Aulia terbangun dari tidurnya semalam. Semalam dia hanya mengingat kalau dirinya tengah pingsan, selebihnya dia sudah melupakan apa yang terjadi padanya setelah itu.Meskipun Aulia sudah sadar dari ingatannya, tapi sebagian dari kisahnya yang baru saja dia lalui dalam beberapa bulan belakangan ini, semua dia lupakan.Termasuk saat dirinya berada di Apartemen Tuan Rey. Semua kenangan dirinya saat bersama Bi Atun, Novan, sekretaris Dion, terlebih Tuan Rey. Dia lupa semua itu.Kedua bola matanya mengelilingi kamar itu, tempat dimana dia direbahkan oleh papanya. Kamar itu sungguh menarik, sehingga dirinya ingin mencari tahu segala isi dari kamar itu. Kamar yang dihias dengan bola lampion dan lampu kerlap-kerlip di atas atap dengan nuansa merah muda dan biru, berpadu menjadi selang-seling untuk berganti warna.Dia mulai turun dari ranjang, lalu beranjak mengelilingi seisi kamar itu. Dia terpesona dengan sebuah karya vas bunga yang dihias sedemikian rupa agar terlihat sangat cantik, diletakk
"Tuan..." Panggil sekretaris Dion tanpa menoleh ke belakang karena sibuk menyetir. Dia membawa mobil itu dengan kecepatan sedang."Hmm.""Apa Tuan tidak tahu berita tadi?" ucap sekretaris Dion. Dia baru saja mengingat berita yang dia tonton tadi sore. Dia ingin memberitahu Tuan Rey sesuatu yang bisa membuat tuannya itu kembali bersemangat lagi.Beberapa hari ini memang Tuan Rey menjadi sedih atas terkabarnya Aulia meninggal. Sebelumnya dia sempat kehilangan gadis itu, dikarenakan orang tua gadis itu menyuruh beberapa orang untuk membawa gadis itu dari rumah sakit.Untung saja Ketua Black Dragon cepat menemukan keberadaan Aulia. Semenjak itu, Tuan Rey tidak perlu khawatir lagi. Aulia sudah kembali bersama keluarganya. Dia juga sudah mengetahui siapa orang tua Aulia. Satya Hermawan. Seorang pemimpin dari perusahaan Indofood yang telah memiliki banyak hutang kepada perusahaan Sinopec Grup.Belum beberapa hari gadis itu bisa menghembus napas dengan baik, dia sudah mengalami kecelakaan yan
"Apa aku tadi terlalu kasar padanya?" gerutu Aulia seorang diri. Dia masih berkutat di depan layar laptopnya. Sudah pukul sembilan malam, tapi matanya masih segar. Dia belum ada rasa kantuk sama sekali. Dia bahkan sudah menyiapkan segelas kopi untuk dia seduh nanti, setelah matanya itu mulai mengantuk. Dia memang tidak menyukai kopi panas, jadi dia menunggu kopi itu dingin barulah dia mau meminumnya.Dia sendiri heran kenapa pria itu bisa datang. Bukankah pria itu sangat membencinya atas sebuah tuduhan yang telah dilakukannya kepadanya?Aulia tidak merasa bersalah, karena apa yang sudah dilakukannya itu adalah demi membela dirinya yang sudah dihancurkan oleh pria itu secara perlahan. Dia juga sebenarnya tidak senang melihat pria itu menderita, tapi... pria itu yang lebih dulu membuatnya semakin menderita.Tiba-tiba pikirannya berdalih ke hal yang lain. Dua lembar photo yang dia ambil tadi pagi di kamar mama dan papanya. Dia melihat photo itu sekilas. Semakin lusuh akibat remukan tanga
Ketiga wanita itu telah mencumbui seluruh tubuh telanjang Tuan Rey disaat Tuan Rey benar-benar tidak mampu untuk menahan rasa mabuknya. Mereka telah berhasil melucuti pakaiannya, sehingga mereka lebih leluasa menggerayangi tubuh Tuan Rey. Ada yang melumat habis bibir Tuan Rey, ada yang memainkan payudaranya sendiri secara bergantian, meremas hingga dia merasakan sensasi yang luar biasa, dan ada yang selalu berada di bagian bawah Tuan Rey.Dia tidak bosan-bosannya memainkan keperkasaan pria itu dengan naik-turun dengan tangannya."Uh..." Mereka melenguh kenikmatan bersama-sama. Pria yang mereka mainkan itu benar-benar sangat nikmat, meskipun Tuan Rey tidak sekalipun membalas perlakuan mereka. Tuan Rey sendiri merasa pusing di kepalanya, masih terasa sakit hingga berdenyut-denyut seluruh nadinya."Aulia... Aulia... Aulia..." Pria itu terus memanggil nama itu. Sesaat dia pun membuka mata, namun apa yang dilihatnya saat ini, semuanya kabur. Saat salah satu wanita itu membenamkan diri meme
"Gadis jelek!" panggil Suga kepada Rina yang tengah sibuk mengetik di depan layar laptopnya. Dia sendiri masih ingin melakukan banyak sekali pekerjaan, namun atasannya itu terlalu gila. Selalu memanggil-manggil namanya sedari tadi."Iya, Tuan... ada apa?" tanya Rina tercengang. Saat kedua bola matanya melihat pria itu tengah melepaskan kacamata dan rambutnya sedikit dia sisihkan, sehingga muncullah wajah pria itu yang luar biasa tampannya."Apa kau menyukainya? Apa kau suka wajah ini?" tanya Suga, membuat Rina semakin gugup akan sikap berlebihan pria itu.Ada apa dengannya? pikir Rina seraya masih sibuk mengetik. Sekali dua kali dia masih tidak peduli dengan apa yang baru saja ditunjukkan oleh pria itu. Dan yang terakhir, Rina sendiri tidak tahu bagaimana caranya untuk menolak atasannya itu.Ya, Allah... kenapa pria ini sangat tidak tahu diri sih? Astagfirullah... jadinya 'kan aku mengucap kata-kata itu. Siculun ini sih, batinnya penuh dengan rasa tidak suka melihat Suga yang terlalu
Satya Hermawan selaku ketua pimpinan di perusahaan Indofood, sedang mendatangi perusahaan Sinopec Grup, karena mendapatkan sebuah undangan dari Tuan Hendri.Sesampainya, dia turun dari mobil itu. Dia tidak punya sopir yang bisa membawanya kemana saja, sebab setelah memikirkan banyaknya sebuah hutang ke perusahaan lain, terutama kepada perusahaan Sinopec Grup, membuatnya untuk tidak memakai jasa sopir.Dia sudah terbiasa dengan tidak adanya sopir yang selalu membawanya. Dulu memang mereka punya seorang sopir, namun terpaksa mereka berhentikan demi membayar hutang-hutang yang belum lunas hingga sampai saat ini.Sekarang perusahaan Tuan Hendri telah mengundangnya datang ke perusahaan itu, ntah apa yang ingin dibicarakan oleh pria itu dengannya. Meskipun hari ini dia masih memiliki banyak sekali pekerjaan, tidak mungkin dia menolak untuk datang."Silahkan duduk," perintah Tuan Hendri saat melihat Satya Hermawan sudah datang. Dia melihat tubuh pria yang berdiri di hadapannya ini semakin me
Malam ini adalah malam bagi Aulia untuk bertemu Tuan Hendri. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan pria tua yang dijodohkan oleh papanya untuknya. Pria tua yang ingin menikahinya itu sedang mengadakan pertemuan antara dua keluarga. Aulia tidak tahu siapa pria tua yang ingin dijodohkan untuknya, yang dia tahu kalau tentang pria itu, usianya sudah jauh lebih tua darinya. Seusia dengan papanya itu."Nak? Kamu sudah siap?" tanya Satya Hermawan setelah mengetok pintu. Dia tidak tahu apa yang sedang dilakukan putrinya itu di dalam kamar."Apakah Aulia sedang menangis di dalam?" terkanya dengan suara lirih.Dia tidak ingin terjadi sesuatu kepada putrinya itu. Dia menjadi khawatir karena sejak tadi Aulia mengurung diri di dalam kamar. Hatinya menjadi tidak tenang. Dia takut dan takut apabila putrinya itu mengambil jalan yang salah.Sedangkan di dalam kamar, Aulia terus menangis. Dia tidak tahan dengan semua itu. Semua seakan memaksanya untuk melakukan apapun yang mereka inginkan kepada Aulia
Selang satu jam ditunggu-tunggu, akhirnya pria yang bernama Rey itu pun datang. Semua orang menyambut kedatangannya, kecuali Aulia.Aulia yang sedang berusaha mengambil sendok garpu yang jatuh di lantai. Setelah dia berhasil mengambilnya, dia meletakkan sendok itu ke piring yang kotor. Sontak saja Tuan Rey terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya ini, begitu juga dengan sekretaris Dion yang menyusul Tuan Rey baru saja sampai."AULIA!" ucap dua orang pria itu sama-sama.Tidak disangka kalau yang menjadi calon istri dari sang ayah adalah gadis yang dikenalnya, dia adalah Aulia.Pria itu kini menatap tajam pria yang merupakan ayahnya itu. Kebetulan mereka duduk saling berhadapan."AYAH!" panggil Tuan Rey murka. Tangannya sudah dia kepal sekuat tenaganya. Dirinya tidak habis pikir dengan jalan pikiran sang ayah. Bagaimana mungkin ayahnya ingin menikahi gadis yang seumuran dengannya? Itu mungkin saja kebahagiaan untuknya, tapi tidak dengan gadis itu.Aulia kaget dengan kehadiran Tuan R