Share

episode 5

Author: FerBoy
last update Last Updated: 2021-07-05 12:25:53

Aku berjalan cepat dengan amarah yang cukup tinggi, aku tidak sadar bahwa ternyata aku berjalan menuju jalan kosong, sehingga tiba-tiba tangan dengan sapu tangan meraih hidung dan mulutku dari belakang. Aku begitu terkejut dengan serangan tiba-tiba itu. Sehingga aku memukuli terus tangan yang berada tepat di depanku.

Orang itu menarikku sehingga kakiku tergeser di tanah, aku tidak menarik nafas saat ini, aku takut bila sapu tangan itu mengandung obat bius. Tetapi karena aku terlalu lama menarik nafas, sedangkan sosok itu terus saja membungkam mulutku, aku pun terpaksa menarik nafas, dan aku pingsan tidak sadarkan diri.

Sangat lama aku rasa obat bius tersebut, sehingga aku sadarkan diri dengan kepala sedikit pusing seakan kepalaku sedang di tekan dari semua sisi.

Setelah aku membangunkan tubuhku, aku merilekskan diriku dan tampa aku ketahui, aku berada di tengah-tengah bukit dimana tanah di penuhi rumput. Aku memandang sekitar dengan penuh tanya, memastikan apa tempat ini aku ketahui atau tidak. Tiba-tiba aku melihat ada kertas di samping kakiku.

"El, Kakak kangen sama kamu."

Tulisan rapih ditulis menggunakan tinta yang tebal. Aku menatap bingung kertas yang sedang aku pegang ini. Dan bahkan aku sadar bahwa tas yang aku gendong tidak ada. Aku bingung apa yang sedang terjadi kepadaku, apa mungkin ini hanya mimpi, karena jika aku fokuskan langit saja tidak memberi cahaya yang panas padahal dirinya bersinar terang hampir di atas kepalaku.

Ketika aku menurunkan kertasku yang asalnya berada di depan, aku melihat di di tanah terdapat beberapa kertas yang memintaku menuju pohon tebal dan sangat besar. Aku menuruti permintaanya, dengan semua kertas yang aku kutip satu satu.

"Apa kamu tidak ingin melihat kakak, El?"

"Kakak ingin sekali bertemu denganmu"

"Kakak ingin memelukmu setiap pagi lagi"

"Kakak ingin memasak makanan favoritmu"

"Kadang kakak rindu kamu membentak kakak yang cerewet ke kamu"

"Apa kamu tidak ingin bersama Kakak lebih lama lagi?"

Kertas tersebut habis. Aku berdiri tepat di depan pohon besar itu, bahkan akarnya sangat besar dan lebat. Aku ingin sekali memanjat pohon itu dan memintanya mempertemukan aku dengan Kak Elsa, meski itu akan sia-sia.

Ketika aku baru saja menyentuh batang pohon yang besar itu, debu berwarna putih memenuhi sekeliling, itu cukup membuatku batuk hingga paru-paruku terasa sesak. Aku merasa ada bius yang sama seperti sebelumnya, dan dengan hitungan beberapa detik, aku terpingsan kembali dengan kepala yang terada di tekan.

Entah apa yang terjadi, aku terbangun di UKK. Dengan Bella yang berada di samping ranjang tidurku. "Eh? Bella?" Entah kenapa aku terdiam paku setelah sadar, tidak mendengarkan apa yang Bella ucapkan. Bahkan aku merasa seakan Bella tidak berkata apa-apa.

"Eh Bella, terimakasih yah sudah menolongku." Ucapanku, Bella berhenti mengomel untuk menjawab ucapanku. "Hemmm, sebenarnya bukan aku sih yang bawa kamu ke sini, tapi Barista cafe yang baru buka itu tuh... "

Aku langsung memposisikan diri menjadi duduk, meskipun itu sedikit menyakitkan, karena aku bingung. "Kok bisa?" Bella menatapku sedikit kesal, "Heh El, aku gak mungkin yah bisa bawa kamu sampe ke sini!" Bella membenarkan rambutnya, "udah bye!" Bella pergi dengan epresi kesal.

Aku berfikir sejenak, aku merasa jangal dengan semua ini, aku sontak berfikir bahwa Barista itu yang telah membiusku. Aku membangunkan diriku dan pergi dari kampus menuju cafe itu.

Aku berjalan dengan sangat emosi, aku memasuki cafe dan berjalan menghampiri Barista. "Dito!" Entahlah, jika aku sadar fikiran mungkin aku sangat malu dengan tingkahku ini, aku berjalan memasuki cafe dan berteriak memanggil namanya.

Barista itu menghentikan aktivitasnya yang sedang membuat kopi, dan seisi cafe memalingkan pandangan melihat ke arahku. Entahlah, apa kesadaranku bisa mengalahkan emosiku.

Entahlah, jika aku bisa menjadikan ini pemandangan, ini adalah film romantis dimana sosok wanita mengambil pria untuk menariknya ke luar. Iya, aku menarik dia keluar cafe seakan aku adalah pacarnya.

Dia terlihat bingung dengan diriku, dimana seluruh isi cafe membicarakan aku dengannya. Entah apa aku bisa mengendalikan emosiku atau tidak, tetapi aku sedang tidak memperdulikannya.

Setelah beberapa langkah menjarakkan diri dari cafe, aku melepaskan tarik kan ku dan membalik untuk berhadapan dengan Dito. Dia melihatku dengan sedikit kebingungan, bahkan aku hampir tidak bisa mengingat niatku karena tatapannya.

"MAKSUD KAMU APA BIUS AKU TADI?" Ucapku lantang dan keras. Dito menanggapinya dengan sedikit bingung, seakan dia tidak mengerti apa yang aku ucapkan. Dito memainkan bola matanya untuk mengingat sesuatu, tetapi sepertinya dia tidak mendapatkannya.

"Aku tidak mengerti maksud kamu, bisa kamu perjelas?" Entahlah, dia tetap berbicara lembut kepadaku, hal itu seakan memaksaku untuk tidak menuduhnya, dan percaya bahwa bukan dia lah yang membiusku.

"Bagaimana kamu bisa membawa ku ke kampus tadi?" Tanyaku yang tiba-tiba menjadi lembut dan ramah. Dia menatapku dan mengangkat sedikit kepalanya untuk menjawab, "Aku menemukanmu berbaring di pingir jalan sana sendirian." Ucapnya sambil menunjuk sebuah arah yang tadi aku lewati saat pergi meninggalkan Bang Dean dengan emosi.

Apa mungkin aku hanya halusinasi tentang bius? Dan apa tempat yang aku kunjungi yang di penuhi surat-surat dari Kak Elsa itu hanyalah khayalanku saja? Aku benar-benar bingung karena merasa bahwa itu bukanlah mimpi atau halusinasi ku.

"Maaf aku mempermalukan kamu tadi, asal menarik kamu padahal kamu lagi kerja... " Aku mengatakannya dengan menunduk malu, merasa bersalah atas semua itu.

"Yaudah oke, aku kembali ke cafe ya?" Ucapnya kepadaku, aku mengangguk lalu dia berbalik dan meninggalkanku sendirian. Rasa lelah membebani tubuhku untuk hari ini. Aku berjalan menuju kampus untuk menenangkan diri sambil melihat sekarang sudah jam berapa.

Sesampainya aku di kampus, aku melihat jam sudah menuju pukul empat sore. Aku pergi menuju UKK untuk mengambil tas ku. Setelahnya aku berjalan pemandangan yang cocok dengan pikiranku.

Aku terbawa tepat di lapangan basket, terdapat beberapa orang berada di lapangan basket, dan aku menonton orang bermain basket.

Setelah lama dari itu, aku pergi menuju toilet karena kebelet kencing. Di perjalanan tepat aku melewati ruang dosen, aku melihat Kak Mega keluar dari sana. Sontak aku menghampiri Kak Mega untuk menanyakannya. "KAK MEGA!"

Kak Mega menghentikan aktivitasnya dan menghadap kepadaku. "Iya, El?" Aku berhenti ketika berada di hadapannya. "Kak Mega ada keperluan apa di sini?" Kak Mega mengeluarkan Epresi cemas yang ia tutupi.

"Kebetulan Dosen di sini temannya Papah aku, jadi aku ada keperluan sama beliau... " Tentu saja aku tidak percaya begitu mudah. "Oh iya? Namanya siapa? Mungkin aja aku kenal Kak."

Kak Mega tidak bisa menutupi kembali kecemasan dirinya, bahkan dia bingung dengan tingkahnya sendiri. Aku hanya berharap ini akan membuktikan sesuatu tentang Kak Mega yang akan ada hubungannya dengan Kak Elsa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah Demi Mobil   Rencana Ica

    Lusy terbangun dari tidurnya, dia melihat kearah Haikal dengan pura-pura terkejut, "Ha-haikal?"Haikal langsung mendorong Lusy, Lusy terlihat bingung, namun dirinya harus berpura-pura marah."Apa yang kamu lakuin ke aku?" Ucapnya.Meskipun ada sedikit kecangungan dan kebingungan namun Lusy cukup bagus tentang ektingnya, dia berhasil membuat Haikal kebingungan, namun Haikal terus saja mengelak.Lusy mengunakan bajunya serta Haikal, lalu Lusy memperlihatkan minuman keras yang ada diruang tamu, melihat minuman itu Haikal tidak bisa bicara, dia menganggap mungkin dirinya memang benar-benar melakukan itu kepada Lusy.Haikal pasrah menuruti kemauan Lusy untuk bertanggung jawab dengan dirinya, namun Haikal menyuruh Lusy untuk tes mengunakan tespek.Hal hasil, tespek itu menunjukkan bahwa Lusy hamil, Haikal sangat terkejut dan bingung, matanya sangat merah serta kulitnya.Satu ming

  • Menikah Demi Mobil   Rencana Lusy

    Lalu Saskia membalikan badan serta masuk kembali kedalam taksi dan melanjutkan perjalanan mencari Lusy.Tiba-tiba hujan turun deras dengan malam yang dihiasi bintang, Lusy memegang pinggang dengan mencari tempat berteduh. Lalu Lusy bertemu dengan Dewi.Dewi hampir menabrak Lusy tetapi tertahan, dengan panik Dewi melepaskan helm dan menghampiri Lusy, "Kamu gapapa kan?"Lusy mengangukan kepala, dia melihat kalau itu ternyata Dewi, "Loh? Dewi?" Kagetnya.Dewi dan Lusy akhirnya memutuskan untuk pergi berteduh dihalte, Lusy dan Dewi mencoba mengobrol hal yang Dewi anggap serius."Lus ... Apa kamu yakin kalau anak yang ada dikandungan kamu anak Topan?"Lusy membalikan pandanganya, dia menatap Dewi curiga, namun Lusy menarik napas dan mengatakan, "Iyah ... Ini anak Topan, dia menghamili aku kemarin."Dewi memegang pundak Lusy dengan Lusy yang langsung mengangkat kepalanya menatap

  • Menikah Demi Mobil   Teror

    Topan sedikit terkejut, namun dia langsung berkata, "Apa kamu memeriksanya dengan benar?"Lusy sangat kesal dengan Topan yang tidak percaya kepadanya, "Dengar yah ... Aku adalah salah satu dari ribuan wanita yang tidak mau hamil diluar nikah Topan!" Bentaknya.Topan langsung terdiam mendengarnya, dia langsung mengangukan kepala dengan rasa menyesal, "Ma-maaf ... Aku gaada maksud buat ...""Gaada maksud?" Bentak dan potongnya."Gaada maksud apa? Jelas-jelas kamu kaya orang yang benar-benar berniat untuk melakukan itu!" Bentaknya.Topan sangat panik, "eh ... Yaudah, aku akan tangung jawab ...""Memang harus!" Bentaknya.Topan mengangukan kepala.Dewi mendengar kecil suara perdebatan mereka, namun entah kenapa Bayu terlihat senang mendengar hal itu.Tatapan Bayu terlihat tajam menatap Dewi dengan dekat namun Dewi tidak menyadarinya.Denga

  • Menikah Demi Mobil   Tespek

    Di sebuah tempat Nindi memasuki cafe tempat dia berkerja.Pak Herdi menghampiri Nindi yang baru masuk.Nindi menunduk dan mengatakan, "Ma-maaf Pak ... Saya terlambat," dengan nada gugup."Yaudah Gapapa, lain kali kamu harus bisa mengatur waktu agar tidak terlambat lagi," jawab lembutnya.Ica yang melihatnya sangat kesal, 'Igh, Pak Herdi hebat banget yah pilih kasihnya, giliran aku aja yang tepat pasti dimarahin lah hukum lah ... Enak banget yah jadi Nindi!' kesalnya.Vera melihat Ica sangat sinis, 'Aku yakin ini pasti si Ica sirik sama Nindi, Ihk ... Emang siapanya Pak Herdi sampe segitunya cemburu, Aha aku kerjain ah ...'Vera mendekat kearah Ica dan sengaja menyenggol kopi yang berada didekat tangan Ica."AGHH ..." Teriaknya."Eh ... Maaf-maaf ca ..." Sok merasa bersalah.Ica mengusap-usap tanganya mengunakan tisu yang tadi langsung dia ambil dit

  • Menikah Demi Mobil   Janji Jhon

    "Jhon ... Papah gak bisa banyak bicara kepadamu, Papah sedang dikejar-kejar oleh seseorang, Papah hanya ingin mengatakan sesuatu yang penting saja kepadamu, dan Papah dengar kamu sudah memiliki istri. Papah turut senang mendengar gosip itu, semoga kamu dan istrimu bahagia."Jhon sangat terharu mendengarnya, apa lagi dia tidak bisa menjawab ucapan doa Papahnya karena jujur Jhon tidak bisa bahagia dengan Saskia, malah ... Dia yang akan membuat hidup Saskia menderita. Jhon dengan wajah yang sedih menjawab, 'Gak mungkin Pah ... Jhon tidak mungkin bisa bahagia dengan Saskia, Jhon terpaksa harus menghancurkan hidup Saskia.' ucapnya dalam hati."Jhon ... Papah hanya ingin mengatakan kalau kamu bukan anak kandung dari Mamah, Mamah kamu belum tau tentang itu, tetapi yang jelas ... Papah menukarkan kamu dengan anak kandung Mamah kamu agar kamu tidak di ambil oleh Mamah kamu, apa lagi saat itu Papah tidak ingin berpisah sama kamu Jhon, Papah tidak

  • Menikah Demi Mobil   Papah Jhon

    Saskia sedih melihat perlakuan Jhon kepadanya, dia bangun dari duduknya dikasur dan melangkah kedepan ranjang.Saskia menidurkan dirinya dengan sangat terpaksa tanpa berani menatap kearah Jhon lagi, Jhon kembali tidur diranjang sendiri.Saskia sangat susah tidur, semua badannya kedinginan, ingin sekali dia berteriak menghembuskan napas kedinginan.Karena Saskia pusing dirinya sudah tidur, dia bangun dari tidur dan pergi ke balkon untuk menatap langit. Meskipun terlihat seperti tidak ada bintang, namun Saskia tau ... Bintang itu selalu ada diatas tanpa pergi kemana-mana.Namun karena wilayah sekitarnya saat ini sangat terang, bintang itu tidak bisa terlihat.Terlihat ada kursi disana, Saskia melangkah kearah kursi untuk duduk, dia bersandar ke pagar besi dengan hati yang cemas.'aku teringat kepada Lusy, apa dia baik-baik saja diluar sana ... Dia tidur dimana?' pikirnya, Saskia mengangka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status