Lara tatapi tangannya dan ada keinginan untuk Gema menggenggamnya.Akhir-akhir ini, Alara Senja sedang suka-sukanya dengan lagu itu. Di kamar mandi sekali pun, akan Lara bawa ponselnya. Sedang badannya ada di bawah guyuran shower yang menyejukkan kulitnya. Membuka pori-porinya.Lara ingin Gema menjadi suaminya. Omongan Lara beda ya antara bibir dan hati. Teringat momen di mana Bahtiar Gema meminta dirinya untuk menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anaknya di masa depan kelak.Uh … boleh tidak Alara melayang?Karena bagi Lara Gema adalah Ironmannya. Aih Lara jijik sama diri sendiri sampai berdecih.Jadi keingat Odading Mang Oleh yang rasanya seperti kamu akan menjadi Ironman.Astaga … cinta semenggetarkan ini jika boleh dikatakan demikian.Dan Lara mencintai Gema 3000 kali lebih besar dari yang terlihat. Bagian ini jangan sampai Gema mendengarnya. Lelaki itu akan sangat-sangat dan sangat percaya diri jika sampai Lara ungkapkan sebesar apa kecintaannya. Yang diam-diam Lara sangkal ba
Proses jatuh cinta.Alara Senja jika di tanyai mengenai itu, akan dengan mudah menyuarakan jawabnya; mudah bahkan tak perlu menggunakan alasan. Karena memang demikian adanya. Seorang perempuan, akan dengan mudah kagum pada sosok lelaki yang berkepribadian hangat. Mengapa?Kebanyakan dari mereka akan menjawab bahwa lelaki yang menjadi pendampingnya harus sedikitnya sesuai seperti ayah mereka. Atau sosok lelaki itu memiliki kemiripan dengan kakaknya. Jelasnya, bukan hanya wajah yang menjadi pilihan meski dewasa ini sering terjadi cekcok bahwa kualitas wajah lebih menentukan. Tapi sifat dan cara lelaki itu dalam menangani sifat alamiah perempuan lah manja dan gemar merengek yang dijadikan patokan.Namun di antara itu semua. Kesulitannya hanya satu; cara mempertahankan untuk tetap cinta alih-alih melewatkan perasaan itu begitu saja. Itu yang membutuhkan alasan.Meski begitu, jangan lupakan ini; untuk mencari lelaki yang bangga bisa memilik dirimu. Lelaki yang matang dalam bersikap, dan y
Pada akhirnya Alara tertidur dengan sendirinya.Dalam pelukan Gema, Lara menyamankan posisi terpejamnya. Semuanya terasa lebih ringan setelah diungkapkan secara perlahan. Gema tidak memaksa. Itu murni keinginan Alara yang berpikir bahwa sudah waktunya untuk membenahi.Setidaknya Gema akan berterima kasih kepada semesta. Yang telah menunjukkan jalan sampai sejauh ini. Sehingga dari sekian banyak masalah yang menyambangi hidupnya, Gema kian dewasa. Bersama Alara, Gema benarkan segala rasa yang membakar jiwanya.Hidup … adalah skenario Tuhan. Kita sebagai manusia biasa tidak akan pernah tahu bagaimana jalan ceritanya. Dari awal hingga akhir. Dan saat rencana Tuhan tidak sesuai dengan rencana kita … bukan artinya Tuhan tidak menyayangi kita. Tapi, sisi inilah yang harus kita gunakan untuk bisa berimprovisasi.Mungkin dengan rencana yang tidak sesuai, akan hadir sebuah hikmah di baliknya.Mungkin dengan rencana yang melenceng dari jalurnya, akan datang cerita lain yang lebih menarik.Gema
“Abang ayo kita bahas ini.”Pagi-pagi sekali Alara Senja sudah heboh. Mulutnya dengan lancar merecoki Gema yang sedang fokus dengan tumpukan dokumen di mejanya.“Apa?” Toh Lara masih fokus dengan ponselnya saat Gema melirik lewat ekor matanya. Sesekali ada tawa kecil menghias sudut bibirnya. Dan Gema di buat gemas ingin melumat bibir mungil itu.“Abang pacar aku bukan?” Pertanyaan konyol di pagi hari yang cerah.“Bukan,” jawab Gema asal. Kecepatannya melebihi lesakan meteor yang jatuh menghantam bumi.“Kampret!” Umpat Lara terang-terangan. Kedua tangannya berkacak pinggang dengan tatapan mata yang bengis menghujam wajah Gema. “Aku serius.”“Abang suami—”“Calon, ih.”“Alah kelamaan, Ra. Kita loh sudah bubu bareng dan—”“ETA MULUT GUSTI!”Teriakan Lara menggema di seluruh ruangan Gema yang bersyukurnya itu kedap suara.“Abang minta jatah.”“Ogah!”“Dosa kamu nolak maunya su—”“Calon …” Bangke, sambung Lara dalam hati. “Aku mau bahas ini.” Tunjuknya tepat di wajah Gema. “Gimana menurut
Alara Senja tidak pernah membayangkan kalau hari ini adalah harinya. Akan tiba waktunya meskipun sedetik saja pernah Lara bayangkan. Tapi … tidak menyangka jika hari ini. Di mana seluruh keluarga besar Bahtiar Gema berkumpul dan menyambut kedatangan dirinya. Mulai dari tante dan Om yang di perkenalkan sebagai adik dari mama dan Papa Gema. Diikuti oleh para krucil yang langsung menggerumuti Lara.Namun, di antara itu semua. Lebih tidak menyangka jika Gema akan meninggalkan dirinya dengan dalih klien menelepon dadakan.“Abang ngerjain aku, 'kan?” Lara misuh-misuh di dalam kamar Gema. Tatapan matanya menyiratkan kekesalan yang membumbung. Dan seolah mangsanya, Gema siap hendak di terkam.“Enggak loh, Yang, Ini murni dadakan. Dan abang nggak bisa nolaknya. Ini klien penting—”“Jadi aku nggak penting?!” Lara cukup sadar diri untuk itu. Makanya hengkang dari sana dan kembali bergabung dengan para krucil.Tidak peduli pada tatapan Gema yang memelas saat ke luar dari rumah tersebut. Alara as
Jasmine jadi masuk ke kisah ini. Yang bagi Alara Senja, perempuan itu baik dan sesuai dengan karakternya yang enerjik. Mengenal Jasmine dalam waktu yang singkat, Lara tahu akan sangat membutuhkan saran lebih banyak ketika berbagi nanti. Tidak menyangka saja jika Lara bisa di terima seterbuka ini di keluarga Gema. Karena yang selalu Lara takutkan adalah penolakan. Makanya, tak ada alasan baginya untuk membuka diri terhadap orang-orang baru mau pun dunia di luar sana.Dan hari ini … Jasmine baru saja memberinya pencerahan. Bahwa tidak ada salahnya mencoba. Keluar dari zona nyaman untuk kebaikannya dan perkembangannya.Kalau boleh jujur. Sudah dua tahun lebih Lara mengonsumsi anti depresan. Itu rekomendasi atas hasil konsultasi dengan psikiaternya. Dan hanya dokter ini yang tidak menyerah atas sikap Lara yang enggan membuka diri.Katanya: ‘Saya tahu atas apa yang kamu alami. Kamu diam dan menurut kamu itu sudah lebih dari cukup. Saya tidak menyalahkan atau pun menghakimi. Kamu hanya tid
Alara Senja tersenyum tidak jelas membaca sesuatu dari ponselnya.Itu adalah rangkaian kata yang Bahtiar Gema kirimkan di portal media sosialnya untuk selebihnya di tag ke akun milik Lara.Jangan di tanya seperti apa perasaan Lara sekarang ini. Menggambarkannya saja Lara tidak mampu. Apa lagi menjabarkannya.Tidak heran jika banyak wanita di luar sana yang mengejar Gema. Pria berstatus duda itu jelas-jelas mempunyai daya pikat tersendiri. Tak hanya lewat sentuhan yang memabukkan Lara sudah terperangkap dalam pesonanya. Dan kesulitan untuk mempertahankan kewarasannya.“Abang aku lapar.”Kepala Lara bersandar dengan nyamannya di bahu Gema. Sedang prianya dengan asik memainkan ponsel untuk setelahnya di tunjukkan kepada Lara.“Abang pengen makan ini.” Mata Lara membulat. Kok tumben, begitu pikirnya. “Nggak tahu. Kayaknya enak banget di makan malam-malam gini. Kamu mau apa?”Berpikir sebentar. Netra Lara fokus berselancar di timeline media sosialnya. “Seblak,” jawabnya. “Yang pedas, pakai
Gema tidak menyebarluaskan berita kehamilan Lara kepada keluarganya. Di samping ingin menjaga nama baik sang calon istri. Gema tahu harus berbuat apa untuk memberikan bujukan-bujukan atas keteledorannya. Tidak teledor juga, sih. Gema memang sengaja melakukannya demi mengikat Alara Senja agar mau menikah dengannya.“Kamu ngidam nggak?”Tubuh Gema memeluk Lara dari samping. Tangan kekarnya mengusapi perut Lara yang rata namun nyata kerasnya. Duh, asli, Hyung. Gema bangga dan deg-degan maksimal. Merasa tidak percaya dengan tindakannya yang ‘wah’ sekali dalam membuahi sel telur Alara Senja.Catatan: cepat sekali, kan miliknya langsung jatuh hati dengan punya Lara.Daebak!Nggak kaleng-kaleng memang bibitnya.“Enggak ada. Cuma …”“Apa?” Heboh sekali Gema ini. Sampai-sampai memotong omongan Lara. Sejak beberapa jam yang lalu. Tahu mengenai kehamilan Lara, Gema lebih banyak antusiasnya. “Abang bisa nggak, sih ganti parfum?”“Ini pilihan kamu loh, Yang.” Tidak habis pikir. Apa hubungannya n