Saat Jehan melamar Kalila melalui DM instagramnya, Kalila langsung menyetujuinya. Padahal mereka tidak pernah bertemu lagi selama tujuh tahun lamanya. Kehidupan rumah tangga mereka penuh lika-liku. Perasaan yang dulu Kalila utarakan kepada Jehan itu telah sirna, sedangkan mereka sudah terikat janji sehidup semati bersama. Kalila mengatakan, “Kalau lo udah ketemu orang yang lo suka, cerai aja kita ntar,” dengan nada santai dan tanpa beban. Jehan yang tidak menyukai kehidupan rumit itu pun menyetujuinya. Akan tetapi, Jehan sudah nyaman memiliki Kalila sebagai salah satu temannya bercanda. Siapa lagi yang bisa dia usilin di rumah kalau bukan Kalila. Wanita antah berantah dengan tingkah laku seperti ceetah, siap menyerang dan mencabik-cabik mangsanya. Terkadang Jehan terlalu santai karena Kalila tidak pernah meninggalkannya, tapi dia lupa bahwa Kalilanya bukanlah wanita penurut pada umumnya. Rumah tangga pun dipertaruhkan akhirnya.
View MoreDua puluh enam tahun …
Semua orang menganggap bahwa ketika seseorang sudah menyelesaikan bangku sekolah menengah atasnya, maka dia sudah dewasa. Saat orang itu sudah melewati seperempat abad hidupnya, julukan itu akan berubah menjadi tua. Namun, ketika dia telah meninggal pada usia seperempat abadnya, maka dia kembali muda. Pada intinya semua diukur dengan usia. Menyentuh kepala dua berarti dunia ada genggamanya, padahal kebanyakan orang baru memulai hidupnya.
Terkadang, dua puluh enam tahun telah dilalui dengan banyaknya berita. Berita ketika salah satu temanmu menikah, berita ketika salah satu temanmu melahirkan, berita ketika salah satu temanmu cerai, berita ketika salah satu temanmu sudah memikirkan sekolah terbaik untuk anaknya, dan berita apa pun itu tentang kehidupan manusia di sekitarnya.
Kenyataannya tidak semua orang memiliki hidup yang sama. Semua orang memiliki kehidupan yang berbeda dengan jalan hidupnya masing-masing. Perjalanan hidup yang naik turun itu tentu tidak sama antara satu dan yang lainnya. Misalnya ketika kamu harus datang ke pernikahan temanmu, padahal temanmu yang satunya juga belum tentu mendapatkan undangannya. Ya seperti itulah hidup manusia.
“Happy wedding, Wen. Semoga samawa. Sakinah, mawadah, dan warahmah. Gue seneng lihat lo senyum di pelaminan. Ayay.” Seseorang yang ceria dengan senyuman lebar itu … Kalila Araninda Wedyatama.
“Makasih-makasih doanya. Ayok nyusul segera!” Wening mengangkat bunganya dan berbicara seperti dengan volume sedikit meninggi di akhir. Dia bahagia, semua prosesi pernikahannya berjalan dengan lancar.
“Tuh nyusul gih.” Wanita yang ada di samping Kalila menyenggol lengannya.
“Gini, Rein. Semua itu proses.” Kalila menundukkan tubuhnya dan memberikan hormat bak putri raja. Gaun kebesarannya itu dia tarik ke atas dengan tangan kanannya. Dia rela menggunakan gaun berwarna merah muda untuk datang ke pernikahan Wening.
“Sana lo berdua!” Wening mendorong Kalila dan Reina untuk turun ke bawah panggung. Wanita itu akan melemparkan buket bunga di tangannya.
Reina turun dengan semangat empat lima untuk mendapatkan buket bunga itu. Sementara Kalila lebih memilih untuk kembali mendudukan dirinya di meja sebelumnya. Teman-temannya yang tadi duduk di meja itu ikut berdiri dan melingkari pengantin di bawah panggun. Mereka berniat untuk ikut melihat atau ingin mendapatkan buket bunga. Kalila tersenyum kecil melihat kelakuan teman-teman sekolahnya dulu yang antusias untuk mendapatkan buket bunga.
Kalila tidak berniat untuk mengambil buket, dia lebih memilih untuk kembali duduk di tempatnya. Sejenak dia kembali menganggumi keindahan gaun yang dipakaianya. Dia menjinjing gaun itu dengan memegang kedua sisi gaun merah mudanya. Gaun tersebut membuatnya terlihat seperti putri raja yang hadir di pesta seorang ratu. Gaun itu tidak mengembang, kain yang digunakan adalah jenis satin premium yang jatuh dan lembut. Desainnya simpel dan pas dengan bentuk tubuh jam pasir Kalila. Leher dan bahu putihnya terekspos sempurna memperlihatkan sisi dewasanya. Ahh … berumur dua puluh enam tahun memang nyata di depan matanya.
“Ngapain balik? Ga ikut ambil buket?” tanya seorang pria yang masih duduk di kursi itu. Matanya menatap Kalila melalui gelas yang sedang diminumnya.
Kalila menggoyangkan kepalanya dengan perlahan. Dia tidak berniat menjawab pertanyaan pria itu dan lebih memilih memakan strawberry shortcake di piringnya. Tetapi pada akhirnya dia tetap menjawabnya dengan singkat. “Nggak semua orang pengen menikah.”
“Oh ya?” Pria itu melepaskan gelasnya. Tangannya bersedekap dada dan matanya mengawasi wanita di depannya. Tatapan pria itu terlihat misterius tapi Kalila merasa tidak penting untuk mengira-ira.
“Heem.” Wanita itu masih fokus memakan kuenya.
“Wahhh, selamat nona bergaun merah muda. Ditunggu pernikahannya. Kalau butuh master of ceremony bisa hubungi saya.”
Fokus Kalila akhirnya terpecah ketika ada sahabatnya yang berhasil mendapatkan buket bunga. Dia bisa mengetahuinya karena pengguna gaun berwarna merah muda dipakai oleh bridesmaid. Kalila tersenyum senang mendengar ucapan MC yang mengumumkan kepada seluruh tamu undangan bahwa yang mendapatkan buket itu adalah sahabatnya. Sementara pria di depan Kalila masih mengamati dirinya.
Semua orang kembali duduk di meja tempat Kalila dan pria itu duduk. Meja itu berukuran besar dan secara khusus telah dipersiapkan oleh Wening untuk seluruh teman-teman satu SMA-nya. Mereka saling bersorak-sorai untuk meramaikan suasana dan ikut senang bahwa teman mereka yang mendapatkannya.
“Katanya dapat buket bunga bisa cepet-cepet nikah juga. Selamat ya, Rein semoga segera dapat hal baik.” Tamara memberikan selamat kepada Reina setelah mereka duduk di lingkaran meja yang sama.
“Makasih ya, Ra. Nanti jangan lupa dateng.” Reina berkata dengan manis. Dia sedang bahagia.
“Siap, pokoknya kalau dapat undangan mah datang kita. Ya nggak?” Semua orang menyetujui ucapan Tamara. Reina tersenyum dengan malu membayangkan dirinya akan menikah. Percakapan itu kemudian beralih membahas kisah percintaan masing-masing orang di meja tersebut.
Kalila menjadi bosan mendengar kisah cinta mereka. Sebenarnya menarik, hanya saja Kalila tidak suka membahas hal tersebut. Apalagi dia tidak pernah merasakan dicintai oleh lawan jenisnya. Alhasil Kalila lebih memilih menyibukkan diri dengan kue-kue di depannya. Entahlah bagaimana keadaan gula darahnya nanti, yang jelas dia hanya tidak ingin mengikuti percakapan di meja tersebut. Dia tidak paham perasaan orang yang saling mencintai.
“Kalau lo gimana, Kal?” Kalila menghentikan suapan ketiga strawberry shortchake yang ada di tangannya. Wania itu lalu menatap wajah-wajah penasaran di depannya. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Matanya melewati mata pria yang sejak tadi masih mengamatinya. Kalila menutup matanya sejenak lalu menatap orang-orang di sekelilingnya.
“Gue kan masih kuliah. Jadi, ya itu semua belum masuk dalam plan gue.” Kalila menjawab dengan santai dan tanpa gugup. Jawaban paling diplomatis yang bisa Kalila sampaikan. Dia tidak berniat memberitahu secara spesifik. Lagipula tidak ada pentingnya juga.
“Dibilang nggak usah nge-plan. Udah di-planning sama Allah.” Wening tiba-tiba muncul di belakang Kalila.
Wanita itu menatap Kalila dengan senyuman misteriusnya. Kalau bisa ditabok, Kalila sangat ingin menabok wanita di depannya saat ini juga. Hanya saja Kalila tidak bisa melakukan kekerasan di tengah pesta pernikahan, apalagi pemilik pesta itu adalah Wening sendiri. Wening juga sekarang sudah resmi menjadi istri orang. Bisa-bisa Kalila mendapatkan bogeman dari suami Wening jika dia macam-macam.
“Muncul aja ini orang kayak jelangkung.” Kalila nyinyir dengan mulut yang belepotan dengan krim. Dia mengambil tisu dan mengelap krim di sana.
“Lo berdua kenapa nggak nikah aja sih?” Wening menunjuk Kalila dan Jehan secara bersamaan. Pria itu, iya, pria yang dari tadi berbicara dengan Kalila ketika semua orang di meja itu maju ke depan. Jehan Karamian Naufal, si arsitek sukses.
“Uhuk uhuk …” Kalila terbatuk melihat kode dari Wening. Pria itu secara tanggap menyodorkan air putih. Tetapi Kalila lebih memilih mengambil air putih dari tangan Reina yang juga memberikan air padanya. “Mulut lo harus disuruh ngafalin akad juga harusnya,” lanjut Kalila setelah tenggorokannya merasa lega.
“Heh, cewek ye gue.” Wening membalas dengan sewot.
“Eh tapi bener loh kata Wening. Kenapa kalian berdua nggak bersama sekalian? Lo kan sendiri ya Kal, lo juga Je. Kali-kali kalian berdua emang jodoh kan. We don’t know.” Tamara menanggapi ucapan Wening.
“Lo juga kan pernah suka sama dia.” Wening semakin memanas-manasi Kalila di meja tersebut.
“Cukup ya kawan-kawan. Dilarang membuka kisah lama. Semuaaaaaaa ituuu …” Kalila mengangkat kedua tangannya membentuk lingkaran besar dan kemudian menyilangkannya. “Masa lalu.”
“Bisa juga masa depan.” Wening menambahkan opininya dengan santai. Kalila beralih menatap Wening dengan sinis. Semua orang tertawa dengan ucapan Wening.
“Nggak ada masa depan. Apalagi sama … dia.”
Kalila menunjuk Jehan dengan amarah yang meluap-luap. Dia menaikkan wajahnya dan menatap pria itu dengan gaya angkuh. Seorang putri raja tidak mungkin memilih pria seperti Jehan.
***
Satu pesan DM di Instagramnya membuat Kalila mengernyit dengan heran. Pesan itu memberikan tekanan yang besar dalam dirinya. Dia lalu menutupnya. Sesekali dia melirik ke ruang keluarga yang berada di depan kamarnya melalui celah kecil pintu. Dia membaca pesan itu kembali.
Jehan Karamian: Lo mau nggak nikah sama gue?
Kalila menghembuskan napasnya. Dia mengelap keringat yang muncul di tangannya, kalau gugup tangan Kalila terasa basah. Otaknya berusaha mencerna apa yang terjadi saat ini. Tubuhnya juga sudah bereaksi dengan semestinya. Jantungnya pun ikut meramaikan suasana.
Kalila Araninda: Oke, ayo nikah ….
Sebenarnya sejak menginjakkan kakinya di tanah Jogja Kalila sangat ingin ke Pantai Indrayanti, hanya saja tempatnya jauh dari tengah kota sehingga dia belum sempat untuk ke sana. Melihat pantai itu sangat indah dari foto membuatnya benar-benar ingin memastikan keadaan alamnya. Ternyata setelah melihatnya langsung, Kalila menyukainya. Pantai dengan pasir putih dan air laut berwarna biru sesuai dengan apa yang ada di imajinasinya.Pantatnya yang kebas terbayarkan dengan pemandangan indah di depannya. Dia hanya bisa melongo melihat pasir putih dan ombak berwarna biru bergulung-gulung di depannya. Tanpa sadar kepalanya sudah dihiasi topi pantai dan matanya diberi kacamata hitam. Dia menoleh melihat pria di sampingnya. Pria itu memakai topi yang sama seperti dirinya dengan kacamata hitam yang telah terpasang di hidungnya.“Lo ngapain beli yang punya cewek?” tanya Kalila heran sekaligus ingin tertawa melihat kelakuan aneh pria itu. Seingatnya pertemuan mereka ketika pernikahan Wening pria i
Mungkin bagi sebagian orang, menikah itu adalah tanda penyatuan kedua orang yang saling jatuh cinta. Tapi sayangnya tidak bagi, Kalila. Dia tidak tahu Jehan memiliki tujuan apa untuk mengajaknya melakukan sebuah hal gila itu. Apalagi selama ini dia berpikiran bahwa Jehan tidak pernah menyukainya, jadi pernikahan ini benar-benar tidak diketahui sebab dan tujuannya. Kalila tidak ingin mengambil risiko. Dia juga memiliki niat tersembunyi untuk menyetujuinya.Kalila mengetikkan beberapa kalimat yang akan menjadi perjanjian mereka. Kalila kemudian membacanya berulang kali hingga menemukan perjanjian yang pas. Dia tidak mau dirinya dirugikan oleh Jehan, begitu juga dengan Kalila. Dia tidak ingin mereka saling merugikan diri sendiri. Entah berapa lama kesepakatan ini akan terjadi yang jelas Kalila pada akhirnya memberikan sebuah kalimat akhir yang dapat memuaskan semua pihak. Setelah perjanjian itu selesai, Kalila lalu mencetaknya. Menjadi anak magister berhasil membuat dirinya harus membeli
Dua hari yang lalu …“Lusa kita mau ke Jogja buat ninjau lokasi. Lo bisa nggak, Je?” tanya Hendrian yang jadi ketua proyek kali ini.“Bisa-bisa aja.” Jehan mengangguk setuju meskipun matanya masih terfokus pada akun Instagram wanita yang kemarin dia ajak untuk menikah. Entah setan mana yang menggerogoti dirinya sehingga dia bisa mengatakan itu pada wanita yang sudah lama tidak dia temui.Sejak pertemuan mereka kembali dan tuntutan pernikahan yang tidak ada habisnya, Jehan akhirnya memilih Kalila. Yang terlintas dipikirannya hanya wanita itu. Dia pun awalnya iseng mengajaknya, tidak tahunya Kalila benar-benar menyetujuinya. Jika memang tidak ada wanita lain, dia pikir Kalila cukup baik untuk diajak kerja sama. Toh wanita itu juga tidak menginginkan sebuah pernikahan.“Gue lihat-lihat lo nggak fokus buat ngurusin proyek ini. Lo lagi jatuh cinta?” Rakoma mendekat dan melihat foto-foto Kalila yang terpampang di sana. Pria itu tersenyum jenaka. “Beneran ternyata. Kali-kali bisa kenalin sam
Angin berembus menyapu kulit putih bersih itu di tengah balutan ceremonial sakral. Mata-mata memandang takjub dan penuh haru. Setitik air mata bergiliran jatuh ke bumi, menandakan betapa banyaknya manusia yang ikut bersuka cita. Bunga-bunga bertaburan dari langit menambah kesan bahagia di antara mereka. Senyuman saling bersambut antara satu dan yang lainnya. Tidak hanya para pengantin yang lega melihat akad berjalan dengan lancar, tetapi juga para tamu undangan. Terutama para orang tua.Hanya saja Kalila menatap mertuanya dengan gugup, berubah tajam, dan kemudian senyumnya pudar. Mertuanya tidak menyukainya. Dari awal memang tidak menyetujui pernikahannya. Mertuanya menyambut tatapannya. Mata itu menajam dan semakin tajam hingga Kalila mundur ke belakang.“Hah ….” Kalila terbangun dari tidurnya. Mimpi itu terasa begitu nyata. Dia mengusap wajahnya yang pias. Kepalanya terasa pusing karena dia baru tidur selama tiga jam. Pagi ini dia harus bersiap-siap untuk ke kampus. Professor pasti
Dua puluh enam tahun …Semua orang menganggap bahwa ketika seseorang sudah menyelesaikan bangku sekolah menengah atasnya, maka dia sudah dewasa. Saat orang itu sudah melewati seperempat abad hidupnya, julukan itu akan berubah menjadi tua. Namun, ketika dia telah meninggal pada usia seperempat abadnya, maka dia kembali muda. Pada intinya semua diukur dengan usia. Menyentuh kepala dua berarti dunia ada genggamanya, padahal kebanyakan orang baru memulai hidupnya.Terkadang, dua puluh enam tahun telah dilalui dengan banyaknya berita. Berita ketika salah satu temanmu menikah, berita ketika salah satu temanmu melahirkan, berita ketika salah satu temanmu cerai, berita ketika salah satu temanmu sudah memikirkan sekolah terbaik untuk anaknya, dan berita apa pun itu tentang kehidupan manusia di sekitarnya.Kenyataannya tidak semua orang memiliki hidup yang sama. Semua orang memiliki kehidupan yang berbeda dengan jalan hidupnya masing-masing. Perjalanan hidup yang naik turun itu tentu tidak sama
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments