Saat Johan melamar Kalila melalui DM instagramnya, Kalila langsung menyetujuinya. Padahal mereka tidak pernah bertemu lagi setelah tujuh tahun lamanya. Kehidupan rumah tangga mereka penuh lika-liku. Perasaan yang dulu Kalila utarakan kepada Johan itu telah sirna, sedangkan mereka sudah terikat janji sehidup semati bersama. Kalila mengatakan, “Kalau lo udah ketemu orang yang lo suka, cerai aja kita ntar,” dengan nada santai dan tanpa beban. Namun, siapa sangka. Selama menjalin pernikahan keduanya saling menggoda satu sama lain. Dia kira Johan tidak menyukainya sehingga dia bebas memakai pakaian terbuka. Ternyata dia salah sangka, Johan seperti harimau yang sedang menunggu mangsanya lengah.
View MoreDua puluh enam tahun …
Umur yang tepat untuk menikah. Pernikahan menjadi salah satu momen berharga yang ditunggu-tunggu. Tak jarang mereka rela mengeluarkan banyak uang untuk membuat pesta dan mengundang teman-temannya. Suasana resepsi yang menyenangkan untuk menjamu tamu undangan. Tak jarang mereka membuat sebuah permainan kecil-kecilan. Permainan melempar buket pernikahan.
Orang-orang percaya jika mendapatkan buket bunga dari seseorang yang baru menikah akan tertular, tapi berbeda dengan Kalila. Wanita berumur dua puluh enam tahun itu tidak tertarik dengan hal-hal berbau pernikahan.
“Ngapain balik? Ga ikut ambil buket?” tanya seorang pria yang duduk di kursi tempat menaruh barang-barangnya. Matanya menatap Kalila melalui gelas yang sedang diminumnya.
Kalila menggoyangkan kepalanya dengan perlahan. Dia tidak berniat menjawab pertanyaan pria itu dan lebih memilih memakan strawberry shortcake di piringnya. Tetapi pada akhirnya dia tetap menjawabnya dengan singkat. “Nggak semua orang pengen menikah.”
“Oh ya?” Pria itu melepaskan gelasnya. Tangannya bersedekap dada dan matanya mengawasi wanita berpakain merah muda itu. Tatapan si pria terlihat misterius tapi Kalila tidak mengira-ira.
“Heem.” Wanita itu memilih fokus memakan kue.
“Wahhh, selamat nona bergaun merah muda. Ditunggu pernikahannya. Kalau butuh master of ceremony bisa hubungi saya.”
Kalila menatap ke arah pelemparan buket. Teman baiknya mendapatkannya. Dia ikut senang tentu saja. Orang-orang itu lalu kembali duduk di meja tempat Kalila berada. Meja itu berukuran besar dan secara khusus telah dipersiapkan oleh Wening untuk seluruh teman-teman satu SMA-nya. Mereka saling bersorak-sorai untuk meramaikan suasana dan ikut senang bahwa teman mereka yang mendapatkannya.
Suasana meja itu terasa lebih ramai daripada sebelumnya. Mereka membahas tentang pernikahan, rencana masa depan, dan pencapaian masing-masing orang. Hanya Kalila yang tidak berniat untuk masuk ke dalam pembicaraan itu tapi algi-lagi namanya terseret.
“Kalau lo gimana, Kal?” Kalila menghentikan suapan ketiga strawberry shortchake yang ada di tangannya. Wania itu lalu menatap wajah-wajah penasaran di depannya. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Matanya melewati mata pria yang sejak tadi masih mengamatinya. Kalila menutup matanya seJonak lalu menatap orang-orang di sekelilingnya.
“Gue kan masih kuliah. Jadi, ya itu semua belum masuk dalam plan gue.” Kalila menjawab dengan santai dan tanpa gugup. Jawaban paling diplomatis yang bisa Kalila sampaikan. Dia tidak berniat memberitahu secara spesifik. Lagipula tidak ada pentingnya juga.
“Dibilang nggak usah nge-plan. Udah di-planning sama Allah.” Wening tiba-tiba muncul di belakang Kalila.
Wanita itu menatap Kalila dengan senyuman misteriusnya. Kalau bisa ditabok, Kalila sangat ingin menabok wanita di depannya saat ini juga. Hanya saja Kalila tidak bisa melakukan kekerasan di tengah pesta pernikahan, apalagi pemilik pesta itu adalah Wening sendiri. Wening juga sekarang sudah resmi menjadi istri orang. Bisa-bisa Kalila mendapatkan bogeman dari suami Wening jika dia macam-macam.
“Muncul aja ini orang kayak Jelangkung.” Kalila nyinyir dengan mulut yang belepotan dengan krim. Dia mengambil tisu dan mengelap krim di sana.
“Lo berdua kenapa nggak nikah aja sih?” Wening menunjuk Kalila dan Johan secara bersamaan. Pria itu, iya, pria yang dari tadi berbicara dengan Kalila ketika semua orang maju ke depan. Johan Karamian Naufal, si arsitek sukses.
“Uhuk uhuk …” Kalila terbatuk melihat kode dari Wening.
Johan secara tanggap menyodorkan air putih. Tetapi Kalila lebih memilih mengambil air putih dari tangan sahabatnya. “Mulut lo harus disuruh ngafalin akad juga harusnya,” lanjut Kalila setelah tenggorokannya merasa lega.
“Heh, cewek ye gue.” Wening membalas dengan sewot.
“Eh tapi bener loh kata Wening. Kenapa kalian berdua nggak bersama sekalian? Lo kan sendiri ya Kal, lo juga Jo. Kali-kali kalian berdua emang jodoh kan. We don’t know.” Tamara menanggapi ucapan Wening.
“Lo juga kan pernah suka sama dia.” Wening semakin memanas-manasi Kalila di meja tersebut.
“Cukup ya kawan-kawan. Dilarang membuka kisah lama. Semuaaaaaaa ituuu …” Kalila mengangkat kedua tangannya membentuk lingkaran besar dan kemudian menyilangkannya. “Masa lalu.”
“Bisa juga masa depan.” Wening menambahkan opininya dengan santai. Kalila beralih menatap Wening dengan sinis. Semua orang tertawa dengan ucapan Wening.
“Nggak ada masa depan. Apalagi sama … dia.”
Kalila menunjuk Johan dengan amarah yang meluap-luap. Dia menaikkan wajahnya dan menatap pria itu dengan gaya angkuh.
***
Satu pesan DM di Instagramnya membuat Kalila mengernyit dengan heran. Pesan itu memberikan tekanan yang besar dalam dirinya. Dia lalu menutupnya. Sesekali dia melirik ke ruang keluarga yang berada di depan kamarnya melalui celah kecil pintu. Dia membaca pesan itu kembali.
Johan Karamian: Lo mau nggak nikah sama gue?
Kalila menghembuskan napasnya. Dia mengelap keringat yang muncul di tangannya, kalau gugup tangan Kalila terasa basah. Otaknya berusaha mencerna apa yang terjadi saat ini. Tubuhnya juga sudah bereaksi dengan semestinya. Jantungnya pun ikut meramaikan suasana.
Johan itu tidak pernah menyukainya, lalu mengapa pria itu tiba-tiba mengajaknya menikah?
Kalila Araninda: Oke, ayo nikah ….
Selama satu hari penuh Kalila menyiapkan diri dan mental untuk bertemu dengan keluarga besar Johan. Hari ini mamanya sudah menelepon dan mengetahui tentang acara yang diadakan oleh keluarga besar mereka. Indriyani memberikan banyak tips dan trik agar diterima oleh mertua tapi pada dasarnya Kalila memang tidak ingin menyenangkan orang tua itu, dia hanya diam.“Kal, kamu denger kan nasihat mama?” tanya mama dengan kesal karena anaknya tidak pernah menyaut barang menggumam.“Iya denger kok, Ma,” jawab Kalila sambil membuka media sosialnya. Wanita itu sebenarnya tidak suka jika ditelepon oleh mamanya karena akan sangat panjang dan tidak ada habisnya. Paling sebentar saja telepon akan berakhir selama satu jam apalagi jika urusan penting seperti ini, entah akan berlangsung berapa lama lagi.“Kamu bawa makanan, buatin apa gitu. Kalau nggak bisa yaudah bawa sembako aja atau beli aja di toko roti. Kamu nggak boleh bawa tangan kosong ya. Harus menghargai tuan rumah meskipun kamu nggak suka.”“He
“Jadi kamu suka aku dari kapan sebenarnya Jo?” Pertanyaan itu tidak pernah terpikirkan oleh Johan akan keluar dari bibir manis Kalila. Wanita yang tidak pernah tahu bahwa dirinya pernah sedikit tertarik dengan Kalila saat ketika Kalila menyatakan perasaannya.Setiap tahun Kalila selalu mengucapkan ulang tahun kepada Johan, akan tetapi sejak tiga tahun yang lalu wanita itu benar-benar mengatakan perasaannya, tepat ketika dia ulang tahun. Kalila mengatakan bahwa mungkin itu adalah ucapan ulang tahun terakhir dari dirinya karena wanita itu akan berhenti menyukainya. Dia sudah lelah dan tidak ingin menyimpan perasaan yang sama lagi kepada Johan.Saat itu Johan merenung, dia tahu Kalila menyukainya sejak SMA, tapi wanita itu baru terus terang kepadanya. Setelah benar-benar yakin bahwa Kalila menyukainya, Johan merasa sedikit bimbang, dia beralih mengingat betapa buruknya sikap dia kepada Kalila dan perasaan bersalah itu semakin lama semakin membutnya jatuh terlalu dalam.“Sejak kamu mengat
Setelah tidak bisa bertemu dengan Johan selama dua hari penuh, Rayna datang kembali dan menyuruh satpam untuk membuka kunci apartemen Johan. Mereka masih beruntung ketika Johan membuka pintu apartemen kali ini. Gadis itu kembali bersikap manis.“Kakak maaf aku panggil satpam karena aku kira kakak kenapa-napa.” Ina berkata dengan manis.Kalila yang mendegarkan percakapan itu memiliki ide berlian. Untungnya situasinya memang tepat. Wanita itu langsung berteriak dari dalam kamar.“Sayangg!! Pakaian aku kok berantakan di lantai sih?” teriak Kalila dengan sengaja.Telinga Ina berubah merah, pikirannya sudah melayang ke mana-mana. Apakah kakaknya ini memang sudah melakukan hal yang lebih kepada Kalila?“Kakak … udah gituan sama Kalila?” Johan yang ditanya seperti itu hanya bisa menahan rasa malunya.“Udah dong. Kenapa enggak? Suami-suami aku juga.” Kalila sengaja keluar dengan menggunakan kemeja Johan saja. Wanita itu sendang mengikuti scene-scene drama favoritnya.“Ohh, bener juga sih kak.
Hari sabtu kemarin menjadi hari pertama kebahagiaan kehidupan rumah tangga Kalila dan Johan. Tidak ada yang mengganggu mereka. Bahkan Johan sengaja mematikan ponsel Kalila dan miliknya hanya agar momen itu tidak diganggu oleh orang lain. Seharian mereka tidak terpisahkan. Saat Kalila memasak, menonton drama, tiduran di ranjang, mereka tetap sama-sama. Seperti untuk hari minggu ini juga. Johan masih betah menempel kepada Kalila.Saat ini Kalila bersandar di dada Johan, sedangkan Johan bersandar di kepala ranjang. Keduanya sedang membaca buku karya Kalila yang entah sejak kapan itu menjadi koleksi Johan. Dia awalnya malu tapi Johan memaksa karena banyak yang ingin ditanyakan oleh Johan tentang dua karakter pemeran utamanya.“Kal kenapa sih kamu itu suka banget genre kayak gini? Cinta tak terbalas, bertemu setelah sekian lama, terus ketemu lagi, dan berakhir sad ending. Kenapa kamu suka kayak gitu? Kayaknya hampir nggak pernah happy ending gitu?”Pertanyaan pertama dan yang paling mengga
Pagi hari ini terasa lebih indah, untungnya hari ini hari libur sehingga Johan tidak perlu harus memperpanjang masa cuti. Dia sudah tiga hari meninggalkan kantornya. Bisa-bisa Hendrian dan Rakoma memberikan tugas segunung dan bisa jadi dia yang harus mengurus proyek sendirian—meskipun tidak sendirian banget.“Aku mau peluk kamu. Jangan gerak.” Johan merengkuh bahu Kalila di dalam selimut yang tanpa pembatas kain apa pun. Tubuh mereka masih polos di dalam selimut.“Sssttt manja banget. Oh ini ternyata sisi Johan sebenarnya?” Kalila membalik tubuhnya, dia mendongak ke atas karena wajah Johan lebih tinggi. “Aku kamu nih sekarang?” tanya Kalila memastikan.“Emmm … emang nggak boleh manja sama istri sendiri?” Johan memperlihatkan poutnya. “Aku maunya dipanggil sayang kayak semalam? Boleh ya boleh?” ucap Johan yang seperti anak kecil.Kalila semakin senang melihat ekspresi Johan. Dia rasa, menyerahkan segalanya kepada Johan memang tidak ada salahnya. “Astaga, aku bilang kalau belum pengen p
Jika terkena bencana akan membawakan Johan sebuah keajaiban tentang sisi lain Kalila, maka dari dulu dia pasti sudah menginginkannya. Setelah kondisi tempat Kalila melakukan penelitian kondusif, Kalila berpamitan kepada semua orang. Para warga yang selama satu bulan ini selalu berbagi kegiatan dengan Kalila menangis. Mereka seperti keluarga lama yang tidak pernah bertemu dan saling mengasihi satu sama lain. Johan juga ikut terharu.“Mereka pada baik-baik ya, Kal,” ucap Johan. Dia baru pertama kali ini melihat orang-orang yang menangis ditinggal oleh orang yang baru mereka kenal selama satu bulan.“Jo, lo kayaknya nggak pernah ya bersosialisasi sama warga? Nggak pernah ada KKN di kampus lo?”“Enggak wajib sih, kan gue juga anak teknik ya. Jadi bisa nggak ngambil.” Kalila manggut-manggut dengan paham. Wanita itu menguap dengan lucu. “Sini kepalanya, Kal.”Johan menarik kepala Kalila untuk bersandar di bahunya.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments