Share

3. Prenup

Author: royaleyesmile
last update Huling Na-update: 2025-06-23 12:00:41

Mungkin bagi sebagian orang, menikah itu adalah tanda penyatuan kedua orang yang saling jatuh cinta tapi sayangnya tidak bagi Kalila. Pernikahan ini tidak diketahui sebab dan tujuannya. Dia pikir dia tidak akan pernah berhubungan dengan Johan lagi. Untuk itu dia mengajukan perjanjian pra nikah agar dia dan Johan tidak saling merugikan satu sama lain.

 “Mau lo setuju atau enggak sama ni perjanjian, pokoknya lo harus setuju. Gue nggak mau rugi kalau harus berhubungan sama lo lagi.” Kalila mendongak ke langit-langit kamarnya. “Lagipula kenapa dari banyaknya orang yang gue temui justru lo lagi lo lagi sih, Jo?” Kalila frustrasi dibuatnya.

Hari ini hari terakhir Johan berada di Jogja. Awalnya pria itu mengajak Kalila untuk bertemu dan menghabiskan waktu untuk melihat-lihat kota yang terkenal memiliki wisata alam yang indah itu. Sayangnya, Kalila menolaknya. Dia memang tidak memiliki banyak waktu untuk bermain-main. Dia harus membaca jurnalnya juga. Dia sudah bertekad untuk menyelesaikan magisternya tahun depan.

Kalila menatap jam di dinding. Dia bergegas untuk datang ke kafe. Ketika masuk ke dalam kafe tersebut, dia menemukan Johan sudah duduk di salah satu meja dengan pakaian kasualnya.

“Minum dulu.” Kalila hendak memberikan surat perjanjian itu langsung, tetapi Johan lebih dulu menyodorkan jus alpukat ke depannya. Kalila menurut dan menyeruput alpukat itu. Johan diam-diam tersenyum melihat tingkah Kalila. Dia membuka tas dan mengeluarkan kertas penjanjian.

“Oh iya. Mana, biar gue baca.” Kalila langsung mengambil map Johan. Matanya beralih melirik kertasnya yang tanpa map. “Sorry ya, gue nggak punya map,” jelas Kalila yang merasa sedikit terintimidasi dengan keformalan Johan.

It’s okay. Yang penting isinya.”

Setelah membaca secepat kilat, Kalila lalu membuka diskusi. “Ini gue harus bersih-bersih?” Kalila bertanya dengan muka tertekannya. Dia kira sekaya Johan sudah memiliki pembantu sendiri.

“Iya.” Johan mengangguk dengan mantab.

“Enggak. Gue nggak mau. Lo mau nyari istri apa nyari pembantu?” Kalila protes dan mencoret kalimat itu. Selama ini dia bahkan tidak pernah diperlakukan seperti pembantu di rumahnya sendiri. “Gue juga nggak bisa masak. Jangan ngadi-ngadi lo.” Kalila mengacungkan bolpoinnya ke arah Johan.

Johan bergidik ngeri dengan ancaman Kalila. “Yaudah coret aja.” Johan mencoretnya. Kalila juga mencoret keduanya dan menggantinya dengan membagi urusan itu berdua. “Lo nggak mau duit gue?” tanya Johan ketika dia menemukan hal aneh dalam tulisan Kalila.

“Iya. Gue nggak mau ntar kalau lo kena kasus gue keikut. Ogah banget.” Kalila bergidik ngeri. Sebenarnya dia melakukan itu hanya agar tidak dianggap rendah oleh Johan. Dia menyetujui pernikahan ini bukan karena uang Johan tapi karena alasan lain. Untuk itu, dia ingin menekankan kepada Johan bahwa dia tidak membutuhkan uang pria itu.

“Nggak. Harus dong. Kan gue kepala rumah tangga.” Johan menentang keras wanita di depannya. Alis tebalnya bertaut dan menatap tajam Kalila.

“Nggak perlu. Gue bisa ngurusin hidup gue sendiri.” Kalila berikukuh.

“Makanya sini biar gue urusin.” Johan juga tidak mau kalah.

Kalila menggertakkan giginya. Matanya menatap Johan dengan tajam. “Lo nurut aja kenapa. Toh ini buat kepentingan bersama. Lo jatuh masih ada gue, gue jatuh masih ada lo. Toh kita berdua juga nggak akan selamanya ada diikatan ini kan.” Mendengar perkataan Kalila membuat hatinya seperti rolercoaster. Wanita di depannya memang pandai mempermainkan kata.

“Terserah lo aja kalau gitu.” Johan menutup surat perjanjian dari Kalila.

“Udah? Cuma itu aja yang lo protes?” tanya Kalila dengan menaikkan alis kanannya. Tidak ada jawaban dari Johan. Sepertinya pria itu marah kepadanya. “Yaudah kalau gitu ini gue ambil nanti gue jadiin satu sama punya lo. Gue balik dulu.”

Kalila menyeruput jus alpukatnya secepat kilat dan memasukkan surat itu ke dalam tasnya. Sayangnya sebelum Kalila pergi, Johan menarik tangan Kalila dan membawanya keluar dari kafe.

“Naik apa ke sini?” tanya Johan singkat.

“Motor lah. Mana punya gue mobil.” Kalila menjawab dengan ketus. Dia sudah lelah dan ingin pulang ke kosannya. Dia muak juga melihat Johan.

“Motor lo mana?” tanya Johan sambil melirik satu persatu. Bibirnya melengkung ke atas begitu mendapatkan plat motor khas kotanya. “Ayok. Kunci motor?” Johan mengulurkan tangannya ke arah Kalila.

“Mau ngapain lo?” tanya Kalila dengan pandangan menyelidik. Dia mencium bau-bau akan ada power abuse di sini.

“Udah mana kuncinya.”

Johan langsung merebut kunci yang berada di tangan kiri wanita itu. Jantung Kalila berdetak dengan kencang ketika tubuh Johan seperti ingin memeluknya. Alhasil Kalila melepaskan kunci tersebut agar tidak menimbulkan spekulasi macam-macam dari orang yang melihat mereka.

Pria itu tersenyum dengan bangga. Dia lalu memakaikan helm Kalila. Sementara dirinya akan membeli helm di jalan nanti.

“Lo kenapa nggak pakai helm malah ngasih ke gue?” tanya Kalila begitu menyadari kebodohan Johan.

“Nanti gue bisa beli di jalan. Yang penting lo aman dulu. Yuk!” Johan menaiki motor Kalila. Pria itu memberikan kode kepada Kalila untuk naik. Kalila hanya bisa menurut karena mau gimana lagi kunci motornya ada pada Johan.

Setelah Kalila duduk di belakang. Johan mengambil kedua tangan Kalila dan melingkarkan ke perutnya. Dia lalu menyetarter motornya dengan tiba-tiba. Alhasil Kalila memeluk dengan erat. Pria itu tertawa dengan renyah. Johan tiba-tiba melupakan rasa kesalnya.

Sepanjang perjalanan, Johan berbicara sambil melihat sekitar jalanan Jogja yang cukup ramai di hari libur ini. Dia juga banyak mengomentari bentuk-bentuk bangunan yang dilihatnya. Meskipun banyak berbicara, Johan tidak melupakan penjual helm tujuannya. Begitu dia menemukannya, Johan berhenti dan membelinya.

“Lo ngapain sih harus beli? Buang-buang duit tau nggak. Padahal bisa kita ke kosan gue dulu buat pinjem ke anak kos.” Kalila akhirnya mengeluarkan suaranya setelah hanya mengatakan ‘heem’ sepanjang jalan tadi.

“Nggak apa-apa sih. Nanti bisa buat lo.” Johan menjawab dengan tanpa beban karena uang bukanlah masalah untuk dirinya.

“Lagian lo mau bawa gue ke mana sih?” tanya Kalila penasaran. Dia dari tadi tidak tahu pria itu akan membawanya ke mana. Apalagi mereka sudah menuju ke pinggir kota.

“Pantai Indrayanti.”

Plakkkk

Kalila memukul helm Johan dengan kuat. Beruntungnya pria itu masih bisa menyeimbangkan diri meskipun terkejut dengan kekuatan Kalila. “Lo gila apa. Itu dua jam dari tempat kita tadi. Balik nggak lo.” Kalila berteriak dengan keras.

“Nanggung. Udah mau lewat perbatasan ini. Bentar lagi masuk kawasan Gunung Kidul.”

“JOHAN GILA!!!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   64. Keputusan Final

    Kalila menyiapkan seluruh kebutuhan Jean dan Jenita untuk pulang ke Indonesia. Pada akhirnya karena Kalila merasa khawatir dengan kedua anaknya, dia akhirnya mengambil cuti. Lagipula Rakoma dan Evania juga tidak mengetahui di mana rumahnya, lebih baik dia juga ikut pulang bersama Jean dan Jenita.“Mama aku nggak sabar banget ketemu nenek sama kakek.” Jenita membawa bonekanya dan duduk di depan Kalila yang baru memasukkan pakaian ke dalam koper.Wanita dengan celana pendek, kaos oblong, dan rambut yang dicepol ke atas itu terlihat capek dan lelah tapi melihat anaknya yang lucu membuatnya mengurungkan niat untuk marah.“Iya, nanti kalau udah sampai Indonesia kamu bisa kok ketemu mereka ya.”Kalila mengambil setumpuk celana Jean ke dalam koper. Kalila sudah memperkirakan bahwa dia akan membawa dua koper karena barang-barang kedua anaknya cukup banyak. Dia juga harus membawa berbagai macam oleh-oleh untuk kedua orang tuanya. Sudah lama dia tidak pernah bertemu dengan mereka. Dia pun baru

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   63. Perundingan

    Malam-malam telah berlalu hingga hari berikutnya berputar dan berputar. Seorang wanita dengan tubuh lesu dan lemas pulang dengan kecapekan. Namun, sebelum masuk ke rumah dan membuka pintu, wanita itu berusaha untuk mencari perasaan semangatnya dan bersiap dengan sikap ceria untuk bertemu kedua anaknya.“Selamat malam saudara-saudara!” Wanita itu melebarkan tangannya dan gadis kecilnya langsung berlari dan merangsek ke pelukannya, sedangkan anak laki-lakinya hanya melihat dengan datar dan terlihat kesal dengan wanita itu. “Jean, kamu kenapa?” tanya wanita itu.“Mama masih keinget pulang?”Wanita itu lalu tersenyum dan mengeluarkan satu buku astronomi yang paling disukai oleh Jean. Laki-laki kecil itu mengambilnya dengan gengsi dan bernapas dengan berat hati. “Mama itu jangan kerja terus, aku nggak punya waktu jadinya buat nanya-nanya. Tapi aku kangen mama kok.” Jean berhampur memeluk mamanya. Sebenarnya dari Jean atau Jenita, Jeanlah yang paling dekat dengan mamanya. Jean akan terlihat

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   62. Pretty Life

    Tiga tahun yang terlewati dengan tidak mudah, semuanya berjalan dengan lancar setelah dua tahun yang lalu semua terlewati dengan indah. Hanya saja masa-masa kelam itu tetap tidak bisa terhapuskan dari ingatan Evania dan Rakoma. Mereka tidak ingin membahas kejadian itu sampai kapan pun. Bahkan menyebutkan saja mereka tidak ingin. Cukup masa-masa itu menjaga masa terburuk mereka.“Oke, kalian mau turun atau tidak anak-anak?!” teriakan Evania menggelegar di seluruh ruangan. Dua anak berumur tiga tahun muncul dan berjalan dengan mata sayu khas bangun tidur.“Bisa tidak mama kedua diam? Aku masih ngantuk.” Si kecil berbaju pink mengusap matanya dan merangkak ke sofa tempat Rakoma berada. Gadis kecil itu memeluk Rakoma seperti biasa. Pria itu sekarang menjadi penghuni tetap rumah yang disewa Evania dan Kalila. Setelah kejadian tiga tahun lalu, Rakoma akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama Evania.“Aku mandi dulu.” Sementara si anak pertama laki-laki itu lebih bisa bersikap dewasa dan man

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   61. Hidup dan Mati

    Pagi ini setelah Kalila menyelesaikan semua urusan rumahnya, perutnya mendadak sakit dengan nyeri yang hebat. Kelahiran anak kembar memang terkadang lebih cepat tapi Kalila tidak menyangka akan secepat ini, dia memegang pinggiran dapur dengan kuat dan perlahan berjalan ke kamar untuk mengambil ponselnya tapi kakinya sulit untuk digerakkan, napasnya tersengal-sengal. Perutnya sangat sakit. Dia merasakan air mengalir di kedua kakinya, ketubannya pecah. Kalila menjadi panik dan perutnya berkontraksi lebih cepat.Kalila hanya berharap ada orang yang dapat menyelamatkannya hari ini, tepat saat ini dia mendengar ada yang memencet sandi rumah. Kalila langsung memutar kepalanya dan menatap Evania yang baru balik dari swalayan. Di belakang Evania ada Rakoma. Pria itu lengkap dengan atribut olahraganya sambil menenteng beberapa belanjaan Evania. Bisa ditebak kalau Rakoma memang sengaja berolahraga di dekat daerah rumah sewa Kalila dan Evania agar bertemu dengan salah satu orang itu.“Kalll ...

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   60. Hari-Hari Menunggu Kelahiran

    Setelah Rakoma mengetahui keberadaan Kalila yang ada di Belanda, pria itu menjadi sering berkunjung ke rumah sewa Kalila dan Evania. Lagi-lagi setiap ketemu, kedua orang itu pasti akan bertengkar. Seperti hari ini, mereka ingin memasak makanan yang berbeda.“Udah gue bilang kita makan salad aja, salad buat atau salad sayur. Lebih sehat,” kata Evania memberikan ide. Kedua orang itu sedang berada di dapur dan ingin memasak bersama tapi sampai tiga puluh menit, Kalila hanya mendengarkan perdebatan mereka.“Itu ponakan gue ada dua ya, butuh asupan yang bergizi. Masak lo kasih makan makanan diet sih?” Rakoma tidak terima.“Lho ini tetep perlu ya sayur sama buah-buahan biar sehat juga ponakan gue. Lo tahu nggak kalau ibu hamil nggak makan-makanan kayak gini nantinya anaknya juga nggak kebiasaan. Udah lo nurut aja.”“Nggak.” Rakoma menghentikan tangan Evania yang ingin memotong buah-buahan. “Ini untuk camilan aja. Kita harus tetep makan-makanan berat. Biar gue bikin sop.”“Sop lagi?” Evania

  • Menikah Dadakan dengan Mantan Crush   59. He is ... and He Knows

    Kalila berada di Belanda tidak hanya mendapatkan beasiwa tapi juga sekaligus sebagai seorang peneliti untuk kampus yang memberikannya beasiswa ini sehingga dia dapat mengajukan cuti hamil. Mengingat Kalila sendang hamil anak kembar dan rawan akan kelahiran prematur, untuk itu Kalila mendapatkan cuti lebih awal. Dia sudah mengurus beberapa kerjaannya sebelumnya dan beberapa berkas yang diperlukan. Semuanya sudah selesai dan saat ini dia harus menyiapkan banyak hal selama di rumah yang mereka sewa. Evania sebagai sahabatnya dengan tenang membantu Kalila menyiapkan semua kebutuhan ibu muda itu.“Kal, ini semua butuh ya?” Ada pampers ukuran besar yang Kalila ambil dan saat ini memenuhi troli. Evania sidikit malu membawanya.“Ya iya. Persiapan haha.” Dengan susah payah Kalila berjalan mendekat.“Keknya lo harusnya di rumah aja deh. Biar gue aja yang belanja. Udah udah khawatir banget kalau lihat lo begini.” Evania sejujurnya suka nyeri kalau melihat Kalila jalan. Wanita itu sangat kesusaha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status