percakapan di meja itu. Wajahnya berseri-seri dengan pipi yang bertambah bulat.Kalila langsung mencibir wanita itu. “Yang bener aja lo Wen.”Semua mata menatap Johan yang memberikan jasnya kepada Kalila. Dari tadi pria itu sangat cerewet mengenai pakaiannya. Kalila menolaknya tapi Johan memaksa, alhasil semua orang di meja itu langsung bersorak–sorai. Tidak takut dengan kebisingan yang tercipta. Raina yang berada di tempat berbeda hanya bisa memberikan kode untuk tetap m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status