Share

2. Dunia Jehan

Author: royaleyesmile
last update Last Updated: 2025-06-23 12:00:06

Dua hari yang lalu …

“Lusa kita mau ke Jogja buat ninjau lokasi. Lo bisa nggak, Jo?” tanya Hendrian yang jadi ketua proyek kali ini.

“Bisa-bisa aja.” Johan mengangguk setuju meskipun matanya masih terfokus pada akun I*******m wanita yang kemarin dia ajak untuk menikah.

Sejak pertemuan mereka kembali dan tuntutan pernikahan yang tidak ada habisnya, Johan akhirnya memilih Kalila. Yang terlintas dipikirannya hanya wanita itu. Dia pun awalnya iseng mengajaknya, tidak tahunya Kalila benar-benar menyetujuinya. Jika memang tidak ada wanita lain, dia pikir Kalila cukup baik untuk diajak kerja sama.

“Gue lihat-lihat lo nggak fokus buat ngurusin proyek ini. Lo lagi jatuh cinta?” Rakoma mendekat dan melihat foto-foto Kalila yang terpampang di sana. Pria itu tersenyum jenaka. “Beneran ternyata. Kali-kali bisa kenalin sama gue lah.” Rakoma berusaha menggoda sahabatnya itu.

“Apaan sih lo. Privasinya tolong.” Johan menoyor kepala Rakoma untuk menjauh dari tempatnya. Kakinya bahkan menendang kursi itu dan berhasil membuat si empunya tertabrak ke kursi yang kosong di sebelahnya.

Rapat itu telah berakhir setelah keputusan jadwal keberangkatan ditentukan, tiga hari dari sekarang. Johan sudah tersenyum dan menemukan kesempatan yang bagus untuk bertemu dengan Kalila. Setelah sekian lama dia bisa menemui wanita itu. Sepertinya tidak banyak berubah. Yang berubah hanya keterampilan wanita itu untuk mengata-ngatai orang.

***

Dua hari kemudian …

Setelah meninjau lokasi di daerah Sleman bawah, mereka bertiga memutuskan tempat yang harus dicoba di kota pelajar tersebut. Johan hanya diam mendengarkan kedua orang itu berdiskusi.

“Lo mau ke mana habis ini, Jo?” Perdebatan panas itu berakhir ketika mereka menyadari keterdiaman Johan.

“Nge-date bagusnya di mana?”

Hendra dan Rakoma membuka mulut dengan terkejut. Masalahnya Johan tidak terlihat sedang dekat dengan seorang wanita. Bahkan di kantor pun tidak pernah mereka melihatnya.

“Hati-hati kemasukan lalat dah tu mulut.”

“Gile, lo mau ketemu LC mana sore-sore gini?” Hendra meletakkan tangannya di bahu Johan dan mengedipkan matanya. Pria itu dengan jelas terlihat mupeng.

“LC mata lo.” Johan bergidik dengan ngeri. Sahabat-sahabatnya memang tidak ada yang waras. Otaknya hanya sebatas selangkangan dan minuman keras.

“Ya lo kalau nggak sama LC sama siapa lagi coba?” Rakoma menaikkan alisnya. Dia bahkan mengajak Hendra untuk bersekongkol. Kedua otak pria itu memang sudah tidak bisa diselamatkan.

“Eitsss, ini cewek baik-baik ya bro,” ucap Johan dengan jujur.

Whatt?? Tunggu.” Rakoma berusaha mengingat sesuatu. Otaknya memutar kembali kejadian sewaktu rapat. “Itu cewek yang di I*******m kemarin? Lo mau nikah sama dia?”

Rakoma terkejut dan langsung berteriak begitu otaknya tersambung. Prinsip di lingkaran mereka itu hanya bermain dengan pelacur, untuk serius tentu mencari yang baik-baik. Jadi, ketika mendengar Johan mengatakan hal tersebut, sontak mereka memikirkan hal yang sama yaitu pernikahan.

Johan terdiam di tempatnya. Dia tidak ingin memberitahu kedua orang itu sebelum mendapatkan kepastian.

“Udah. Lo berdua diem aja kalau gitu. Gue cari tempat sendiri.” Johan meninggalkan kedua sahabatnya. Dia lalu membawa mobil yang mereka sewa itu sendiri.

“Kayaknya ada yang nggak beres.” Hendrian menatap mobil yang mereka sewa menjauh dari lokasi mereka survei.

“Heh, itu mobil kita cuma satu, Yan.”

“Alah emang si Johan. Kurang ajar.” Hendrian langsung menyumpah serapahi Johan begitu sadar akan ketidakberesan situasi saat ini.

Suasana Tempo Gelato itu benar-benar ramai dengan banyaknya muda-mudi yang menikmati gelato. Mereka bahkan banyak yang bercengkrama di sana. Johan lalu membeli dua cup gelato berisi tiga rasa. Pertama dia membeli rasa matcha tea, vanilla choco, dan cheese. Kedua, dia membeli untuk dirinya sendiri dengan rasa chocomint, nutela, dan coffe.

Johan lalu menunggu di lantai dua. Dia mengamati satu-persatu manusia yang muncul. Begitu wanita berpakaian hoodie dengan celana bahan dan sepatu kets itu muncul, jantung Johan serasa berhenti berdetak. Kalila versi dewasa terlihat lebih cantik meskipun tanpa make up tebal.

“Johan!” ucap wanita itu dengan basa-basi. Johan lalu mengangguk dan menyerahkan gelato berisi matcha, vanilla choco, dan cheese kepada Kalila. Kalila terkejut, dia berpikir bahwa Johan mengingat makanan kesukaannya.

Johan tersenyum tipis ketika Kalila menyukai pilihan gelatonya. Tidak sia-sia dia mengingat curhatan wanita itu di story Intagram.

“Apa kabar?” tanya Johan dengan tenang meskipun dia menahan rasa gugup.

“Baik kok.” Kalila lalu menyuapkan rasa matcha tea ke mulutnya. Gelato ini terasa lumer begitu menyentuh lidahnya. Sensasi dinginnya cukup menenangkan panas dari luar tadi. “Ngapain lo tiba-tiba muncul di sini? I mean like … nggak ada hujan, nggak ada angin, tiba-tiba sampai ke Jogja.” Kalila bertanya dengan santai.

“Kebetulan ada kerjaan di sini. Kenapa nggak ketemu sekalian. Calon kan?” Johan menaikkan alisnya dengan percaya diri. Dia membenarkan jasnya.

“Kenapa lo tiba-tiba ngajakin gue nikah? Kepikiran kalimatnya Wening? Wening lo dengerin.” Kalila memasukkan gelato ke dalam mulutnya dengan gugup.

“Nggak juga sih. Tapi kenapa lo juga setuju?”

Kalila menatap lantai sebentar sebelum menjawab. Dia lalu melihat wajah pria di depannya. “Gue cuma gabut aja. Siapa tahu ada kerjaan pas nikah.”

Johan menaikkan alisnya. Kalila yang melihat respons itu langsung meletakkan tangannya di udara untuk menutupi mata Johan. “M-maksud gue … bukan pekerjaan rumah.”

Kalila semakin mengutuk mulutnya yang membuat jawaban ambigu. Johan lalu menyentuh tangan Kalila dan menurunkannya agar dia bisa melihat wajah memerah wanita itu. “Jadi … apa?” Johan bertanya sambil tersenyum geli. Jelas Kalila tidak menyukai senyum itu.

“Berhenti berpikir kotor, Jo. Bukan itu maksud gue.” Johan tiba-tiba terkikik geli mendengar jawaban Kalila. Jelas-jelas wanita itu yang membawa percakapan ini lebih dari bayangannya.

“Lalu?” tanya Johan dengan air muka yang lebih rileks daripada sebelumnya.

“Intinya gue mau nikah sama lo. Tapi sebelum itu lo sama gue harus ngurus prenup dulu. Gimana? Gue juga nggak mau rugi. Terus juga harus tes kesehatan dulu. Gue kan nggak tahu ya lo itu habis ngapain aja di luar sana. Apalagi … hidup lo itu kan … gitu.”

Kalila menyisir fisik Johan dari atas sampai bawah. Dia pernah mendengar rumor bahwa sekarang Johan memiliki kehidupan yang liar. Kalila lalu menambahkan satu hal yang penting. “Selain itu ikut kelas pranikah. Gimana?”

“Apa pun, Kal. Gue bakal ikutin semua persyaratan lo.”

Johan tersenyum mendengar betapa seriusnya wanita itu untuk menjadi pengantin wanitanya. Meskipun dahulu dia tidak menyukai wanita itu tapi sekarang tidak lagi. Kalila sepertinya wanita yang menarik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   49. Back to Reality

    Setelah semuanya selesai, Kalila menenangkan dirinya. Dia melihat jam dindin, sudah menunjukkan pukul lima dini hari. Tubuhnya terasa remuk redam akibat kelakuan Johan semalam. Nyawanya seperti melayang dan dihempaskan begitu saja. Dia memegang kepalanya yang terasa pening. Semalaman dia menahan tangis dan perlakuan Johan yang di luar dari kendalinya. Orang mabuk memang terkadang melakukan hal-hal di luar batas, untuk itu Kalila tidak pernah menyukai orang yang suka mabuk-mabukan.Sebelumnya Kalila mengira bahwa Johan tidak melakukan itu, apalagi semenjak Kalila ada di dekat Johan, pria itu tidak pernah menghirup rokok lagi. Tidak seperti malam tadi, bau kemeja Johan penuh dengan rokok dan bibirnya juga bekas meminum alkohol. Kalila tidak banyak membuang waktu, dia mandi dan mengambil buku-buku yang dia perlukan.“Halo, Rain?” suara Kalila sedikit bergetar karena dinginnya fajar yang membuat kulitnya sensiif. “Bisa jemput gue? Gue nanti sampai kota jam delapan. Mama sama papa gue lagi

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   48. Malam yang Tidak Terencana

    Kalila masih tetap melihat langit-langit malam setelah sambungan telepon itu dia putus secara sepihak. Katakanlah Kalila memang sudah memiliki planning hidup yang teratur sebelumnya. Dia tidak pernah menyangka akan menemukan variabel lainnya dan variabel itu mengganggu segala hal yang sudah tersusun dengan baik.“Kalua kamu dari awal akan memperburuk keadaan, seharusnya aku nggak pernah ikut dalam permainan kamu Johan. Harusnya kita nggak pernah mencoba sejauh ini,” ucap Kalila dengan lirih. Rasanya sangat berat sekali melihat bagaimana keadaannya setelah pernikahan ini.Hidup Kalila yang semula tenang dan damai sekarang hancur seketika karena urusan rumah tangga yang tidak ada habisnya. Dia kira Johan tidak akan memberikan afeksi kepadanya, tidak tahunya pria itu ternayata juga responsif, tidak seperti yang Kalila bayangkan. Apalagi mereka sudah pernah mencoba sejauh itu. Pengalaman kegiatan malam mereka bahkan masih terpatri dengan sempurna di kepala Kali

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   47. Perjalanan yang Panjang

    Kalila sebenarnya tidak ingin mendiamkan Johan untuk waktu yang lama karena bagaimana pun dia juga tahu bahwa Johan dekat dengan mamanya. Pria itu memang anak pertama tapi sangat diperhatikan oleh mamanya. Untuk itu Kalila juga mulai bisa memahami posisi Johan.Sudah seminggu lebih Kalila mengurung dirinya di kamar. Dia banyak berpikir tentang semua hal yang terjadi dengan dirinya dan Johan. Dia mulai mengingat masa-masa SMA-nya, dia mengingat masa-masa ketika mereka berjauhan, dia mengingat masa-masa saat dia merindukan Johan, dia ingat bagaimana rasanya memiliki rindu yang tidak bisa dia ungkapkan.“Kal …” Mama masuk ke dalam kamar, dia melihat putri pertamanya yang masih mengamati foto pernikahannya. “Mama tahu kamu kangen sama Johan kan? Nggak ada salahnya kok Kal kamu ngehubungi Johan.”“Dia ada nanyain kabar aku, Ma?” tanya Kalila.Dari hari pertama Kalila berpisah dengan Johan, pria itu tidak ada henti-hen

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   46. Long Distance

    Selama satu malam itu Raina tidak membiarkan Kalila sendirian, dia justru meninggalkan suaminya seorang diri di lantai atas. Saat ini bagi Raina, Kalila lebih butuh untuk ditemani. Paginya, huru-hara itu kembali berlanjut. Johan datang di pagi-pagi buta karena semalam suami Raina mengusir pria itu.Raina yang merasa terganggu dengan suara berisik suami sahabatnya itu sengaja menyiramkan air. Johan diam saja, dia tidak masalah karena memang mungkin saat ini Kalila masih dalam keadaan terpuruk.“Sayang jangan kayak gitu.” Suami Raina memperingatkan. Dia hanya tidak mau istrinya bersikap kasar dengan orang lain.“Manusia kayak gini itu emang harus disadarin kayak gini dulu, Mas.” Raina berkata dengan kesal. Matanya tidak bisa menatap Johan seperti biasa. Ada penuh amarah di dalam matanya.Kalila yang dari tadi mendengar keributan akhirnya muncul juga. Kantong mata hitam terlihat dengan jelas, mata wanita itu juga bengkak. Rambut Kalila masih rapi seperti biasa karena rambut Kalila tipe y

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   45. Keluarga Johan dan Serigalanya

    “Kal aku minta maaf, aku nggak bisa bela kamu. Aku belum punya kesempatan untuk membela—“Kalila menatap Johan dengan pandangan kosong. Matanya terlihat membendung air mata. Hati Johan semakin mencelos melihat Kalila seperti ini. Dia sudah berjanji kepada ayah Kalila untuk tidak membuat wanita itu menangis tapi dia tidak bisa menepatinya. Sudah berapa kali dia menangis karena Johan.“Nggak perlu timing untuk mengatakannya, Jo. Kalau kamu mau bela aku ya langsung aja ngomong. Kenapa? Kamu nggak bisa?” Kalila melihat raut wajah ragu yang sama seperti yang ditunjukkan Johan tadi. “Aku nggak mau marah-marah sama kamu tapi ternyata emang kamu nggak pernah bisa jadi seseorang yang aku butuhkan.”Kalila berjalan cepat, dia lalu menelepon Raina dan menyuruh sahabatnya itu untuk menjemputnya. Johan tidak tinggal diam, dia menarik lengan Kalila dan menggenggam tangan itu dengan erat.“Kamu mau ke mana malam-malam gini, Kal?” Pria itu terlihat khawatir tapi tidak mempan dengan Kalila. Jika wanit

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   44. Cucu

    Selama satu hari penuh Kalila menyiapkan diri dan mental untuk bertemu dengan keluarga besar Johan. Hari ini mamanya sudah menelepon dan mengetahui tentang acara yang diadakan oleh keluarga besar mereka. Indriyani memberikan banyak tips dan trik agar diterima oleh mertua tapi pada dasarnya Kalila memang tidak ingin menyenangkan orang tua itu, dia hanya diam.“Kal, kamu denger kan nasihat mama?” tanya mama dengan kesal karena anaknya tidak pernah menyaut barang menggumam.“Iya denger kok, Ma,” jawab Kalila sambil membuka media sosialnya. Wanita itu sebenarnya tidak suka jika ditelepon oleh mamanya karena akan sangat panjang dan tidak ada habisnya. Paling sebentar saja telepon akan berakhir selama satu jam apalagi jika urusan penting seperti ini, entah akan berlangsung berapa lama lagi.“Kamu bawa makanan, buatin apa gitu. Kalau nggak bisa yaudah bawa sembako aja atau beli aja di toko roti. Kamu nggak boleh bawa tangan kosong ya. Harus menghargai tuan rumah meskipun kamu nggak suka.”“He

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status