Dua puluh enam tahun …
Umur yang tepat untuk menikah. Pernikahan menjadi salah satu momen berharga yang ditunggu-tunggu. Tak jarang mereka rela mengeluarkan banyak uang untuk membuat pesta dan mengundang teman-temannya. Suasana resepsi yang menyenangkan untuk menjamu tamu undangan. Tak jarang mereka membuat sebuah permainan kecil-kecilan. Permainan melempar buket pernikahan.
Orang-orang percaya jika mendapatkan buket bunga dari seseorang yang baru menikah akan tertular, tapi berbeda dengan Kalila. Wanita berumur dua puluh enam tahun itu tidak tertarik dengan hal-hal berbau pernikahan.
“Ngapain balik? Ga ikut ambil buket?” tanya seorang pria yang duduk di kursi tempat menaruh barang-barangnya. Matanya menatap Kalila melalui gelas yang sedang diminumnya.
Kalila menggoyangkan kepalanya dengan perlahan. Dia tidak berniat menjawab pertanyaan pria itu dan lebih memilih memakan strawberry shortcake di piringnya. Tetapi pada akhirnya dia tetap menjawabnya dengan singkat. “Nggak semua orang pengen menikah.”
“Oh ya?” Pria itu melepaskan gelasnya. Tangannya bersedekap dada dan matanya mengawasi wanita berpakain merah muda itu. Tatapan si pria terlihat misterius tapi Kalila tidak mengira-ira.
“Heem.” Wanita itu memilih fokus memakan kue.
“Wahhh, selamat nona bergaun merah muda. Ditunggu pernikahannya. Kalau butuh master of ceremony bisa hubungi saya.”
Kalila menatap ke arah pelemparan buket. Teman baiknya mendapatkannya. Dia ikut senang tentu saja. Orang-orang itu lalu kembali duduk di meja tempat Kalila berada. Meja itu berukuran besar dan secara khusus telah dipersiapkan oleh Wening untuk seluruh teman-teman satu SMA-nya. Mereka saling bersorak-sorai untuk meramaikan suasana dan ikut senang bahwa teman mereka yang mendapatkannya.
Suasana meja itu terasa lebih ramai daripada sebelumnya. Mereka membahas tentang pernikahan, rencana masa depan, dan pencapaian masing-masing orang. Hanya Kalila yang tidak berniat untuk masuk ke dalam pembicaraan itu tapi algi-lagi namanya terseret.
“Kalau lo gimana, Kal?” Kalila menghentikan suapan ketiga strawberry shortchake yang ada di tangannya. Wania itu lalu menatap wajah-wajah penasaran di depannya. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Matanya melewati mata pria yang sejak tadi masih mengamatinya. Kalila menutup matanya seJonak lalu menatap orang-orang di sekelilingnya.
“Gue kan masih kuliah. Jadi, ya itu semua belum masuk dalam plan gue.” Kalila menjawab dengan santai dan tanpa gugup. Jawaban paling diplomatis yang bisa Kalila sampaikan. Dia tidak berniat memberitahu secara spesifik. Lagipula tidak ada pentingnya juga.
“Dibilang nggak usah nge-plan. Udah di-planning sama Allah.” Wening tiba-tiba muncul di belakang Kalila.
Wanita itu menatap Kalila dengan senyuman misteriusnya. Kalau bisa ditabok, Kalila sangat ingin menabok wanita di depannya saat ini juga. Hanya saja Kalila tidak bisa melakukan kekerasan di tengah pesta pernikahan, apalagi pemilik pesta itu adalah Wening sendiri. Wening juga sekarang sudah resmi menjadi istri orang. Bisa-bisa Kalila mendapatkan bogeman dari suami Wening jika dia macam-macam.
“Muncul aja ini orang kayak Jelangkung.” Kalila nyinyir dengan mulut yang belepotan dengan krim. Dia mengambil tisu dan mengelap krim di sana.
“Lo berdua kenapa nggak nikah aja sih?” Wening menunjuk Kalila dan Johan secara bersamaan. Pria itu, iya, pria yang dari tadi berbicara dengan Kalila ketika semua orang maju ke depan. Johan Karamian Naufal, si arsitek sukses.
“Uhuk uhuk …” Kalila terbatuk melihat kode dari Wening.
Johan secara tanggap menyodorkan air putih. Tetapi Kalila lebih memilih mengambil air putih dari tangan sahabatnya. “Mulut lo harus disuruh ngafalin akad juga harusnya,” lanjut Kalila setelah tenggorokannya merasa lega.
“Heh, cewek ye gue.” Wening membalas dengan sewot.
“Eh tapi bener loh kata Wening. Kenapa kalian berdua nggak bersama sekalian? Lo kan sendiri ya Kal, lo juga Jo. Kali-kali kalian berdua emang jodoh kan. We don’t know.” Tamara menanggapi ucapan Wening.
“Lo juga kan pernah suka sama dia.” Wening semakin memanas-manasi Kalila di meja tersebut.
“Cukup ya kawan-kawan. Dilarang membuka kisah lama. Semuaaaaaaa ituuu …” Kalila mengangkat kedua tangannya membentuk lingkaran besar dan kemudian menyilangkannya. “Masa lalu.”
“Bisa juga masa depan.” Wening menambahkan opininya dengan santai. Kalila beralih menatap Wening dengan sinis. Semua orang tertawa dengan ucapan Wening.
“Nggak ada masa depan. Apalagi sama … dia.”
Kalila menunjuk Johan dengan amarah yang meluap-luap. Dia menaikkan wajahnya dan menatap pria itu dengan gaya angkuh.
***
Satu pesan DM di Instagramnya membuat Kalila mengernyit dengan heran. Pesan itu memberikan tekanan yang besar dalam dirinya. Dia lalu menutupnya. Sesekali dia melirik ke ruang keluarga yang berada di depan kamarnya melalui celah kecil pintu. Dia membaca pesan itu kembali.
Johan Karamian: Lo mau nggak nikah sama gue?
Kalila menghembuskan napasnya. Dia mengelap keringat yang muncul di tangannya, kalau gugup tangan Kalila terasa basah. Otaknya berusaha mencerna apa yang terjadi saat ini. Tubuhnya juga sudah bereaksi dengan semestinya. Jantungnya pun ikut meramaikan suasana.
Johan itu tidak pernah menyukainya, lalu mengapa pria itu tiba-tiba mengajaknya menikah?
Kalila Araninda: Oke, ayo nikah ….
Kalila mendapatkan pesan dari Johan setelah pria itu pulang dari rumahnya. Pesan itu tidak dia balas. Beberapa hari setelahnya, Johan menjadi sering mengiriminya pesan tapi Kalila tidak pernah membalasnya. Dia sedang sibuk mengurus hal-hal yang diperlukan nantinya saat di Lampung. Dia tidak sempat untuk membalas Johan. Alhasil pria itu seperti berdialog sendiri. Malam hari setelah semuanya selesai, Kalila baru mengcek pesannya.Pesan yang dikirimkan Johan sangat banyak. Kalila tersenyum melihat chat yang terkadang lucu. Dia juga ikut sedih ketika Johan memelas untuk mendapatkan jawabannya. Kalila juga kembali mengingat masa lalu yang pernah terjadi di antara mereka. Pesan yang dikirimkan Johan itu membawa nostalgia bagi dirinya.Johan Minggu, 20 Juli 2025. Pukul 18.00Kal, gue udah nyampe ya di apartemen.Sent a photo [apartemen Johan]Sepi banget rasanya nggak ada lo :”((Senin, 21 Juli 2025Pukul 08.00Kal, hari ini gue kerjaGue udah sampai nih di kantorPukul 12.00Gue makan sia
Sesampainya di apartemen. Johan mengirimkan pesan kepada Kalila, dia juga mengirimkan foto apartemen untuk membuktikan kepulangannya. Akhirnya ruang obrolan itu berubah lebih hidup. Bukan hanya berisi log panggilan dengan Kalila saja. Ya meskipun wanita itu hanya membaca pesan yang dia kirimkan, tapi tidak masalah. Dia bisa mencoba seperti yang Kalila lakukan dulu. Jika Kalila tidak bisa melakukannya sekarang, maka sekarang giliran dia yang bertanggung jawab untuk itu.Sama seperti delapan tahun yang lalu ketika Kalila yang mendekatinya. Sekarang biarkan dia yang mendekat ke arah Kalila. Memang dia belum menyukai Kalila tapi perasaan tidak nyaman saat Kalila memakai pakaian terbuka di pernikahan Raina kemarin sangat mengganggunya. Dia masih ingat betapa gencarnya Kalila mendekatinya semasa SMA dulu, gadis itu masih terlihat polos karena tidak mengenal make up dan pakaian yang tidak senonoh. Saat itu Kalila tidak terlihat cantik tapi dia memiliki kelakuan yang lucu.***“Kal, tunggu Ka
Kalila kembali ke dalam kamar tidurnya. Dia melihat Johan telah berbaring dan tidur di sana. Kalila berdiri di depan Johan. Dia berjongkok untuk menatap wajah pria kesayangannya selama ini. Selama hampir delapan tahun dia menyukai Johan dan sampai sekarang dia belum menemukan bagaimana cara agar pria itu bisa menyukainya.Kalila mengulurkan tangannya untuk menyentuh hidung runcing Johan. Sejak SMA dia sangat ingin melakukan ini. Dia juga ingin menyentuh rambut lebat pria itu.“Lo tahu, Jo. Gue dari dulu pengen banget nyentuh rambut lo yang tebal ini, alis lo yang tebal, dan rahang lo yang tegas. Tapi sebenarnya gue suka semua bagian dari wajah lo.” Kalila secara berurutan memegang wajah Johan.Kesedihan kembali menyelimuti Kalila. Dia menyadari perasaannya yang bertepuk sebelah tangan dari dulu. Sekarang dia tidak berani untuk melakukan itu lagi. Dia kecewa tapi memang benar apa yang dikatakan oleh mamanya. Dia harus mengalah untuk ini.“Gimana caranya biar lo suka sama gue, Jo?” liri
“Kenapa kita selalu berputar-putar sih, Kal?” tanya Johan. Pria itu duduk di ranjang sisi kanan dan duduk merenung. Kalila juga melakukan hal yang sama, dia duduk di sisi kiri dan mengamati balkon kamarnya.“Kayaknya kita emang nggak pernah cocok sih, Jo,” ucap Kalila dengan pasrah. Dia tidak tahu harus mengatakan apa untuk hubungan yang tidak jelas mereka ini.Sejak awal Kalila memang menyukai Johan, tapi dari dulu sampai sekarang memang Johan tidak pernah menyukainya. Pria itu tidak mau mencoba.“Penting banget buat kaum kalian ya nanyain kita cinta apa enggak?”Kalila sudah tidak bisa menahan amarah. Dia berdiri dan menatap Johan dari tempatnya. “Cinta itu fondasi awal buat saling memahami hubungan satu sama lain, Johan. Kalau lo nggak paham cinta itu kayak gimana pentingnya. Contohnya itu kayak kalau kalau lo mau gambar atau bangun rumah, lo butuh fondasi awal buat mendirikan bangunan kan? Sama, cinta juga kayak gitu.” Kalila menarik napasnya.“Lo dari kemarin mau mulai dari awal
Acara pernikahan Raina tidak jauh berbeda dengan pernikahan Wening dan Kalila. Orang-orang yang diundang hanya itu-itu saja. Bedanya sekarang mereka memiliki status yang berbeda. Saat menghadiri pernikahan Wening, Kalila dan Johan berstatus sebagai single. Kemudian mereka datang di pernikahan Raina dengan status suami dan istri.Wening dan yang lain tidak bisa menyembunyikan ekspresi. Mereka sangat menantikan waktu untuk mengejek pasangan itu.“Wahhh akhirnya bisa ceng-cengin pengantin baru juga.” Wening yang memulai percakapan di meja itu. Wajahnya berseri-seri dengan pipi yang bertambah bulat.Kalila langsung mencibir wanita itu. “Yang bener aja lo Wen.”Semua mata menatap Johan yang memberikan jasnya kepada Kalila. Dari tadi pria itu sangat cerewet mengenai pakaiannya. Kalila menolaknya tapi Johan memaksa, alhasil semua orang di meja itu langsung bersorak–sorai. Tidak takut dengan kebisingan yang tercipta. Raina yang berada di tempat berbeda hanya bisa memberikan kode untuk tetap m
Sepulang dari kantor, Johan merasa apartemennya kosong. Lampu belum dihidupkan, dia pikir Kalila sedang pergi. Akan tetapi, wanita itu tidak memberitahunya sama sekali. Ya memang Kalila masih sama, wanita itu tidak pernah menghubunginya. Johan baru mengingat bahwa dulu dia pernah memperlakukan Kalila dengan tidak baik, dia tidak membalas chat Kalila. Mungkin wanita itu masih marah kepadanya. Lain kali dia akan meminta maaf.Awalnya Johan masih bersikap biasa saja, pikirannya masih postif karena memang dia juga belum memahami karakter Kalila dengan baik. Hanya saja, ketika matanya menatap pojok kamar—tempat koper Kalila berada. Koper itu sudah tidak terlihat. Jantung Johan berdegup dengan kencang. Dia langsung menelepon Kalila dan tidak ada balasan.“Kall … lo nggak macem-macem kan?” gumam Johan. Dia membuka ruang obrolannya dengan Kalila dan menelepon wanita itu. Sayangnya tidak mendapatkan balasan. Johan lalu menelepon orang tua Kalila.“Halo, nak? Iya gimana?” sapa ibu mertuanya di